Sharine mondar mandir di depan Yuki yang duduk dalam keadaan terikat. Dengan tubuh pucat pasi, Yuki menundukkan kepalanya nyaris tak sadarkan diri.
Pergi dari pagi hingga waktu nyaris malam, Yuki belum memasukkan makanan apapun ke dalam perutnya kecuali air mineral. Air yang nyatanya membuat tubuh itu luruh tak sadarkan diri.Sharine tau Ily akan datang di waktu yang sudah ditentukan bersama dengan orang-orang yang dia kehendaki. Al dan Maia.
Untuk kali ini, Sharine tidak akan melakukan kesalahan termasuk percaya pada orang lain. Dia akan melakukan semua kemauannya bahkan jika di depan Ily. Tak peduli bagaimana Ily menilainya karena sebenarnya ini juga termasuk membalas perbuatan Ily yang sudah menghianatinya dulu.
Membuat Ily merasa bersalah dengan melihat orang-orang yang dia sayangi disiksa di depan matanya. Itu menyakitkan bukan?
Ah, belum apa-apa, Sharine sudah membayangkan itu lebih jauh.
"Yuki, apa kamu bisa bayangkan siapa saja yang akan ada di sini ? " tanya Sharine.
Tanpa dijawab, Sharine tetap melanjutkan ucapannya."Al dan Maia. "
"Mereka akan dateng nebus kamu. Mereka akan nukar diri mereka dengan keselamatan kamu. Dan itu karena Ily. "
"Ily yang akan jadi saksi bagaimana satu persatu orang-orang yang sudah membuatku terpuruk itu tewas ," Sharine berbicara sadis tanpa berpikir.
"Kalo kamu mau bunuh aku, lakukan sekarang juga. " ucap Yuki lemah.
"Wow,, kamu tidak takut kematian Yuki? "
Tanya Sharine seolah meledek ucapan berani dari Yuki."Semua orang akan merasakan itu, termasuk kamu. Kalo aku mati tanpa membebankan orang-orang yang aku sayangi, itu akan jauh lebih baik. "
"Dan satu hal lagi Sharine, kamu nggak akan dapet apa-apa selain kutukan. Hidup kamu nggak akan tenang dan pasti akan selalu dihantui rasa bersalah ."
"Itu pun jika hatimu masih ada.! " lanjut Yuki tenang.
"DIAM YUKI. Aku tidak butuh ocehanmu. Aku tau apa yang harus aku lakukan. Termasuk membuat hati ini puas. "
Yuki tersenyum miring. Lalu berusaha menegakkan kepalanya.
"Puas dari segi apa? Membunuh orang yang tidak tau apa-apa tentang perasaan kamu? "
"Membunuh orang yang pernah jadi sahabat kamu sendiri? "
"Membunuh orang yang suaminya sudah kamu ambil? "
Yuki makin berani mengucapkan hal yang menurut Sharine sangat mengusik hatinya."Aku bilang diam Yuki, atau peluru dari pistol ini akan bersarang di tubuh kamu sekarang juga. "
Sharine menodongkan pistol di depan tubuh Yuki dengan teriakan dan amarah yang sudah memuncak di ubun-ubun ."Lakukan sekarang juga. " tantang Yuki geram.
Tok tok tok,,
Suara pintu yang diketuk membuat Sharine mengurungkan niatnya dan menoleh ke arah sumber suara.
"Ada telepon untuk bos. "
Sharine menatap Yuki remeh.
"Berterimakasihlah karena nyawamu masih selamat kali ini. "Yuki mendengus.
"Hallo Emily, " sapa Sharine.
Yuki yang mendengar nama Ily disebut refleks teriak.
"Ly,--"
"Ly, jangan turutin kemauan Kakak lo. Gue rela kalo gue kehilangan nyawa gue daripada harus kehilangan orang-orang yang gue sayangi. !"
"Hahahah,,,, kamu denger suara itu Emily? Itu Yuki. Sahabat kamu. Kakak bisa aja tembak dia sekarang kalo kamu nggak bawa Al dan Maia . !"
"Heh,,, perempuan gila. " teriak Yuki pada Sharine, "Bunuh aku sekarang juga. Jangan pengaruhi Ily untuk melakukan kesalahan yang sudah pernah dia lakukan. !"
"Hahahahah,,,, Ily, dimana Al dan Maia? Sepertinya Yuki sudah tidak sabar untuk mati. !" Sharine tertawa,
"Kak,,, demi Tuhan jangan lukai Yuki. Ily akan bawa mereka. "
"Ily,,, jangan " panggil Yuki putus asa.
Sambungan telepon dimatikan.Jelas sudah saat ini, Sharine benar-benar sudah tidak waras dan hilang akal. Semua dendam yang tersimpan itu akan segera dia lampiaskan pada targetnya.
"Betapa bahagianya aku melihat kalian seperti ini. " Wajah Sharine menyeringai.
"Jahat, kamu tidak pantas disebut Kakak. Dasar wanita jalangggg, "
Tubuh Yuki meloncat-loncat dari kursi membuat kursi ikut bergerak. Ingin rasanya lepas dari ikatan itu untuk menampar Sharine agar dia sadar atas apa yang dia lakukan sekarang.
"Jalang? " wajah Sharine mendekati Yuki lalu tangannya mencengkram kedua pipi Yuki dengan geram.
"Panggil lagi,, " perintah Sharine.
Yuki sulit bicara karena pipinya masih dicengkram kuat.
"Hahaha,,, ayo bicara lagi Yuki. "
Yuki menggerakkan kepalanya ke kanan dan ke kiri berusaha melepas cengkraman kuat Sharine dari pipinya.
Plakk,,,
"Ini agar kamu sadar kalau kamu sekarang sudah tidak berdaya lagi. Hidup kalian ada di tanganku. Camkan itu! "
Sharine meninggalkan Yuki sendirian setelah melayangkan sebuah tamparan keras hingga membuat sudut bibir Yuki berdarah.
Mata Yuki terpejam erat, air matanya turun menahan perih.
Dia letih dengan segala rasa takutnya.Perpisahan itu begitu nyata di depan mata. Perpisahan dengan kedua orangtuanya, adiknya, sahabatnya, dan Al, orang yang sangat dia cintai .
Satu pertanyaan Yuki dalam hati.
Kapan ini berakhir ?****
"Jadi, apa rencana lo? "
Ily dan Ryu masih di dalam mobil. Menyusuri tempat yang begitu asing bagi mereka."Rencananya sederhana. Lo cukup bawa Al dan Bu Maia seolah lo emang mau nyerahin mereka. Dan gue akan berusaha bebasin Yuki saat kakak lo dan anak buahnya lengah. Tapi ingat, buat mereka sesibuk mungkin. Atau bila perlu, buat drama sekalian. "
Ily mengangguk.
"Dan ini,,," Ryu menyerahkan sebuah senjata api pada Ily.
"Gue nggak bisa. Gue takut. " ucap Ily.
"Tenang Ly. Lo lebih takut pegang ini atau kehilangan Yuki? Lagian ini cuma buat jaga-jaga. Lo nggak harus pake ini buat nembak orang. " jelas Ryu meyakinkan.
"Tapii,,,, "
Ryu menggeleng.
"Demi keselamatan Yuki. "Ily menelan ludahnya. Tangannya gemetar saat harus memegang senjata api itu.
"Inget, ini dipake' kalo emang dibutuhin. Dan jangan diarahkan ke orangnya, cukup tembak ke atas untuk menggertak mereka. " ingat Ryu pada Ily .
"Oke,, ini demi Yuki. Semoga gue bisa. "
Harapnya.Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Pacar sewaan? (✔)
FanficGara-gara dituntut untuk segera memiliki suami, seorang aktris muda keturunan Jepang harus menyewa seseorang untuk menjadi pacarnya. Namun seiring waktu, perasaan itu berkembang menjadi hal yang nyata. Hingga takdir membawa mereka pada kehidupan ma...