Tidak ada hal yang lebih menyenangkan lagi daripada melihat dua orang yang saling mencintai yang sempat bertengkar kini sudah berbaikan. Vebby tersenyum senang karena akhirnya Al bisa menjalankan usulnya dengan baik. Ia pikir akan sulit menaklukan Al dengan prinsipnya, ternyata satu alasan saja sudah cukup. Demi Yuki.
Vebby menaruh harapan besar pada Al, semoga lelaki tampan yang berstatus sebagai kekasih kakaknya itu bisa bertanggung jawab menjaga kakaknya dengan segenap jiwa dan tidak membiarkan kakaknya bersedih sendirian.Vebby mendekat pada dua orang yang sudah lama ia pandangi yang kini duduk saling merangkul. Masih terlihat jelas air mata dari kakaknya yang menetes di pipi. Rupanya gadis itu masih betah menikmati penyesalannya.
" Kak, apa korban yang kakak tolong udah sadar? " tanya Vebby dan membuat Yuki mengangkat kepalanya. Yuki menggeleng lemah. Lalu Vebby duduk di samping Yuki.
" Hem,, lo nangis karena kasian sama korban atau karena Al sih? " tanya Vebby menggoda. Setidaknya ini upaya untuk mencairkan suasana yang menurutnya tidak nyaman.
Yuki tertawa dengan bibir menggulung ke bawah. Ia terlihat malu dan menunduk.
" Kak, mending lo pulang. Kasian Al, kayaknya dia butuh banyak istirahat! " bujuk Vebby memberi ide.
" Biar gue yang nunggu di sini. Lagian Ily juga on the way ke sini." sambungnya lagi.
Yuki mengangguk setuju.
" Ayo Al, aku nggak mau jadi tambah merasa bersalah karena udah buat kamu sakit. Kita istirahat di rumah, ya? " ajak Yuki, ia langsung berdiri dan tangannya dengan cepat menarik tangan Al untuk segera pulang ke rumah bersamanya. Benar kata Vebby, ia bahkan lupa jika Al baru saja mendonorkan darah untuk korban yang hingga sekarang belum sadar.
Al harus banyak beristirahat agar tubuhnya segar kembali.Mata Al sayu, perutnya terasa mual dan kepalanya pusing. Ia berjalan dengan pelan setelah memberi pesan pada Vebby untuk segera memberitahu perkembangan korban tabrakan itu. Vebby mengiyakan dan menyuruh Al tidak usah khawatir.
***
" Kita pulang naik mobil kamu aja ya? " usul Yuki yang hanya mendapat anggukan pelan dari Al. Sungguh, tubuh itu terasa sangat lemas. Jika saja Yuki tidak memegang tangan kekasihnya itu dengan kuat, lelaki itu mungkin tidak akan sanggup berdiri di atas kakinya sendiri.
" Al, kamu masih kuat kan? Aku akan cepet bawa kita untuk sampe di rumah! " ucap Yuki dengan nada khawatir.
Kini mereka sudah sampai di depan mobil Al, Yuki segera membuka pintu dan membantu Al untuk masuk ke dalamnya. Ia duduk di depan kemudi dan segera membawa kendaraan beroda empat itu keluar dari area rumah sakit. Berkendara dengan kecepatan 80 km/ jam dengan harapan bisa sampai rumah dengan cepat.
*****
" Vebb, Al sama Yuki udah pulang? " Ily datang dengan sebuah pertanyaan. Vebby mengangguk, " Sepuluh menit yang lalu Ly. Oh ya, apa ada kemajuan? " tanya Vebby.
" Ya, syukurnya Ryu bisa kita andelin. Awas aja tu cewek kalo bener suruhan kakak gue, nggak akan gue lepasin dia! " ucap Ily geram.
" Iya, gue juga nggak nyangka kalo Kak Ryu mau pura-pura gini dan bantu kita. Kalo aja dulu Papa nggak cerita yang sebenernya, mungkin gue masih nyangka kalo Kak Ryu dateng buat nikahin kakak gue dan buat gue patah hati."
" Hahaha,, Gue nggak bisa bayangin kalo lo akan marah sama Kakak lo gara-gara orang yang lo suka, ternyata sukanya sama dia, " ledek Ily sambil tertawa
" Dan untungnya itu nggak terjadi. "
Vebby tersenyum. Ia kembali teringat pada malam saat Ryu datang ke rumah. Tepat saat Al diajak untuk makan malam setelah semua insiden buruk menimpa keluarga mereka. Malam yang dipenuhi drama karangan ala keluarga Kato.
Semua ikut andil termasuk Yuki. Yuki harus mengakui jika dulu memiliki hubungan pertemanan yang baik padahal hanya sebatas teman biasa. Teman kecil yang kebetulan kedua ayahnya bersahabat baik. Teman kecil yang dulu memang sempat dijodohkan." Ly, kalo seandainya Kakak lo emang dalang dari semuanya, apa yang akan lo lakuin? " tanya Vebby. Sebenarnya pertanyaan itu sering tertahan, hanya saja rasa penasaran akan jawaban yang didapat dari mulut Ily membuatnya mau tidak mau harus bertanya.
" Dia akan dapet balasan yang setimpal Vebb. Gue masih inget penyebab Papa gue meninggal. " raut muka Ily berubah, ia terlihat sedih.
Vebby memegang bahunya," Dia penyebab Papa gue korupsi di perusahaan Papa kalian dan harus mendekam di penjara sampe buat Mama depresi dan buat kami sekeluarga malu. Gue harus rela jadi anak yatim gara-gara dia, Vebb. Dan lebih parahnya, dia udah manfaatin gue untuk hancurin keluarga kalian. Terutama Yuki. " Ily terlihat sendu, matanya tersirat akan penyesalan.
" Yuki, satu-satunya orang yang udah nganggep gue lebih dari temen. Yang memperlakukan gue layaknya sodara. Yang rela ngelakuin apa aja demi gue bahagia." entah sejak kapan air matanya menetes. Ia tidak sanggup menjabarkan semua kebaikan yang Yuki lakukan padanya selama ini.
" Yuki pernah bilang ke gue ' Ly, suatu saat nanti, kalo Tuhan mau ambil salah satu dari kita, gue rela lo yang pergi duluan ninggalin gue ' " ucap Ily menerawang.
Vebby terlihat bingung.Ily tersenyum dan kembali melanjutkan.
" Baru sekarang gue nyadar kalo yang Yuki bilang itu bener. Karena mungkin, kalo dia yang pergi duluan, gue nggak akan sanggup ditinggal dia untuk selamanya. ""Saat kita meninggal, kita pergi jauh dibatesin sama alam yang beda. Tanggung jawab kita abis dan dunia kita berubah. Tapi semua akan beda kalo kita yang ditinggal. Kita akan terbebani sama kenangan dan rindu yang nggak akan ada obatnya! "
Vebby ikut terharu karena mengerti apa yang Ily ungkapkan. Ia tak sadar jika nyatanya ikatan persahabatan yang pernah ia remehkan lebih kuat dari sekedar nama, status dan kebersamaan. Semua tidak sesederhana itu. Kini ia tahu satu hal, kakaknya adalah contoh yang baik. Orang yang mampu membuat orang lain yang dulu membencinya kini berbalik menyayanginya.
***
" Al, kamu butuh sesuatu? " Al menggeleng.
" Aku cuma butuh kamu. Tetaplah di sini sampe Bunda pulang. " pinta Al. Yuki menggeleng merasa keberatan. Jika saja di rumah ini ada orang lain, Yuki pasti akan menemani Al tanpa diminta. Tapi sekarang, jangankan sang Bunda, asisten rumah tangganya saja belum terlihat.
" Nggak Al, aku akan nunggu di luar. Kamu bisa panggil aku kalo kamu butuh sesuatu. " jawab Yuki. Al mengangguk terpaksa karena mengerti maksud dari jawaban Yuki.
" Give me a hug " Al merentangkan kedua tangannya melebar. Yuki menghela napas, Al selalu mencari kesempatan. Nakal.
" Sebentar aja ya. Kamu harus banyak istirahat. " ucap Yuki mengingatkan. Lalu dirinya mendekat dan menunduk untuk memberikan pelukan pada Al.
" Manja " ucapnya masih dalam pelukan. Bibirnya melengkung membentuk senyuman. Menikmati pelukan ternyaman yang pernah ada dalam hidupnya.
***
Tidak ada yang tahu seperti apa takdir, seperti yang Ily alami saat ini. Beberapa saat mencurahkan isi hatinya pada Vebby, mereka memutuskan untuk segera menjenguk korban. Korban yang kini tidak sadarkan diri dengan beberapa alat bantu dan perban di kepala itu terlihat tidak asing. Saat mendekat, Ily benar-benar meyakinkan diri jika ia mengenali orang itu.
Ily mencengkram kuat lengan Vebby hingga pemiliknya mengadu kesakitan.
" Ly, sakit. "" Vebb, apa Al udah liat korban?"
" Nggak tau, tapi kayaknya belum deh. Kenapa? "
" Dia,.... korban ini, suami kak Sharine " jawab Ily terbata.
" Apa? dia ayahnya Al? " tanya Vebby terkejut.
Ily mengangguk.Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Pacar sewaan? (✔)
FanfictionGara-gara dituntut untuk segera memiliki suami, seorang aktris muda keturunan Jepang harus menyewa seseorang untuk menjadi pacarnya. Namun seiring waktu, perasaan itu berkembang menjadi hal yang nyata. Hingga takdir membawa mereka pada kehidupan ma...