Pert 5 : Terpesona

2.4K 286 13
                                    

Untuk pertama kalinya di hari libur,  Yuki justru menghabiskan waktunya bersama 'pacar' sewaannya disebuah pusat perbelanjaan. Tanpa Ily.

Pacar?  Tentu saja. Hari ini kontrak itu mulai diberlakukan.
Sesuai janji yang ia buat pada sang 'pacar', mereka berburu pakaian yang akan dikenakan Al selama bersamanya. Bukan tanpa alasan, permintaan ini sesuai dengan yang Al minta. Kalian tau apa saja yang Al tulis dalam kertas kontrak yang Yuki tanda tangani kemarin?
Al  meminta semua keperluan yang ia butuhkan, termasuk makan, tempat tinggal dan pakaian. Kenapa bukan uang?
Al memiliki alasan tersendiri.
Baginya, jika keperluannya sudah diberikan oleh Yuki, lantas apa gunanya uang?

" Lo pilih apa aja yang lo butuhin di sini. Eh tapi inget ya, jangan banyak-banyak, honor gue belum turun!  " wanti-wanti Yuki agar Al bisa membeli pakaian secara bijak dan tidak terkesan boros.

" Bawel lo! "

Al bersiap memilih apa saja yang ia rasa cocok untuk dipakai di tubuhnya, seperti kaos, jaket  dan celana denim panjang serta kacamata.

Al mencoba satu setel pakaian yang ia pilih, lalu keluar dari kamar pas setelah dirasa pakaian itu  cocok di badannya dan ingin bertanya bagaimana pendapat  'pacar'-nya. Yuki.

Yuki menoleh saat mendengar Al memanggilnya,

Kesan pertama, Yuki terpesona melihat betapa tampan pacarnya yang hanya memakai pakaian sesederhana itu. Ya sederhana.
Hanya celana denim panjang, dipadu kaos putih polos serta jaket.
Se-simple itu, namun efeknya luar biasa.

Ah bukankah dari kemarin, Al juga berpenampilan seperti itu? Tapi kenapa Yuki baru menyadari ketampanan pria ini sekarang?  Itu karena suasana hati Yuki yang terlalu fokus pada masalahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ah bukankah dari kemarin, Al juga berpenampilan seperti itu?
Tapi kenapa Yuki baru menyadari ketampanan pria ini sekarang? 
Itu karena suasana hati Yuki yang terlalu fokus pada masalahnya.

"Wow " Yuki terperangah kaget tanpa suara.

"Ganteng juga ternyata "
ucapnya dalam hati hingga membuatnya tak lepas dari satu objek di depannya itu.

Yuki sampai melepas kacamatanya agar Al terlihat dengan jelas.
Melihat dari atas hingga bawah, bahkan tak ada celah baginya untuk menyangkal jika Al memang tampan.

" Woy, malah bengong.  Gimana?  Cocok nggak? "

Yuki mengangguk cepat, membuatnya terlihat seperti gadis bodoh.

Sadar dengan ketidaksingkronan otaknya, ia kembali bersikap biasa saja.
Ia tak ingin terlihat mengagumi ketampanan Al di depannya, pasti Al akan besar kepala menurutnya.

Al kembali masuk kamar pas,  bukan untuk mengganti pakaiannya,  namun mengambil pakaian yang ia pakai sebelumnya.

" Lo langsung pake? " pertanyaan itu meluncur dari bibir manis Yuki setelah melihat Al tidak merubah pakaian yang ia perlihatkan padanya tadi.

" Udah ganteng gini ngapain ganti? " jawabnya percaya diri.

Yuki memonyongkan bibirnya tanda tak setuju. Bukan tidak setuju dengan ketampanan Al, tapi kepercayaan diri yang Al tunjukkan. Ia pikir hal  itu sangat berlebihan.  Narsis dan itu  Seperti anak Alay.

" Eh, lo juga inget kan permintaan gue yang terakhir? "

" Iya, gue udah siapin semuanya. Lo tinggal duduk manis dan tunggu hasil akhirnya.  Kita jalan sekarang! "
Mereka kembali bergegas kesuatu tempat di mana tempat itu akan merubah 'sedikit' penampilan Al.

[•••]

" Gimana say?   Udah sesuai sama keinginan kamu belum?  " tanya  pria tampan yang sedikit melambai pada Yuki sambil menunjukkan hasil karyanya.

Yuki mengamati dengan fokus objek di depannya itu.

" Eh, gimana?  Lo setuju nggak gaya yang ini?  Kalo menurut gue sih udah pas. Nggak keliatan tua dan terlalu muda. "
Yuki bertanya pada lelaki dengan penampilan gagah berkumis tipis serta kacamata yang tak lain adalah Al.

Ini dia permintaan terakhir yang Al tulis di kontrak itu.
Al ingin sedikit merubah penampilannya agar terlihat lebih cocok untuk menjadi kekasih seorang artis yang saat ini sudah menjadi sorotan publik, itu alasannya pada Yuki.
Yuki tidak begitu mempedulikan permintaan Al, yang penting baginya adalah tujuannya bisa terpenuhi.

Al mengangguk setuju, setidaknya ini adalah uapayanya untuk lepas dari orang-orang yang mencarinya akhir-akhir ini.
Al merasa dirinya bagai seorang buronan, dicari dan diawasi.
Jika saja Al tidak berhati-hati, sudah dipastikan Al tidak akan mendapat yang ia cari.
Satu tujuan, namun begitu sulit ia dapatkan.
Bahkan ia rela pergi jauh untuk memenuhi tujuannya.
Ia berharap apa yang sudah ia korbankan selama ini mendapat hasil yang memuaskan.

" Kita pulang sekarang, ntar malem lo harus siap-siap ketemu nyokap sama bokap gue. Dan satu lagi, lo harus bisa jadi pacar yang baik didepan mereka! " kebawelan Yuki dimulai. Sudah berapa kali ia memperingati Al agar bersikap baik di depan kedua orang tua Yuki jika bertemu nanti, dan itu sangat membuat Al jengah.

" Ya ampun, gue ngerti YUKI. Dan gue jamin lo nggak akan nyesel ngelakuin ini semua. Semuanya nggak akan sia-sia. Gue bisa jamin itu "
Al berlalu begitu saja setelah mengeluarkan kekesalannya di depan Yuki.
Inilah alasannya kenapa Al membenci wanita,  kalo nggak bawel, ya ribet.

Riwayat asmara dalam hidupnya bersih, tak ada coretan sedikitpun. Bisa dikatakan bahwa pacar pertamanya adalah Yuki, dan itu pun hanya pura-pura.
Al tidak benci keramaian , namun tidak juga menyukai sepi.
Al tahu bagaimana rasanya sepi, bahkan ia sudah muak dengan kata yang disebut sepi.
Bukan tidak memiliki teman, Al bahkan seorang pemuda yang selalu aktif dalam berbagai acara muda mudi.
DISC JOCKEY, Al bahkan bisa disebut seorang Dj.
Mahir memainkan sebuah piringan hitam dengan berbagai jenis musik.
Bermain gitar, drum bahkan piano. hampir setiap alat musik yang bisa membuat para gadis terpukau bisa ia mainkan.
Katakan,  siapa yang bisa menolak pesonanya?

Semuanya terlihat sempurna, namun tidak bagi Al.
Dia bahkan iri dengan  orang-orang yang hidup  sederhana namun penuh dengan kehangatan.
Kehangatan keluarga.
Hal berharga yang hanya ia rasakan selama sepuluh tahun

Sepuluh tahun yang berharga namun hilang akibat sebuah skandal.
Sebuah skandal memalukan yang membuatnya terpisah dari orang yang seharusnya ia jaga.
Bunda.

Betapa rindu ia pada sosok yang dipanggil Bunda.
Rindu yang menyiksanya dan Rindu itu pula yang menuntunnya di kota besar ini.
Jakarta.

TBC



Pacar sewaan? (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang