Typo's everywhere.
Happy Reading.
-----------------------------
"Emang om kan?"
"Terserah tante."
Gadis SMA ini membulatkan matanya setelah disebut 'tante'. Apa pria ini tidak melihat dirinya yang berpakaian putih abu-abu? Apa seragam sekolah masih bisa dibilang identitas? Wajahnya pun tidak bisa disebut sebagai tante-tante, karena ia tidak berdandan seperti anak sekolah yang lain.
"What the--- oke terserah."
***
Ah aku sangat menyukai gadis ini. Tidak kan Tuhan menjodohkan ku dengannya, aku tak peduli jika disebut pedofil. Yang terpenting aku bisa terus bersamanya.
"By the way, saya bukan om-om yang ada di otak kamu itu. Jadi, saya boleh kan suka sama kamu?" Aku menaik turunkan alisku untuk menggodanya lagi.
"Masih gak ngaku lagi, inget umur udah om-om bukannya cari istri malah cari masalah."
"Kan saya lagi nunggu kamu lulus, emang kamu mau saya nikahin sekarang?"
Pipinya memerah begitu saja dan setelah aku menyebutkan namanya yang terlihat di nametag yang terpasang pada seragamnya itu ia langsung menutupi bagian dadanya. Ck! padahal aku tidak berpikiran kesitu.
Kereta yang kami tunggu akhirnya datang dan gadis SMA yang namanya Feylisa itu berlari memasuki gerbong kereta. Ia mencoba menghindariku.
Aku tertarik padanya. Iya, segala cara akan ku lakukan. Ini bukan tentang hal pandanhan pertama atau apa, aku sudah sering melihatnya saat di gerbong kereta. Dan aku rasa sudah cukup waktunya untuk memperhatikannya secara diam-diam terus, aku bukan laki-laku puitis yang akan membuat quotes saat aku menyukai seorang wanita secara diam-diam.
Lihat saja nanti aku akan hadir di kehidupannya lagi. Umurku pun tidak terpaut jauh darinya, yaa mungkin sekarang Feylisa sudah menginjak umur 17 tahun dan aku? Cukup mapan, 23 tahun.
Mungkin karena penampilanku seakan-akan adalah om-om yang bekerja di kantor, tapi itu memang benar sih.
***
Amit-amit gue dapet kenalan om-om. Pokoknya gimana pun juga gue harus minta mami untuk mindahin tempat les gue yang lebih deket! Gue gak mau tau, bisa-bisa nanti gue di culik om-om.
'Stasiun---- periksa barang-barang anda sebelum meninggalkan kereta'
Satu harapan gue sekarang yaitu jangan sampe ketemu sama om-om itu lagi. Dari sekian banyaknya berita tentang pemerkosaan, gue takut kalo om itu adalah pelakunya. Dan semoga gue bukan korban selanjutnya.
Mobil mami udah di depan stasiun atau di tempat biasa mami jemput. Tapi kali ini gue sama mami gak langsung pulang, kebetulan mami gak masak jadi kita mau makan di tempat makan yang tersedia di stasiun.
Pandangan gue mengedar lagi dengan alasan yang sama yaitu takut ada om. Hmm kayaknya nama om itu horor banget di otak gue. Setelah keberadaannya gak ditemui, sambil nunggu makanan dateng gue mau curcol sama mami dulu.
"Mam aku gak mau les di tempat itu lagi aku mau pindah," kata gue sambil dengan nada melas.
"Loh kok kamu mau pindah? Kata temen-temen mami tempat les disitu bagus, Fe. Udah ada buktinya juga kan? Kamu lebih mandiri, nilai kamu gak kebanyakan merah, mami jarang di panggil ke sekolah, yaa pokoknya kamu agak meningkat deh."
"Tapi mi tempatnya jauh aku gak bisa terus-terusan kayak gini. Tadi aja aku hampir di culik sama om."
"Bagus dong kalo kamu di culik sama om, siapa tau om nya orang kaya hehe."
"Ih mami aku serius."
"Iya nanti kita omongin dirumah sama ayah."
Feylisa Anastasya. Atau yang biasa dipanggil Fe. Menghembuskan nafasnya dengan kasar mendengar perkataan terakhir maminya. Sudah pasti ayahnya akan menyetujuinya karena sebelumnya ayahnya tidak mengizinkan Fe untuk mengikuti pelajaran tambahan di tempat yang lumayan jauh.
Fe tidak memakan makanan yang ia pesan, ia lebih memilih video call bersama ayahnya yang sedang meeting di luar kota.
"Ayaaah!" Ayanya tampak melonggarkan dasinya dan terlihat wajah kelelahan disana.
"Hallo, Fe. Gimana kabar kamu? Mami mana?"
"Aku baik kok yah, mami ada nih di depan aku lagi makan. Yah aku mau pindah tempat les, aku gak mau di tempat itu lagi."
"Tuhkan pasti kamu kecapean ya, Fe? Bilangin sama mami kamu biar nanti Fe les privat aja di rumah biar gak capek nunggu kereta, gak kelaperan di jalan. Nanti gurunya biar ayah yang urus."
"Serius yah aku les privat?! Yeayy akhirnyaaaa. Makasih ayaah, jaga kesehatan disana jangan lupa sama mami, Fe, terus jangan selingkuh dari mami."
"Kamu nih ada-ada aja ayah gak akan selingkuh dari mami kamu, mami kamu itu kan yang paling T.O.P buangets pokonya hehe. Yaudah ayah tutup ya mau ngurusin cabang perusahaan ayah disini, bye bye."
Mami yang mendengar pendapat suaminya ikut setuju karena tempat lesnya yang jauh membuat daya tahan tubuh anaknya pun menurun. Anaknya nenjadi lebih sering bermain di kamar di bandingkan membantu dirinya dan bibi untuk membersihkan rumah.
Setelah selesai makan Fe dan maminya beranjak keluar dan akan segera pulang. Tapi sebelum itu Fe melihat maminya yang sedang berbicara di telepon dan Fe juga tidak terlalu peduli dan tetap melajukan langkahnya menuju parkiran sampai tidak melihat--
'Bruk'
Aduh.
Gimana?
Garing ya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Les Privat! [END] - [REVISI]
General FictionDon't Break Your Promises, please. END. Ini lagi masa revisi yaa.