Cemburu

7.7K 39 0
                                    

Vira sudah di rumah Rasyid. Kebetulan macam apa ini? Baru kemarin aku menemukan surat-surat Vira. Hari ini Ibu mertuaku meminta supaya aku pulang cepat karena ada tamu istimewa yaitu Vira. Berkali-kali kubaca sms itu, apa perlu harus menyebut Vira itu istimewa? Sebenarnya ada rasa penasaran ingin cepat melihat wajah Vira. Cantikkah dia? Bagaimana hatinya? masihkah dia menginginkan Rasyid? Kenapa aku jadi menghawatirkan Rasyid? Khawatir, aduuh kenapa sih rasa ini datang lagi?

Sepertinya Rasyid mengetahui betapa gundah gulananya hatiku, dia sudah berdiri di pintu gerbang sedang menungguku.

"Kok tahu hari ini aku pulang cepat?" tanyaku penasaran.

Biasanya Rasyid selalu pulang sore tapi kenapa hari ini dia bisa pulang cepat pasti Ibunya sudah mengirim kabar tentang kedatangan Vira. Sekuat tenaga kutenangkan hati ini jangan sampai terlihat kekhawatiran di wajahku.

"Aku ingin tiba di rumah bareng sama kamu," jawab Rasyid dengan tenang.

"Kenapa nggak pulang duluan aja? Kan bisa langsung bernostalgia dengan Vira tanpa diganggu oleh kehadiranku."

Rasyid tidak menjawab dia hanya tersenyum sambil menyetir dengan santainya.

Rasyid tidak mau meladeni pembicaranku dia memilih diam. Aku tahu dia menghindari berdebat denganku untuk masalah Vira. Aku tidak mau terlihat cemburu dan terlihat aneh jangan sampai kehadiran Vira merusak suasana hatiku. Kenapa aku harus gelisah seperti ini? Perasaanku kepada Rasyid kan biasa saja. Tapi sepertinya ada yang salah, apakah aku mulai menyukai Rasyid? Apa benar yang kurasakan ini adalah cemburu?

Tanpa terasa kami telah memasuki halaman rumah Rasyid, di sana telah terparkir mobil sedan berwarna biru. Ini pasti mobilnya Vira. Seorang Vira mempunyai mobil pasti dia berasal dari keluarga berada. Hatiku semakin ciut pantas saja Ibunya Rasyid sangat senang kepadanya. Ketika aku turun dari mobil kulihat seorang wanita sedang berdiri di depan pintu. Itu pasti Vira. Subhanallah, cantik sekali wanita ini, kulitnya putih bersih, hidungnya mancung, tinggi, dan alisnya hitam legam bak semut berbaris, bibirnya seperti delima merekah. Jika aku lelaki pasti aku sudah jatuh cinta dengannya. Rasyid menggandengku berjalan menghampiri Vira yang dari tadi terus tersenyum memandang Rasyid.

"Mas Rasyid apa kabar?" Tanya Vira dengan manja, sambil bersalaman dengan Rasyid.

"Alhamdulillah baik, kamu sendiri gimana kabarnya? Aku dengar kamu sudah bekerja ya?" Rasyid balik bertanya.

"Ya beginilah kabarku Mas, masih sendiri," jawab Vira berlagak cemberut.

"Ini pasti Mba Arumi ya, kenalkan aku Vira mantannya Mas Rasyid."

"Bercanda Mas, boleh kan?" sambil melirik Rasyid. Aku hanya bisa tersenyum bingung mau berkata apa? Kikuk sekali rasanya.

"Aku kaget banget lho Mas, waktu mendengar Pakde Suroso sudah nggak ada dan aku lebih tercengang lagi ketika tahu kalo Mas Rasyid sudah menikah. Waktu itu aku nggak bisa kesini karena belum mendapat cuti. Sekarang aku baru bisa mengambil cuti, niatnya mau nginep di sini sehari dua hari bolehkan, Mas," jelas Vira sambil menggandeng tangan Rasyid, tanpa memperdulikan ada aku yang berada di samping Rasyid.

"Ya pasti boleh Vir, mau lama juga nggak apa-apa kok," jawab Ibu tiba-tiba.

"Eh, ada Mba Vira kapan datangnya?" Tanya Yahya yang baru tiba.

Wah, lengkap sudah. Sekarang sepertinya aku yang yang menjadi orang asing disini. Vira terlihat akrab sekali dengan keluarga ini, aku yang mantu di keluarga ini saja nggak sampai begitu. Memang pernikahanku baru berjalan 2 bulan belum terlalu akrab dengan mereka. Ditambah aku orangnya tidak supel dan pendiam. Sementara Vira terlihat sangat supel, periang dan lincah. Aku jadi heran kepada Rasyid tidak menyukai wanita bak bidadari ini. Padahal jelas-jelas Vira sangat suka padanya.

Cinta BugenvilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang