"Selamat pagi sayang...I love you."
Aku tersentak suaranya begitu jelas, masih terasa hangat di telingaku.
Tapi...argh, ternyata ini mimpi. Silau cahaya mentari pagi mulai mengintip melalui celah jendela, dan Rasyid tentu saja dia sudah pergi...entah kapan bahkan aku tidak menyadari kapan dia pergi.
Hari ini aku terbangun dan akan menjalani hariku dengan penuh semangat. Bahkan terlalu semangat sampai aku tidak sadar gerak-gerikku ternyata terlihat oleh Indri."Bu Arum ini aneh ya..kemaren seharian sering bengong..sekarang bangun tidur senyum-senyum sendiri, semalam mimpi indah ya? Mimpi ketemu pacar,atau...ketemu pak Rasyid."Ledek Indri.
Mendengar kata Rasyid sontak mataku langsung melotot, dan spontan kucubit pipi Indri. Mukanya yang putih mulus langsung memerah menahan sakit.
"Jangan ngomong sembarang, aku gak mau cari masalah bu Indri.""Aku cuma bercanda kok. Habisnya cuma kamu doang yang pagi ini bangun dengan wajah sumringah.
Aku sama Laras aj gak bisa tidur, disini banyak nyamuk."Jawab Indri sambil cemberut."Kalian sudah siap belum."Suara Nisa mengagetkan kami.
"Jika sudah siap kita semua ditunggu digerbang, kita akan di antar kesekolah."
Kami berlima segera bergegas, sudah tidak sabar kami ingin melihat anak-anak Manokwari bersekolah, karena kami disini memang untuk mereka.
Rasyid...dimana Rasyid diam- diam mataku menyisir seluruh area ini. Tapi Rasyid tidak terlihat.
"Mas Novan kok agak sepi ya..pada kemana?" Aku memberanikan diri bertanya, dari pada nanti aku penasaran.
"Oh...lagi ada breafing bu di dalam. Nanti pak Rasyid mau ke kota ada panggilan mendadak." Jelas Novan.
Ada rasa kecewa menggelitik.. ah Rasyid kau begitu dekat tapi kenapa terasa jauh.
Kami pergi ke sekolah dengan menggunakan mobil pick up...memang cuma mobil seperti ini yang ada. Kami berlima duduk di belakang, agak risih memang, pasti kami akan terbiasa nantinya.
Jalanan yang kami lalui masih berbatu dan rusak dan kanan kiri hutan, gak kebayang jika kami harus lewat sini pada malam hari. Jika pagi hari pemandangannya memang wow...tapi kalo malam, membayangkanya saja aku bergidik.Letak sekolah kami tidak begitu jauh hanya 15 menit jika dengan mobil, jika jalan kaki mungkin bisa satu jam atau lebih mengingat jalanannya jelek.
Sesampainya disana kami langsung disambut anak-anak lucu yang mungil berambut keriting dan sebagian besar dari mereka berkulit legam. Semuanya terlihat ceria sekali.
Novan langsung memperkenal kami kepada guru sekaligus kepala sekolah di sana. Pak Matius namanya. Dengan senyum yang ramah pak Matius menyambut kedatangan kami yang memang sudah ditunggu nya.
Jangan bayangkan sekolah disini seperti sekolah-sekolah di Jakarta, megah dan tingkat yang bisa dihuni oleh ratusan bahkan ribuan siswa.
Sekolah ini hanya terbuat dari papan yang di beberapa bagian sudah rapuh, bahkan ada bagian yang sudah ditambal. Hanya terdapat 3 ruangan dengan bangku dan meja seadanya dan papan tulis white board yang merupakan sumbangan dari Rasyid kata Pak Matius.
Menyedihkan memang tapi ini tidak menyurutkan semangat kami."Murid kami tidak banyak bu guru kami hanya punya 17 murid, keadaan dan kesadaran orang tua yang kurang yang membuat anak-anak disini tidak mau sekolah." Jelas pak Matius.
Pak Matius mulai mengenalkan kami kepada siswa-siswa nya.
Di kelas 1 dan 2 untuk anak usia 8 sampai 10 tahun ada 7 siswa, kelas 3 dan 4 untuk anak usia 11 sampai 13 tahun ada 4 siswa dan kelas 5 dan 6 ada 6 orang siswa mereka memasuki usia 13 sampai 15 tahun."Untuk setiap harinya saya yang mengajar mereka, kadang-kadang beberapa tentara terutama pak Rasyid dan bu Shila yang sering membantu." Jelas pak Matius.
Mendengar kata Shila, deg. Dadaku langsung berdesir,bukankah itu nama yang mereka ucapkan kemarin."Siapa bu Shila itu pak, apakah dia guru disini?"Tanyaku penasaran.
"Bukan....bu Shila adalah seorang dokter yang bertugas di daerah ini. Beliau sering mampir kesini dan membantu saya mengajar. Bu shila dekat sekali dengan pak Rasyid. Yang satu ganteng yang satunya lagi cantik mereka itu pasangan serasi."
Ujar pak Matius dengan santai.Mendengar semua ini seperti ada bara api yang menyala didalam hatiku, seberapa dekat Rasyid dengannya? Ooh aku cemburu tapi aku berusaha menepisnya, cukup Vira!! Tidak perlu di cemaskan Rasyid sudah milikku.
"Maaf pak kenapa siswa kelas 5 dan 6 kosong apakah mereka tidak bersekolah?" Tanyaku ketika melewati kelas yang tertulis kelas 5 & 6 tapi ternyata kosong.
"Nah itu salah satu masalah saya. Saya kualahan menangani mereka. Mereka susah di atur. Yang mereka takuti cuma pak Rasyid." Jelas pak Matius.
"Trus sekarang mereka dimana?"
"Di rumahnya masing-masing pastinya, mereka jarang sekolah."
"Pak Matius bisa mengantar saya menjemput mereka. Biar anak-anak disini teman-teman yang menangani."
"Bu Arumi yakin, mereka ini sulit dibujuk, nanti malah ibu kecewa." Ujar pak Matius.
"Tidak apa-apa pak, saya suka tantangan seperti ini."Jawabku yakin.
Aku dan pak Matius ditemani Novan memutuskan untuk menjemput mereka.
Kami mulai dari Ega anak yang berpengaruh diantara ke 6 anak itu, seperti akan menjinakkan ular, pegang dulu kepalanya.
Benar saja satu persatu anak-anak itu bisa aku bujuk untuk berangkat, kami agak kesulitan membujuk Bias tapi setelah aku janjikan boleh menginap di pangkalan tentara dia langsung sumringah. Bias memang sangat terobsesi dengan tentara.Jarak antara rumah dan sekolah siswa-siswa disini memang lumayan jauh, tapi itu mungkin cuma bagi kami yang kemana- mana sudah terbiasa dengan kendaraan, tapi tidak bagi mereka yang sudah terbiasa menempuh perjalanan jauh hanya dengan berjalan kaki.
Ega, Bias, Sani, Suja, Doru, adalah pandawa lima bagiku yang melindungi satu drupadi yang cantik bernama Ana.
Ana adalah perempuan satu-satunya di kelas itu.
Ana... jangan bayangkan dia seperti Drupadi yang cantik gemulai, Ana anak yang lincah dan tomboi, pohon setinggi apapun bisa dia panjat, cerewet, iseng dan juga pemberani, aku sempat hampir pingsan ketika dia melemparkan ular ke kepala Bias, sambil tertawa geli, belum lagi dia pandai melempar tongkat saat dia memperlihatkan padaku cara menangkap ikan.Hari ini anak- anak itu sangat gembira mereka belajar dengan baik, eh salah justru aku yang banyak belajar,mereka mengajariku bagamana sikap kita ketika melihat ular berbisa, cara menangkap ikan, mencari makanan lezat( itu kata mereka) bagiku tidaaak, ketika mereka dengan lahapnya makan sesuatu yang lebih mirip cacing tapi warnanya lebih transparant mereka menyebutnya cacing tambelo. Melihatnya saja aku sudah jijik apalagi makan. Belum lagi ulat sagu yang orang jawa sering menyebutnya gendon, binatang itu mereka telan hidup-hidup. Ntah kejutan apalagi yang akan mereka berikan padaku besok, yang jelas hari ini aku berhasil mengambil hati anak-anak istimewa ini dan aku mulai jatuh cinta dengan manokwari.
Hari ini kami pulang dengan membawa banyak cerita. Kami pulang dengan jalan kaki memang sengaja kami minta untuk tidak dijemput, kami tidak mau manja. Silih berganti kami bercerita sampai tidak sadar kami sudah sampai di pemukiman tentara.
Aku melempar tasku dan aku langsung menghempaskan diri ke tempat tidur tiba-tiba mataku langsung tertuju kepada bunga bugenvil di meja, oh di sini ada bunga bugenvile.... siapa lagi kalo bukan cinta bugenvileku Rasyid yang membawanya. Oh, ada surat dari Rasyid.
"Maaf malam ini aku tidak bisa menemanimu karena aku ada keperluan ke kota, jaga dirimu...
I miis you...I love you."R
Aku tersenyum membaca surat itu, malam ini aku akan merindukanmu Rasyid.
Setelah selesai membersihkan diri dan makan, kami memutuskan untuk langsung kembali ke kamar...lelah... aku cuma ingin tidur dan besok aku bisa bertemu anak-anak lucu itu lagi.
Ckrek..krek...
Aku terjaga dari tidurku ketika aku mendengar bunyi sesuatu yang terbuka.
Aku terkejut jendela...ya...jendela itu terbuka dan...
Bersambung.......
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Bugenvil
RomancePerjodohan dan cinta yang datang tak terduga Rasa cinta yang timbul sesudah pernikahan Cerita sederhananya... Dijamin bakal bikin kamu baper abis...