Typo's everywhere.
Jomblo everywhere.
Korban php everywhere.Happy reading~
--------------------------
Ketika kita susah payah untuk menjaga hati seseorang, tapi seenaknya orang itu justru ngelakuin hal yang bikin kita kecewa. Ya semacam tidak tau diri.
Fe mengepakkan barang-barangnya kedalam koper. Mulai hari ini juga Fe tidak akan tinggal di apartement yang selalu di bayar oleh Daniel lengkap dengan seluruh fasilitas yang diberikan Daniel. Ia merasa malu terlalu banyak menerima kebaikan seorang pria yang sekedar kasihan terhadapnya, apalagi pria itu sudah mempunyai seorang calon istri yang sudah terlanjur hamil, ups.
Beberapa kali Fe memutar pikirannya agar pilihannya kali ini benar-benar tepat untuknya. Surat resign dari pekerjaannya itu sudah ia masukan kedalam tas selempangnya.
Ia akan mencari pekerjaan dimana ia tidak akan bertemu Daniel lagi. Untuk masalah tempat tinggal, Fe sudah lama membangun rumah kecil yang nyaman untuk dirinya sendiri tapi belum pernah ia tempati karena Daniel selalu memaksanya untuk tinggal.
Fe menyeret kopernya dan melangkah pergi membuka pintu. Rasa kagetnya ia sembunyikan dengan tampang stay coolnya melewati beberapa pengawal Daniel yang menjaga apartementnya.
"Selamat pagi, nona Feylisa. Apa anda butuh tumpangan? Kami siap mengantar anda sesuai dengan perintah tuan Daniel," ucap salah satu pengawal tersebut sambil menghalangi langkah Fe.
"Perintah Daniel? Salah orang kali" jawab Fe menunjukkan sisi menyebalkannya.
Pengawal tersebut tidak menjawab lagi, ia ingin meraih koper dari genggaman Fe namun dengan cepat Fe menepis tangan pengawal Daniel itu.
"Gak usah ikut campur urusan orang lain. Urus aja calon istrinya Daniel,"
Fe kembali melangkahkan kakinya meninggalkan pengawal Daniel yang tidak jelas itu, tapi langkahnya tertahan saat seseorang memanggil namanya dengan lantang. Bukan. Ini bukan suara Daniel.
"Kami harus tau kemana tujuan anda pergi, dan untuk apa anda nembawa koper sebesar itu. Apa anda berusaha melarikan diri?" Ucapan itu berhasil membuat Fe membalikkan tubuhnya dan kembali mendekati salah satu pengawal yang berbeda.
"Tuan Daniel belum mempunyai seorang calon istri, ia masih menunggu anda seperti saat ini ia masih peduli dengan anda"
"Peduli namanya? Untuk peduli aja harus nyuruh orang, kenapa gak dia aja yang turun tangan langsung?" Fe mencoba untuk menetralkan nafasnya, "Tolong sampaikan untuk Daniel tidak perlu repot-repot menyuruh kalian untuk mengetahui informasi tentang saya. Urus urusan dia sendiri dengan calon istrinya yang sudah dinyatakan kemarin malam. So, selesai kan?" sambungnya lagi dan melirik jam di pergelangan tangannya dan segera meninggalkan apartementnya dan tidak lupa memberikan kunci ke salah satu pengawal Daniel.
***
Senyumnya melebar menatap sebuah rumah kecil yang akan ia tempati hari ini juga. Dengan nuansa warna pink menambah suasana lembut dan girly.
Fe mengeluarkan koper-kopernya dari bagasi mobil kemudian menatap sekekelilingnya yang terdiri dari beberapa rumah saja. Karena memang kawasan ini jauh untuk dijangkau. Seperti misi utamanya yaitu menghindari Daniel.
"Semoga aja undangan Daniel sama Maureen gak nyampe kesini," Fe berusaha untuk menghibur dirinya sendiri sambil menaruh barang-barangnya satu persatu.
Beberapa kali ponselnya bergetar dan tertera nama Daniel disana. Beberapa kali juga Fe menghiraukannya.
Ia tidak peduli lagi. Melarikan diri adalah pilihan yang tepat untuk sekarang. Meskipun banyak rekan kerjanya yang kecewa atas pilihannya untuk memilih resign tidak membuat Fe berpikir kembali. Yang ia pikirkan hanya bagaimana caranya agar Daniel tidak menemuinya lagi. Daniel jauh lebih pintar menyusun strategi untuk menemukan tempat tinggalnya dibanding dirinya yang susah payah menyusun strategi untuk melarikan diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Les Privat! [END] - [REVISI]
General FictionDon't Break Your Promises, please. END. Ini lagi masa revisi yaa.