...

57 4 0
                                    

Satu detik sebelum garis itu kembali dalam waktu...

Takdir seolah bermain dan memerlambat segalanya.

...

Tik...

Tok...

Tik...

Tok...

Tik...

Tik...

Lain suara jam, tetesan air perlahan berubah menjadi hujan.

Satu dua titik yang kemudian memercik.

Tak sadar lantas seseorang telah merebahkan asa dan menyerah karena rindu yang siap disulut pematik.

Bibir itu tersenyum beku.

Sekalipun merah muda menawan mengulum senyum indah rupawan.

Jangan bercanda.

Hujan lain sedang bergantung pada pelupuk matanya.

Bodoh lagi jika ia berusaha menarik tangannya yang sudah terlanjur basah.

Lalu apa?

Berjuang menantang kegelapan? Atau teralur ditelan sebuah hukuman?

Itu bukan pilihan, sayang.

Tangan pucatnya melemah pada tiap persegi panjang hitam putih.

Bukan hanya melodi, melainkan hatinya ikut bernyanyi.

Menyesal tanpa arti.

Dalam penantian waktunya, satu detik tak berarti apa-apa.

Ia terbiasa.

Tetapi sebuah dosa tak mungkin sembunyi dan terus berpura-pura lupa.

...

Mata tajamnya berkali-kali tertutup lalu terbuka setengah menelisik.

Lulaby sederhananya terhenti sesaat hujan menyerah untuk menampakkan diri.

Lain hal dengan tetesan itu.

Sekali lagi, bodoh memang untuk menarik kembali tangannya yang sudah terlanjur basah.

Dan sekarang pianonya tak lagi ber-tuts hitam putih.

Satu dan setengah.

...

Itu, aliran darah.

...

Ctak!

Pisaunya terjatuh secara pasrah saat senyum puas itu mengembang tanpa rasa bersalah.

"Selamat tahun baru..."





.

.

.
.

Ditemukan hampir tanpa darah, seorang gadis diduga menjadi korban dari pembunuhan beruntun seorang dengan kejiwaan yang bermasalah.
J.J.Gugie - Selasa, 26 Desember 2017, 23:12

Seoul, 2017— Ahn Seul...










.
.

.

.

.

Hehe.

Iseng doang

Yaudasi 😂

Love Affair [BTS Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang