Part 15. Promises

967 54 7
                                    

"Aku sama sekali gak bermaksud buat kau cemburu,"

"Kedua, tidak ada hubungan antara aku dan Maureen. Maureen hanya sekedar sekertaris dan, kau pasti mengerti dia adalah perempuan yang... ah cukup perempuan itu tidak penting,"

Terlihat pria itu mencoba menetralkan perasaannya, mencoba untuk menenangkan dirinya dengan membuang nafasnya terlebih dahulu.

"Ketiga, aku minta maaf. Dan baru kali ini aku minta maaf untuk gadis yang sama sekali tidak mencintaiku,"

Bunyi alat pendeteksi detak jantung memenuhi kamar rumah sakit VVIP yang dipesan khusus untuk gadis yang masih terbaring lemah dengan beberapa luka di wajahnya.

Harapannya hanya satu, ia tidak perlu meminta gadis itu mencintainya, tapi ia ingin jika gadis itu bangun secepatnya dari tidur menyakitkannya.

"Aku sudah menjawab semua pertanyaan yang kau tulis di memo ponselmu. Apa ada pertanyaan lain? Aku mohon cepat bangun, banyak orang yang mengkhawatirkanmu,"

Daniel menggenggam tangan lemah milik Fe, mencoba untuk membangunkannya meskipun tidak ada perubahan sama sekali. Lihat. Daniel mengkhawatirkannya, apa itu masih belum cukup pengakuan cintanya Daniel untuk Fe?

Beberapa minggu Fe masih terbaring lemah dengan keadaan yang semakin memburuk membuat Daniel tidak karuan. Semua pertemuan dengan perusahaan besar dibatalkannya hanya untuk Fe. Karena ketika Fe terbangun, ia ingin dialah orang yang pertama kali Fe lihat.

Rambut-rambut disekitar dagunya menambah kesan raut kesedihan di wajahnya, tubuhnya yang terawat karena rutin berolahraga terlihat kurusan, serta lingkaran hitam dimatanya ikut menghiasi wajah sedihnya.

"Mr. Alfaro, anda harus pulang terlebih dahulu dan mengisi perut anda. Kalau tidak nanti Nona Feylisa akan tambah sakit melihat penampilan anda yang begitu buruk," apa suster tadi baru saja mencela penampilan Daniel? Tak apa, penampilannya memang patutu untuk dicela.

Daniel menggeram menatap tajam kearah suster dihadapannya, "Apa itu membuat Feylisa bangun? Apa kau bisa menjamin kalau setelah ini ia akan bangun?"

"Maaf Mr. Alfaro, kami sudah berusaha semaksimal mungkin. Yang harus anda lakukan yaitu berdoa, dan berpenampilan dengan baik. Aku yakin, pasti Nona Feylisa akan turut prihatin melihat penampilan anda,"

Perkataan suster tersebut membuat Daniel memanggil para suruhannya agar segera menyiapkan mobil dan mengantarnya pulang kerumah.

"Kau harusnya beruntung bisa mendapatkan pria seperti dia, cepat bangun dan berbahagialah dengannya,"

Suster yang selalu merawat Fe dari pertama ia masuk ruang UGD meringis melihat keadaan Fe yang tengah di antara hidup atau mati. Karena Fe adalah satu-satunya korban yang selamat dari kecelakaan jatuhnya pesawat. Semua penumpang, pramugari, pilot, serta yang bekerja didalamnya tidak ada satupun yang selamat. Terkecuali Fe yang masih menahan sakitnya di rumah sakit.

Lama-kelamaan suara pendeteksi jantung Fe terdengar nyaring membuat seluruh dokter serta para suster lainnya mengeluarkan sebuah alat untuk menormalkan kembali detak jantungnya.

Sementara Daniel yang baru saja ingin menyuapkan satu sendok nasi kedalam mulutnya menjadi tertahan mendengar kabar kondisi Fe yang sudah memburuk.

"Siapkan aku mobil sekarang juga!" Teriaknya membuat seluruh pelayan bekerja lebih gesit.

Beberapa kali dokter mencoba untuk menormalkan detak jantungnya tapi tidak kunjung berubah hasilnya.

"Selamatkan dia atau kalian semua tidak akan selamat!"

Daniel berteriak sambil menggedor-gedor pintu kamar Fe. Ia menatap miris kearah tubuh Fe yang begitu lemah dan sangat terpengaruh dengan alat-alat bantu rumah sakit.

Les Privat! [END] - [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang