Ujung Penantian

6.6K 37 2
                                    

Ketika cinta ini mulai tumbuh kau telah menjauh....menjauh pergi...

'Rumi.... ada surat untukmu, ibu letakkan diatas meja riasmu, sepertinya penting." Teriakan ibu memecahkan lamunanku. sejak dia pergi aku jadi sering melamun. melamun. dan melamun.

Aku dengan gontai memasuki kamarku, melempar tas ranselku ke meja rias yang di atasnya terlihat sepucuk amplop berwarna putih. Aku menghela nafas panjang, kuletakkan surat itu di atas tempat tidurku, mataku terpejam haruskah....haruskah aku pergi. tapi bertahan disini membuatku sakit, benar kata Rani aku harus menyibukkan diri. kepastian tentang Rasyid tidak kunjung datang sejak 6 bulan lalu di nyatakan hilang.

"Rumiiiiii....."tiba-tiba saja Rani lari menghampiriku memelukku persis orang yang baru menang undian berhadiah.

"Hey...biasa aja sih..kenapa??Kamu baru aja di lamar?" tanyaku penasaran.

"Aku diterima PGDT..suratnya datang kemarin sore...ini impianku lho...petualangan di daerah."

"iiiish kirain apa..buat kaget aku aja. " Sela ku sambil sambil kutempelkan surat yang juga kuterima kemarin ke muka Rani, dan kali ini reaksinya lebih dasyat lagi.

"Haaah....kamu juga Rum, tapi katanya kamu kan gak berminat."

"eheemm...ya oke aku mengerti...tidak usah dijelaskan". Tukas Rani sebelum aku mau menjelaskan, tapi perkataan Rani membuatku lega karena aku juga segan menjelaskan alasan untuk ikut PGDT. Aku tidak mau di bilang melarikan diri dari semua ini walaupun pada kenyataannya memang demikian .

"Senangku jadi double kalo begini, Aku bahagia banget bisa bareng kamu ."celetuk Rani sambil memelukku.

"Semoga saja kita bisa di tempatkan di daerah yang sama."

"Sabar ya Rum semoga ini bisa menjadi jalan terbaik buat kamu." Perkataan Rani tiba-tiba membuatku terharu dan tanpa terasa air mata ini lagi-lagi tak terbendung.

"Tuuuh.. kan kok jadi sedih ..aku yakin semua akan ada titik terang dan berakhir bahagia." Sela Rani sambil mengusap air mataku.

Rani adalah sahabat terbaikku, selama ini dialah yang selalu menghibur dan menemaniku padahal hidupnya tidak kalah tragis tapi dia selalu tabah dan ceria menjalani semuanya.

Harapan kami untuk bisa di tempatkan di daerah yang sama sepertinya sangat kecil. hari ini semua orang yang di terima PGDT  berkumpul di kementrian pendidikan dan kebudayaan di Jakarta. Aku  terpukau ternyata banyak sekali yang diterima PGDT. Sepertinya pemerintah memang serius ingin meningkatkan mutu pendidikan di daerah terpencil. Minat guru-guru muda untuk mengikuti PGDT pun besar ini dilihat dari pendaftar yang mencapai lima ribuan tapi sayang pemerintah hanya menerima sekitar seribuan orang, termasuk aku dan Rani. setelah itu kami akan di tempatkan ke daerah-daerah yang terpencil, bahkan diantaranya ada beberapa daerah konflik. Hari ini kami akan menerima surat perintah penempatan itu dan  akan menerima beberapa pengarahan.

"Manokwari."

Aku mengeryitkan dahiku..kenapa bukan Halmahera tempat  Rasyid di tempatkan batinku. apa-apaan ini kenapa ku bisa-bisanya berharap akan di tempatkan di daerah itu tidaak..hilangkan rasa itu. Sekarang kamu harus fokus Arumi. kehidupan baru telah menantimu.

"Udahlah gak apa-apa kok Ran ...kan cuma enam bulan." Hiburku. Rani terlihat kecewa ketika tahu penempatan kita berbeda . Rani di tempakkan di daerah Sulawesi bersama 5 orang lainnya . Setiap tim kami terdiri dari 5 orang dan hari ini kami di beri kempatan untuk bertemu dengan tim kami itu. Dan kami juga diberi kesempatan seminggu sebelum keberangkatan untuk mempersiapkan semuanya.

Hari ini cuaca panas menyengat walaupun begitu kami tetap harus melanjutkan perjalanan. Jam 02.00 WIB pesawat akan berangkat. Kami berangkat dengan pesawat milik angkatan udara Halim Perdana kusuma  katanya kami akan beberapa kali transit untuk sampai ke Manokwari, kurang lebih 5 sampai 6 jam perjalanan.

Ini adalah pengalaman kedua ku naik pesawat. tiba-tiba kenangan itu terbersit dan senyum Rasyid hari itu terbayang jelas menemani perjalananku, sementara Rani sudah sampai ke Sulawesi sehari sebelumnya, sejak itu kami kehilangan kontak,  memang kami diberi tahukan di daerah terpencil jangan harap ada fasilitas internet atau wifi sinyalpun sangat langka.

Manokwari merupakan salah satu daerah di tanah Papua. untuk mencapai kesana  harus dua kali transit dan terakhir kami menggunakan pesawat yang lebih kecil karena bandara di tempat kami ditempatkan hanya berupa bandara sementara.

Manokwari adalah daerah yang di kelilingi pegunungan bebatuan. Hamparan hijau sudah mulai terlihat. Jantungku tidak berhenti berdegup kencang ada rasa ketakutan, ntah apa yang akan aku temui nanti di sana . Daerah asing yang aku cuma bisa mendengarnya di televisi karena Manokwari termasuk salah satu daerah rawan konflik. beberapa bulan lalu ada beberapa relawan yang diculik,  karena kasus tersebut dua orang timku sampai mengundurkan diri. walaupun pemerintah akhirnya menemukan penggantinya. Aku melihat raut kecemasan yang sama dari keempat rekanku. Cuma orang-orang yang sedang putus asa yang mau di buang kesini. Termasuk aku.

"Rum kita sudah mau sampai, itu bandaranya mulai terlihat." celetuk Indri sambil menunjuk kebawah. Kami pun langsung memandang kebawah, terlihat bandara kecil yang beralaskan rumput hijau dan beberapa bangunan yang sepertinya adalah pangkalan militer serta beberapa orang yang berpakaian tentara yang berlarian menuju pesawat kami.

Aku menarik nafas dalam-dalam, udara di Manokwari begitu segar. Kami di sambut beberapa tentara dengan ramah, bahkan teman-temanku sampai salah tingkah.

"Selamat datang bu guru, semoga anda menikmati perjalanannya. Perkenalkan saya Rasyid komandan disini......"

Bagai petir menggelegar ...suara itu...wajah itu...aku tertegun kaku...dia Rasyidku. Mata kami bertemu, tapi kenapa tidak ada raut terkejut di wajahnya.

Apakah ini mimpi ...dia disini ...dia masih hidup. Saking tidak percaya terhadap apa yang aku lihat, suaraku sampai tercekat. Setidaknya aku masih bisa menahan diri untuk tidak lari memelukknya.

Tapi apa yang terjadi....dia pasti melihatku...tapi kok seperti tidak mengenalku, apakah dia lupa ingatan atau bagaimana. Aku terpaku terus memandangi pundaknya yang terus berlalu menjauh. Pikiranku kacau tidak karuan.

bersambung........









Cinta BugenvilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang