Ily tengah duduk pada kursi dengan senderan di belakang. Tangannya mengusap dahi sambil berpikir. Setelah melihat beberapa bukti yang diberikan oleh Al padanya, ia terlihat tidak percaya. Gadis sebaik Alyssa-menurutnya- memiliki tujuan 'khusus'. Tapi apa?
Ily mengingat beberapa hari lalu saat Yuki bersikeras meminta Al untuk memenuhi undangan Alyssa yang katanya mengadakan pesta justru berakhir dengan Yuki yang merasa tidak nyaman.
Hari itu, bukan hanya mereka yang datang. Tidak banyak memang. Bahkan cenderung sedikit jika diukur dengan sebutan pesta kecil. Setidaknya menurut Ily.
Undangan yang Alyssa berikan hanya untuk mereka bertiga, dan ditambah dua orang yang salah satunya orang yang paling Yuki hindari. Ryu.Entah kenapa hari itu Vebby mengajak Ryu bersamanya.
Suasana canggung tak terhindarkan bahkan Al terlihat cuek dengan tingkah Yuki yang jadi pendiam.Sebuah suara menghentikan pikiran Ily. Seseorang datang dengan langkah terburu-buru menghampirinya.
" Ly, lo udah terima kiriman gue kan? Jadi gimana menurut lo? " suara itu membuat Ily harus mengumpat kesal, dia pikir siapa yang datang. Rupanya Al. Matanya ia buka kembali dengan wajah bersungut.
" Lo dateng tiba-tiba kayak hantu. Gue pikir Yuki. Erghh " ucapnya. Ily duduk tegak dan menyuruh Al ikut duduk pada kursi yang tak jauh dari tempatnya duduk." Iya, gue udah liat. Tapi gue masih bingung aja motifnya apa. Apa dia suka sama lo? " ujarnya spontan. Al menggerutu mendengar jawaban asal-asalan yang sebenarnya sudah dibahas.
" Gue udah bilang berkali-kali. Bukan itu alasan dia. " jawab Al terlihat kesal. Kursi besi dengan bobot tidak begitu berat itu ia dekatkan pada kursi tempat Ily duduk.
" Denger ya, dulu, waktu jaman gue masih satu sekolah ama tu cewek, dia jadi mata-mata nyokap tiri gue. Kakak lo. Dia selalu kasih tau aktifitas gue sama bokap biar bokap gue ngehukum gue. Nah gara-gara dia juga, bokap ambil semua fasilitas gue selama gue belum berubah. Yang jadi permasalahannya adalah gue heran kenapa tu cewek dateng lagi. Sok manis pulak. " jelas Al semangat sambil bergidik pada kata terakhir." Eh, kakak gue kenapa juga harus ngadu sama bokap lo? Maksud gue, untungya itu apa? " tanya Ily masih bingung.
Al menghela napas, " Gini ya Ly, kakak lo itu mau ambil simpati bokap gue. Dia marahin gue seolah-olah gue itu anak yang dia sayang. Dia sok perhatian sama gue biar Bokap percaya kalo dia bisa jadi Nyokap yang baik buat gue dan ngegantiin posisi Bunda. " jelasnya,
" Lo tau nggak apa yang dia bilang ke Bokap gue saat Bokap marahin gue? " tanyanya,
Ily menggeleng
" 'Mas, jangan dimarahin terus. Kasian Al. Mungkin dia juga butuh hiburan. Lagian kita bisa bicarain baik-baik, nggak usah emosi lah ' " ucap Al sambil menirukan gaya ibu tirinya." Masa Kak Sharine gitu Al? " tanya Ily tak percaya.,
" Itu belum seberapa. Yang lebih parah lagi waktu dia fitnah gue kalo gue ngelawan dia saat berusaha nasehatin gue. Gue dihukum, dikunciin dalem kamar sampe nggak makan semaleman. Dan itu bikin gue tambah nekat buat kabur dari sana "
Ily membulatkan mata tidak percaya. Setega itu kah?" Tapi kenapa lo bisa tau kalo Alyssa yang jadi informannya kak Sharine? " tanya Ily lagi.
" Gue nge-gap dia waktu foto gue di Club. Gue emang sengaja mancing dia dengan pura-pura mabok. Terus dia pergi sambil tersenyum. Gue curiga dong. Dan tanpa gue sangka, dia datengin seseorang yang gue kenal. Nyokap tiri gue. Dia kasih amplop sama Alyssa yang gue pastiin itu duit! "
" Astaga, parah banget tu cewek! " komentar Ily sambil menutup mulutnya. Al mengangguk setuju.
" Eh, tapi kok rumah dia gede' gitu ya? Maksud gue, kan Alyssa jadi informan demi uang. Lah terus kalo dia udah kaya, ngapain jadi informan orang. Lagi ? " tanya Ily bingung. Al pun demikian. Dirinya terdiam sejenak berpikir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pacar sewaan? (✔)
FanfictionGara-gara dituntut untuk segera memiliki suami, seorang aktris muda keturunan Jepang harus menyewa seseorang untuk menjadi pacarnya. Namun seiring waktu, perasaan itu berkembang menjadi hal yang nyata. Hingga takdir membawa mereka pada kehidupan ma...