Part 40 : Yuki menghilang

607 109 14
                                    

Tidak ada kabar berita mengenai Yuki di mana sekarang. Ily ingat betul apa yang Vebby katakan padanya saat pagi tadi di telepon.
Kini sudah sore hari dan Yuki belum juga memberikan kabar.
Jika saja bukan karena menghawatirkan Yuki, Ily enggan untuk menghubungi nomor gadis licik itu.

Beberapa kali menyentuh tombol yang sama, nomor itu tidak tersambung. Sama sekali.
Nomor yang anda tuju, sedang tidak aktif. Hingga berulang kali.

Jantung Ily mulai memburu, pikiran buruknya berseliweran seperti pertanda.

"Apa Alyssa udah ngelakuin sesuatu sama Yuki? " monolognya dengan harapan semoga apa yang dia pikirkan salah.

"Gue harus gimana sekarang? "

***

Aku merasa pusing. Entah kenapa kepalaku terasa berat. Tubuhku kaku dan saat ini posisiku sangat tidak nyaman.

Tarakhir kali kuingat, aku sedang bersama Alyssa. Dia memintaku menemaninya pergi ke suatu tempat. Saat di mobil, dia banyak bercerita hal lucu dan aku menikmati obrolan kami.

Hingga saat aku mulai merasa haus, Alyssa menyodorkan satu botol minuman dan aku meminumnya. Setelah itu,,,, gelap.

Aku membuka mataku sempurna. Tempat yang kini aku tinggali sangat asing. Seperti tempat lama tanpa penghuni. Lebih tepatnya seperti tempat yang pernah Al dan Bundanya disekap oleh Sharine.
Aku berlari menuju pintu,
"Tolonggg,,, " teriakku dan menggedor pintu itu sekeras mungkin.
Kuharap Alyssa bisa mendengar suaraku dan datang menolong.

"Alyssa,,, tolong. "

Kepanikanku bertambah saat menyadari tas milikku enyah. Apa aku dirampok? Lalu Alyssa bagaimana?
Apa dia baik-baik saja.
Siapapun, tolong aku.

Derap langkah terdengar, aku mundur beberapa langkah dengan rasa takut berlipat. Pikiranku menebak jika di depan pintu sana adalah pelaku penculikan ini.

Krekkk
Decitan itu nyaring. Detak jantungku makin memburu saat melihat sepatu yang orang asing itu kenakan.

Postur tubuh bak bodyguard makin meyakinkanku jika orang itu benar-benar penjahat. Layaknya di film-film yang pernah aku tonton, kurang lebih seperti itulah penampilannya.

Dia diam memandangku tanpa senyuman, lalu semakin maju dan kini terlihat jelas seseorang yang ada di belakangnya.

"Sharine, " ucapku pelan nyaris tak terdengar.
Syok tentu saja. Bagaimana bisa dia bebas ? Sejak kapan?
Bukankah harusnya dia ada di penjara saat ini?
Celakalah aku.
Al, tolong.

Wanita itu menyeringai, "Apa kabar Yuki? Senang bisa bertemu denganmu lagi. "
Ucapnya semakin mendekat ke arahku.

Matanya tajam melihatku dari atas hingga bawah, "Kamu takut? " tanyanya.

"Di mana Alyssa? Kamu nggak ngelakuin apa-apa ke dia kan? "

"Hahaha,,, " bukan menjawab, Sharine justru tertawa.

Aku semakin takut jika Alyssa benar-benar celaka  karena wanita jahat ini.

"Alyssa di mana? " bentakku. Aku marah. Sharine tidak seharusnya mengikutsertakan Alyssa dalam permainannya. Alyssa tidak ada sangkut pautnya dalam permusuhan ini.

Seperti orang gila, Sharine makin tertawa tidak jelas.

"Kamu khawatir pada Alyssa, Yuki? Kenapa kamu nggak khawatirin diri kamu sendiri? "

Dia berdecak lalu menggeleng ,
"Kamu itu polos atau bodoh ? Kamu khawatir sama orang yang justru udah nganterin kamu pada kami di sini. !" jelasnya.
Aku tidak paham maksud yang dia bicarakan.

"Kenapa?  Kamu nggak ngerti? " tanyanya lagi.

"Hahahah,,,, dulu kamu ketipu sama Emily, dan sekarang sama Alyssa. Mengenaskan. !"

Apa aku tidak salah dengar? Alyssa?

Sharine mengelilingi tubuhku yang berdiri dengan keterkejutan.

"Alyssa itu suruhan saya. Dia bukan cewek baik-baik seperti yang kamu pikirkan Yuki."

"Dan saya beruntung bertemu dengan dia. Dia lebih bisa diandalkan dari pada Emily. "

Aku mengutuk diriku sendiri karena hal ini. Bagaimana bisa aku tertipu oleh keluguan Alyssa dan aku justru meragukan kejujuran Al.
Al maafkan aku.

****

"Gimana bisa Yuki hilang Ly? Lo gimana sih? " Al bertanya dengan khawatir. Tangannya masih setia menempelkan ponsel pada telinga menghubungi nomor siapa saja yang berpotensi mengetahui keberadaan Yuki saat ini.

"Vebby bilang ke gue, Alyssa ajak Yuki pergi. Gue nggak tau ke mana. Dari sejam lalu gue udah hubungin nomor  mereka. Tapi  nihil. " jelas Ily meluruskan.

"Sialan tu cewek. Gue nggak akan segan-segan lukain dia kalo Yuki kenapa-kenapa! " kesal Al.

Lelah dengan usaha sebelumnya, Al memilih pergi mencari Yuki. Entah ke mana. Tapi satu hal, Al akan pulang membawa perempuan yang amat dia cintai itu.

****

' Emily, apa kabar? Apa kamu rindu Kakak?'

Sebuah pesan dari nomor baru membuat Ily gemetar.
Tanpa pikir panjang, Emily menekan tombol panggilan .

"Hallo,Kak !" ucapnya cepat setelah panggilannya dijawab.

"Hai sayang, Kakak rindu kamu. "

Setelahnya tawa keras Sharine menggema di telinga Ily.

"Kak,,, apa Kakak yang udah bawa Yuki. Di mana dia sekarang? " Ily tidak lagi basa basi. Cukup sudah. Ily tau maksud tawa itu.

"Kenapa kamu yakin Yuki ada sama Kakak, Emily? Kamu punya indra keenam, atau feeling kamu udah besar terhadap Yuki sekarang? "

"Oh iya, kamu bahkan rela jadi penghianat demi melindungi gadis dari anak seorang penyebab kematian ayah kita. "

"Cukup Kak. Rudy itu ayah aku. Bukan ayah Kakak. Kakak bahkan masih belum sadar siapa penyebab dia meninggal. Itu semua gara-gara Kakak."

Ily tidak terima ayahnya diakui Sharine dan dijadikan alasan untuk melukai Yuki.

"Hahaha,,,, aku tidak peduli Emily. Sebentar lagi kamu akan denger kabar kematian sahabat tersayang kamu ini."

"Nggak Kak. Jangan apa-apain Yuki. Aku mohon. Kakak bisa bunuh aku kalo Kakak mau, tapi jangan sekali-sekali lukain Yuki. "

Ily menangis ketakutan. Panik, takut, semua jadi satu.

"Aku punya alternatif buat kamu."

"Apa? "
Tanya Ily berharap.

" Bawa Al dan Bundanya. . "

Tbc

Pemanasan dulu ya.

Buka ni lapak debunya tebel. Bersiin mesti pake kemoceng  masa. Hahahah,,, 😅😅

Pacar sewaan? (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang