Fake Love [Taehyung]

87 8 17
                                    

Nyoba new style aja.

***

Taehyung terpaksa membiarkan wajahnya menampar meja begitu gadis itu datang dengan memekik keras.

"Woy! Diem-diem bae. Mikirin Lucinta Luna?"

Satu dua kali mata lelaki itu mengerjap. Seragamnya terlanjur berantakan karena pergerakannya yang keterlaluan karena terkejut. Sadar bahwa dirinya baru saja mendapatkan pencemaran nama baik, Taehyung mendorong kepala gadis itu dengan telunjuknya, "Sialan. Kalo ngomong tuh disaring!"

"Ah! Kuku lu tajem, bego!" protes dilayangkan, namun subjek tak mau memerhatikan. Merasa tak digubris, gadis itu hanya membawa bokongnya untuk duduk di kursi sebelah Taehyung, tidak memerhitungkan bahwa ia ikut menindih sebelah paha lelaki itu.

Taehyung sempat memekik tertahan lalu menyingkir dengan cepat, namun hanya dibalas kalimat sarkasme oleh gadis itu, "Gak usah disaring biar keselek. Trus elo bangun." Jari telunjuknya berputar di pelipis, "Sering ngelamun entar bikin gila."

Gue emang udah gila. Jawab batin Taehyung gaib. Karena tidak ada tindak nyata yang diteruskan ke mulutnya.

"Mikirin apa sih? Mikirin gue?"

Taehyung menggeleng. "Mikirin emak gue mau beli panci, tapi bokap belum gajian. Ntar lebaran masak opornya gimana?" Jawab Taehyung sekenanya, namun cenderung nyeleneh.

Jujur banget woy.

"THR belum turun?"

Lah, ini serius bahas gaji beneran? Lelaki itu hanya mengarahkan pandangan malasnya. "Becanda elah. Serius banget."

Mendengar hal itu membuat bibir bawah gadis itu sedikit maju. Dikerjain gue. Kemudian belah bibirnya terbuka secara asal, "Ya abis elu ngelamun terus."

"Lagi berantem sama diri sendiri." balasannya terlampau cepat, hingga tanpa sadar gadis itu melewatkannya begitu saja.

Gadis itu menepuk bahu Taehyung sekali, "Apa? Gue nggak denger?" kemudian tepukan lainnya menyusul kala lelaki itu tidak kunjung melayangkan jawaban. "Apaan tadi. Gue nggak denger."

Sejurus berikutnya, gadis itu menelan ludah secara kasar. Selama bertahun-tahun berteman dengan orang bermarga Kim ini, baru kali ini wajah mereka sedekat lima senti. Lelaki itu yang mendekatkan diri.

"Lagi berantem sama diri sendiri, gue bilang." tandasnya dengan pandangan intimidasi, seolah mengatakan, "Udah gue jawab. Puas?"

Sedikit dorongan terasa pada dada Taehyung, ia sadar kedua tangan gadis itu telah berada di sana untuk menjauhkan jarak mereka, "Itu berarti lo demam." cicitnya.

"Demam?"

Tidak lagi bertingkah, gadis itu tengah merapikan duduknya dengan manis sekarang, "Proses berantem di dalam diri sendiri itu yang mengakibatkan demam. Kalo virus menang, lu sakit."

Taehyung mendengus, jawabannya seperti anak TK. "Bukan itu maksud gue, pinter."

"Dengerin gue dulu, bodo."

Gadis itu menciut kembali saat mendapat delikam tajam dari Taehyung, padahal nadanya tadi sudah dibawa tinggi terpaksa harus menurun lagi seperti tekanan air yang bocor.

"Ya apa maksudnya." tagih Taehyung tak sabaran.

"Maksud gue, ya jangan terlarut terlalu lama. Pikirin yang baik, biar lu nggak tambah sakit."

Kemudian gadis itu melenggang pergi, kembali menuju bangkunya yang hanya berjarak dua kursi dari milik Taehyung.

Gadis itu memang sulit ditebak, pembawaannya terlalu mudah disepelekan tetapi ketika berbicara hal yang serius, ia bisa lebih bijak dari motivator pengisi acara yang sering ia tonton dulu.

Matanya baru saja mendapati cokelat 33 gram yang tertinggal di atas meja, sepertinya gadis itu sengaja meninggalkan itu untuknya. At least, berteman dengan gadis itu ada gunanya juga dari yang menurutnya hanya menaikan tensi darah saja.

Karena, pertarungan antar diri sendiri yang sedang lelaki itu permasalahkan adalah degup jantung yang ia miliki sekarang. Apakah ia mencintai gadis itu sebagai sahabat atau sebagai seorang gadis.

Sama saja jika ia memaksa bahwa cintanya hanya sebatas sahabat. Tidak, itu fake love namanya. Lalu bagaimana ia bisa mengubah keadaan bahwa mereka menjalim hubungan sebagai lelaki dan perempuan? Bukan sebagai sahabat lagi?

Sulit. Pertarungannya masih berlanjut di otak hingga tanpa sadar sebuah kapur mendarat lancar di dahi Taehyung, berhasil membawanya kembali pada kenyataan.

"Oy, Kim! Sejak kapan kamu diperbolehkan makan di pelajaran saya?"

Itu Mr. Oh.

Bodohnya lagi, ia baru sadar bahwa cokelatnya tersisa setengah dengan mulut yang belepotan. Sejak kapan?!

Mampus gue.

***

New stylenya gimana? Udh pantes beralih dari genre angst sedih tragis ke genre fluffy teen romance yg kiyowo kiyowo gitu gakk?

Satu jam ngetik :"
Disambi nyari percetakan tp :'v

Love Affair [BTS Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang