Makin gaje y alurnya:'v
Happy reading
------------Fe mengerjap-ngerjapkan matanya setelah tidur nyenyaknya terganggu oleh suara seseorang yang sedang meluapkan emosinya masing-masing.
Apa mereka berdua tidak bisa lebih sopan sedikit? Bertengkar didepan orang yang sedang asyik tertidur itu sama sekali tidak sopan.
"Apa lagi rencana yang sedang kau buat, jalang! Setelah beberapa hari aku sedang merasa bahagia dengan Daniel tiba-tiba kau datang lagi dan tertidur di kamarnya," bentak Maureen lalu mencabut kasar infusan di lengan Fe. Fe yang baru sadar akan ada infusan di lengannya merintih kesakitan
"Aku tau kau berpura-pura sakit untuk mendapatkan perhatian Daniel! Aku yang istrinya tidak diperbolehkan masuk kedalam kamarnya, sedangkan kau? Berapa banyak yang Daniel keluarkan untuk membayarmu?!"
Semua serangan dari Maureen di terima begitu saja oleh Fe tanpa penolakan sedikitpun karena kondisi tubuhnya memang sangat tidak memungkinkan untuk berontak. Ia memilih untuk diam menerima semua perlkuan Maureen yang terus membentaknya dan menarik Fe untuk berdiri. Tapi apa boleh buat kakinya yang masih terbalut kapas karena luka kemarin tidak mampu menopang tubuhnya sendiri sehingga ia jatuh begitu saja.
Untuk terakhir kalinya Maureen menampar pipi Fe begitu keras sebagai salam perpisahan. Karena setelah itu Maureen dipaksa keluar oleh para pengawal Daniel berbadan besar.
Mata Fe masih begitu jelas melihat kejadian menyeramkan di pagi hari. Paginya disambut dengan kekerasan oleh seorang wanita yang merasa dirinya tersingkirkan karena kehadiran Fe. Sudut-sudut mata Fe mengeluarkan air mata menahan seluruh tubuhnya yang perih. Semua tubuhnya habis bekas luka yang diberikan Daniel dan Maureen.
Apa yang sebenernya Daniel inginkan? Kenapa ia begitu ingin menyakiti Fe?
Daniel mengangkat tubuh Fe dan menidurkannya lagi diatas ranjangnya. Kemudian kembali memasangkan selang infusan pada lengan Fe.
Lama kelamaan suara isakan tangis Fe begitu terdengar jelas di telinga Daniel membuatnya beberapa kali mengecup lembut kening Fe mencoba untuk mengobati semuanya.
"Aku minta maaf," ucap Daniel tepat ditelinga Fe.
Air matanya masih setia begerumul di sudut matanya menahan tangisnya agar tidak pecah, "Aku ingin pulang" jawab Fe memberanikan diri menatap Daniel.
"Tidak lagi, Fe"
"Kau yang menahanku tapi kau juga yang sering menyakitiku! Aku hidup bukan untuk disakiti, Daniel. Aku juga butuh kebahagiaan seperti gadis pada umumnya," bentak Fe mengeluarkan seluruh emosinya.
Daniel memasang ekspresi wajah yang tidak bisa ditebak, seperti marah tapi tampak menimbulkan kesan rasa bersalah.
"Aku pergi sebentar, nanti beberapa pelayan akan mengantarkan sarapan mu dan beberapa obat yang harus kau makan," sebelum pergi Daniel menyempatkan dirinya untuk memeluk tubuh Fe yang lemah.
Fe menatap langit-langit kamar milik Daniel, air matanya kembali menetes mengapa kehidupannya sekarang jauh lebih rumit yang dikelilingi oleh orang-orang psikopat.
Tak lama Daniel pergi ketukan pintu kamarnya terdengar dan terlihat seorang wanita paruh baya membawa nampan yang berisi makanan untuk sarapan. Dari segi penampilan wanita ini bukan seorang pelayan, lihat penampilan glamournya tidak menandakan kalau ia adalah seorang pelayan.
"Aku dengar kau sedang sakit, jadi untuk sekarang ini aku yang akan merawatmu" ucap wanita itu sambil tersenyum lembut kearahnya dan menyuapi Fe untuk memakan sarapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Les Privat! [END] - [REVISI]
General FictionDon't Break Your Promises, please. END. Ini lagi masa revisi yaa.