Mengingat kejadian sepuluh tahun yang lalu, saat usianya hampir sama dengan usia Al saat ditinggalkan bundanya, Ily menyesalkan hal yang pernah terjadi. Ia memang tidak bisa merubah masalalu, tapi sungguh ia ingin jika saja waktu itu ia tahu yang sebenarnya, ia tidak akan membiarkan kakaknya menikah dengan lelaki yang sudah beristri. Lelaki dengan status Ayah dari kekasih sahabat baiknya. Yuki.
Banyak pertanyaan muncul di otaknya, kenapa?
Ya, kenapa bisa ada di Jakarta?
Dengan keadaan seperti ini, terlihat lusuh dan tidak terurus. Apakah ada sesuatu yang tidak ia ketahui?Lalu apakah ini harus diberitahukan pada mereka yang saat ini hanya tahu bahwa Doni baik-baik saja di Surabaya.
Lalu Yuki? Bagaimana jika Yuki ingin tahu kabar dari korban tabrakan yang ia tolong?
Apa jawaban yang akan mereka--ILy dan Vebby--berikan?
Sungguh hal ini sangat membuat kedua orang yang duduk dengan wajah syoknya masih terdiam.
Spekulasi bermunculan dalam otak mereka. Memikirkan ini dan itu hingga pusing sendiri.****
Sejak meninggalkan rumah sakit hingga saat ini, Yuki belum juga mendapat kabar dari Vebby ataupun Ily tentang perkembangan korban yang ia tolong . Vebby hanya berkata jika semuanya akan baik-baik saja. Tapi nyatanya, saat dihubungi, tak ada satupun kontak yang tersambung. Pesan yang sedari tadi dikirim masih berstatus tunda, menelpon via WhatsApp sama saja. Tidak tersambung. Tidak Vebby, tidak juga Ily. Mereka terlihat kompak membuat Yuki khawatir saat ini. Ingin pergi meninggalkan Al, rasanya tidak mungkin. Apalagi hingga sekarang, Maia belum juga menunjukkan tanda-tanda kehadiran. Bosan menunggu, Yuki memutuskan untuk pergi ke kamar Al melihat apa yang Al lakukan. Istirahat atau justru tidak bisa tidur karena dirinya sempat menolak permintaan Al yang menyuruhnya untuk tetap menemani di kamar.
Pintu dengan warna kecoklatan itu ia dorong ke depan menghasilkan sebuah bunyi decitan. Kakinya melangkah pelan takut-takut akan mengganggu Al yang beristirahat.
Yuki menghela napas lega saat tahu jika kekasihnya itu menuruti perintahnya. Al istirahat dengan tenang. Memejamkan mata dengan napas teratur.
Yuki semakin melangkahkan kakinya mendekat dan menarik kursi dengan pelan untuk duduk di samping kekasihnya itu tidur. Yuki tersenyum , wajah damai kekasihnya membuat hatinya bersorak bahagia. Sempat berpikir bahwa dirinya sangat beruntung bisa memenangkan hati seseorang hingga sejauh ini. Lelaki pertama yang membuatnya mampu tidak memikirkan lelaki lain.
Rasanya Al sudah cukup membuatnya bahagia. Kebersamaan beberapa bulan belakangan sudah cukup memantapkan hatinya bahwa tidak ada lagi selain Al yang bisa membuat hatinya menghangat seperti ini.
Yuki memberanikan diri mengusap dahi Al dengan pelan tanpa berniat untuk mengganggu, menatap lamat-lamat wajah damai Al yang saat ini tertidur pulas." Seminggu tanpa kamu itu berat. Tapi, aku harus pura-pura baik-baik aja. Padahal, satu hari aja aku kangen. " ungkapnya pelan. Tangannya terus mengusap dahi Al pelan sambil terus bicara.
" Aku nggak bisa buat benci lama-lama sama kamu. Aku cuma pengen kamu bisa menghargai orang lain. Itu aja. "
" Seandainya orang itu bukan Alyssa pun, aku akan lakuin hal yang sama. "
" Tapi aku seneng, akhirnya kamu mau minta maaf. "
Yuki kembali tersenyum lalu menghela napas kembali saat mengingat seminggu yang lalu Al mengungkapkan rasa cemburunya terhadap Ryu." Maafin aku karena buat kamu cemburu. Aku sengaja ngajak Ryu biar kamu tau kesel karena cemburu itu gimana. Dan aku berhasil. "
" Berhasil buat cemburu diri aku sendiri. " Yuki mentertawakan diri sendiri atas rasa yang ia alami.
" Aku cemburu liat kamu pegang tangan Alyssa, apalagi saat tau kalo Alyssa lebih dulu kenal sama kamu dibanding aku! " air muka Yuki berubah. Dirinya nampak kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pacar sewaan? (✔)
FanfictionGara-gara dituntut untuk segera memiliki suami, seorang aktris muda keturunan Jepang harus menyewa seseorang untuk menjadi pacarnya. Namun seiring waktu, perasaan itu berkembang menjadi hal yang nyata. Hingga takdir membawa mereka pada kehidupan ma...