Sudah lebih dari empat orang berhasil dilumpuhkan oleh orang yang Ryu bawa. Kini gilirannya mengambil alih perhatian Sharine agar menjauhkan pistolnya dari Yuki.
Ryu melemparkan dua buah kaleng di tengah-tengah mereka. Tak lama, asap tebal mengepul menyelimuti ruangan itu.
Ini waktunya, pikir Ily.
Ily menarik tangan Maia agar menunduk lebih rendah. Sedang Ryu masuk ke tengah dan menarik kursi yang diduduki Yuki lalu bersembunyi.Baku tembak tak terelakkan. Makian Sharine bahkan tak dihiraukan.
Ily bergerak menjauh dari tempat nereka sebelumnya dengan posisi yang menunduk sambil menarik Al yang berupaya menahan sakitnya.
Sedang Maia yang tidak paham akan situasi yang menimpanya saat ini hanya mengikuti apa yang dilakukan Ily.Mereka berlindung dibalik tembok. Bersandar dengan was-was.
"Dimana Yuki? " tanya Al pada Ily.
"Tenang, Al. Aku yakin Yuki sudah aman di tangan Ryu. " jawab Ily.
Al berharap semoga apa yang dikatakan Ily benar.
Benar saja, Ryu berhasil membawa Yuki bersamanya. Tali yang mengikat tubuh Yuki sudah terlepas. Hanya saja, Yuki belum juga sadar. Sepertinya Yuki harus mendapatkan perawatan secepatnya.
"Emily, Al, Maia, dimana kalian? "
Suara itu terdengar sangat dekat di telinga Ily. Ily merasa, Sharine berada di sekitarnya saat ini.Ily memegang sesuatu di belakang tubuhnya. Pistol pemberian Ryu.
Ily tidak lagi berpikir panjang untuk mengeluarkan pistol itu dari balik pakaiannya. Sebelum Sharine melakukan tembakan pada mereka, Ily lebih memilih menembakkan pistol itu pada kakaknya jika memang dibutuhkan.Al terkejut saat melihat Ily mengeluarkan senjata api itu.
"Darimana kamu dapetin itu? " tanya Al.
"Ini semua rencana Ryu, Al. Aku harus lakuin ini untuk menyelamatkan kita semua. " ucap Ily.
"Kasih aku, biar aku yang lakuin! " pinta Al.
Ily menggeleng. "Nggak,Al. Kaki kamu terluka. Kita harus pergi dari sini! "
"Ily, Maia, Al,, dimana kalian? "
Dorr,,,
Tembakan itu Sharine lepaskan tidak beraturan. Berniat menggertak mantan sanderanya agar menyerahkan diri sekarang juga.
Beberapa orang suruhannya terkapar tak berdaya akibat baku tembak yang terjadi beberapa menit yang lalu.
Sebenarnya Sharine pun mendapat satu tembakan pada lengannya, bahkan darah segar mengalir melewati tangan dan menetes terus menerus. Sayang, semua sakit itu terabaikan karena Sharine punya tujuan lebih besar daripada mengurus lengannya yang terluka.Dorrr
Lagi, Sharine melepaskan tembakannya.
Sharine menyeringai saat melihat sebuah bayangan berjalan ke arah pintu keluar dengan tergopoh-gopoh.
"Hahahah,, " ucapnya tertawa.
Dengan apa yang ditangkap oleh netranya, Sharine meyakini itu adalah Maia yang sedang menuntun Al keluar dari gedung.
Dendamnya akan terbalaskan sekarang juga. Jika tidak bisa pada semuanya, setidaknya satu orang akan gugur hari ini. Pikirnya.
Dalam hitungan detik yang terasa lebih lambat, Sharine sudah siap menekan pelatuk pada pistol yang dia tujukan pada targetnya.Dorrr,,,,
Bukhh,,,,,
Waktu seolah melambat. Percikan darah keluar akibat tembusan peluru yang tepat mengenai pergelangan tangan. Tubuh sang pemilik jatuh terkapar menahan sakit, sedang pistol yang dia pegang sebelumnya terlempar entah kemana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pacar sewaan? (✔)
FanfictionGara-gara dituntut untuk segera memiliki suami, seorang aktris muda keturunan Jepang harus menyewa seseorang untuk menjadi pacarnya. Namun seiring waktu, perasaan itu berkembang menjadi hal yang nyata. Hingga takdir membawa mereka pada kehidupan ma...