Cinta itu gak nyusahin, cinta itu gak bikin salah satu pihak tersiksa. Bedain mana yang sekedar obsesi sama cinta.
***
Beberapa bulan kemudian...
Gerimis di bulan September membuat sekujur tubuh gadis yang baru merayakan acara kelulusannya minggu lalu ini berubah pucat menahan rasa dingin yang mulai menusuk-nusuk kulitnya.
Ditambah lagi rasa rindu yang menyelimuti hatinya tidak membuat tubuhnya hangat, malah menambah rasa dingin.
Menikmati sejuta perubahan dari seorang yang sama sekali tidak ia cintai berubah drastis menjadi sosok yang dingin, bahkan beberapa minggu lalu ia tidak hadir dalam acara kelulusannya. Padahal ada sebuah kejutannya, Fe mendapat nilai tertinggi di sekolahnya. Tapi senyumnya hilang begitu saja saat Daniel menghilang entah kemana.
---------Flashback on-----------------
"Gue gak mau orang lain kena cipratan kesalahan gue sendiri. Kesalahan yang gue buat, gue juga yang harus tanggung jawab. Bunuh gue, jangan orang lain. Cukup sekali lo berusaha nyelakain orang yang gue sayang karena rasa cemburu lo itu"
"Kau takut kalau seandainya aku yang akan membunuh Reno? Atau sahabat dekatmu, Emma dan Iren?"
"Kalo iya, kenapa?" Fe mengangkat wajahnya menantang Daniel yang selalu menguasai kehidupannya. "Mereka semua orang penting di kehidupan gue, gue gak mau kehilangan mereka karena rasa cemburu lo itu"
Wajah Daniel yang tadinya biasa-biasa saja berubah menjadi datar, "Gimana kalau aku ngebunuh diriku sendiri karena rasa cemburuku juga? Apa nantinya kau akan tau betapa pentingnya kamu di kehidupanku?" Daniel mendesah pelan, "Padahal sekali kau tidak membantah dan menuruti setiap perkataanku, kau akan aman, Feylisa" sambungnya.
Lah kok Daniel jadi baper gini sih? Tumben banget jadi mellow, biasanya juga ngomel mulu kayak emak-emak, ucap batin Fe.
Tanpa omong panjang lagi, Daniel meninggalkan perkarangan rumah Fe tanpa sepatah kata pun. Ucapan selamat tinggal pun tidak ada, ia pergi dengan wajah dinginnya dengan bentuh tubuh seperti tanda tanya. Kehidupan Daniel pun sampe sekarang masih belum diketahui secara jelas oleh Fe. Cih, sok misterius.
Fe mengambil jas hitam milik Daniel yang tertinggal diatas sofa. Mendekati pangkal hidungnya ke arah jas milik Daniel.
"Wanginya sama aja, hehe" Fe terus memeluk jas hitam milik Daniel, mungkin ini menjadi barang pertama kenangannya dengan Daniel.
Beberapa hari kemudian Ujian Nasional telah di hadapi Fe dengan tenang, tetapi rasa ketidak nyamanan mulai datang saat ia merayakan hari kelulusannya. Dimana ia mengirimi pesan untuk Daniel agar datang di pestanya, karena bagaimanapun juga Daniel adalah guru les privat pertamanya.
Fe masih menggunakan dress berwarna soft pink dan flatshoes yang berwarna senada dengan dressnya. Fe juga masih setia menunggu kehadiran Daniel yang tidak kunjung datang juga.
"Fe ayo masuk, pesta udah selesai sekarang juga udah malem mungkin Mr. Alfaro ada pertemuan penting disana jadi gak bisa datang ke acara kelulusan kamu" Hendrawan menarik lengan Fe agar masuk ke dalam rumahnya, sementara Fe masih mengedarkan pandangannya mencari Daniel tapi hasilnya nihil.
Daniel tidak hadir di acara kelulusannya, padahal ada kejutan besar yang akan Fe berikan untuknya. Rasa ketidak nyamanan ini akhirnya terjawab. Ketidak hadiran Daniel dalam kehidupannya benar-benar membuatnya tidak tenang. Justru ocehan dan omelan Daniel yang membuat Fe tenang, Fe menyadarinya sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Les Privat! [END] - [REVISI]
General FictionDon't Break Your Promises, please. END. Ini lagi masa revisi yaa.