Pelik

24 2 0
                                    

Aku benar benar tidak bisa berkonsentrasi dengan penjelasan guru di depan,aku hanya memainkan pulpenku dan mencoret coret kertas tidak jelas.

Aku melihat ke arah Ruby,kulihat wajahnya semakin pucat,dan sepertinya dia meringis kesakitan.

Dia terlihat memegang perutnya,sepertinya dia menahan sakit.

"Ruby..km kenapa??km sakit? Ayo ke UKS !!" Ajakku padanya.

Aku memegang tangannya,dia gemetar dan telapak tangannya basah karena keringat.

"Ruby istirahat ke UKS aja ya..km pucat banget"

"Perutku sakit Jingga." Ucapnya pelan.

"Permisi pak,saya mau minta izin untuk membawa teman saya ke UKS,dia sedang sakit" aku berdiri dan meminta izin kepada guru yg mengajar.

"Sakit kenapa dia?? Tanya Pak Bambang,guru Biologi.

"Sepertinya dia sakit maag pak, ".

"Baiklah,ajak saja dia ke UKS"

"Baik pak!" Aku membantu Ruby berdiri. Dan membawanya ke UKS.

Sesampainya di UKS,aku membaringkan dia di tempat tidur. Aku mengambilkan dia air putih untuknya.

"Km istirahat saja disini ya,aku beliin km makan dulu ya,mungkin km sakit maag"

Aku hendak beranjak dari dudukku,tapi kurasakan dia memegang lenganku.

"Makasih " ucapnya sambil tersenyum,senyum tulus sama seperti saat aku dan dia bertemu dulu.

"Aku sama sekali tidak ingin bertengkar ataupun bersitegang sama km,aku .... Aku hanya cemburu melihat km di rumah Langit waktu itu."

"Km ada hubungan apa sama Langit?km ga suka kan sama dia?? Km suka ya sama Biru kan Jingga?? Tanya Ruby padaku.

Aku benar benar terkejut saat dia bertanya seperti itu padaku. Aku bingung. Jangankan untuk menjawab pertanyaannya, untuk menjawab pertanyaan hatiku sendiri tentang siapa yg sebenarnya aku suka saja aku tidak bisa.

Biru,iyaa aku tertarik padanya sejak pertama melihat matanya di kelas dulu, aku suka senyumnya dan cara dia berbicara.

Langit?? Aku merasa nyaman setiap berada di dekatnya,menatap mata hazelnya saja mampu membuat aku merasa tenang , dan aku merasa terlindungi saat berada dekatnya. Tapi setelah mengetahui apa yg terjadi antara dia dan Ruby , aku merasa membencinya. Tapi aku tidak bisa membohongi hatiku sendiri bahwa aku masih memikirkannya.

"Jingga jawab aku,"

"Aku tidak suka sama Langit By,aku sukanya sama Biru". Jawabku akhirnya. Entah itu juga yg di jawab hatiku atau bukan. Aku biarkan saja.

"Km pasti akan dapetin dia nanti setelah aku mengakhiri hubunganku,km tenang saja..aku pasti bantu km,"

Aku tersenyum pada Ruby,senyum palsu mungkin!!!

"Auuhhh!!."  Kulihat Ruby kembali memegang perutnya.

"Masih sakitnya?? Aku beli makanan dulu kalau gitu.

"Jangan...ga perlu"

"Kenapa ga perlu??nanti maag km bisa makin parah Ruby"

"Ini bukan maag,ini efek samping dari Ku aborsi kemaren"

Aku menatapnya kaget saat dia mengatakan hal itu,aku sampai lupa kalau dia habis melakukan tindakan dosa itu.

"Ruby,apa km tidak menyesal membuang anakmu." Aku duduk di kursi dekat dengan ranjang tidurnya.

"Menyesal Jingga,sangat menyesal... Aku benar benar ketakutan saat aku berada di ruang dokter tempat aku akan melakukan aborsi sendiri. Tanpa siapapun yg menemainku. Sempat aku berfikir untuk merawatnya saja dan menghentikan pendidikanku. Walaupun saat itu Langit tidak mengakuinya aku tetap ingin merawatnya sendiri. Tapi aku kembali berpikir bagaimana dengan orang tua ku nanti,bagaimana kedepannya yg terjadi. Aku takut...aku takut dengan segala kemungkinan yg mungkin akan terjadi, aku belum siap dengan semuanya." Ruby menangis kembali saat menjawab pertanyaanku.

Aku mengusap lengannya bermaksud memberi kekuatan.

"Mungkin aku adalah orang yg paling berdosa Jingga,tapi apa yg harus aku lakukan? Aku tidak punya pilihan lain. Sekarang yg bisa aku harapkan hanya Langit, dia masa depanku Jingga."

"Dia tidak seharusnya memperlakukanmu seperti ini Ruby,dia seharusnya bertanggung jawab"ucapku.

"Aku juga tidak mengerti Jingga, dia tidak mau mengakui , dia selalu mengelak bahwa dia sama sekali tidak melalukan apapun saat itu"

"Tapi apa km yakin saat itu Langit yg bersamamu?? Maksudku mungkin saja km melupakan sesuatu mengingat saat itu km dalam kondisi mabuk?"

"Walaupun aku mabuk,tapi aku masih mengingat dengan jelas kalau saat itu Langit yg membawa ku ke kamar Jingga,bahkan jaket yg Langit kenakan saat iti masih aku simpan. Aku menemukan jaket itu di tempat tidur"

Aku tidak bisa berkata apa apa lagi,aku berfikir mungkin saja bukan Langit yg melakukan itu karena sepertinya Langit bukan lelaki yg seperti itu. Yaa walaupun aku belum terlalu lama mengenalnya tapi hatiku berkata bahwa Langit tidak akan berbuat hal itu. Aku benar benar harus mencari tau semua.

"Ya sudah..km ga ada obat untuk mengatasi sakitnya??tanyaku.

Dia menggelengkan kepalanya. " aku hanya perlu istirahat saja,,km balik gih ke kelas...aku gapapa"

"Beneran??" Tanyaku memastikan.

"Iyaa beneran. Balik gih"

"Ya udah aku ke kelas ya,,nanti pas istirahatnya aku tengok km lagi,sekalian bawa makanan."

Aku beranjak meninggalkan Ruby,aku harus kembali ke kelas.

"Jingga!!!" Panggil Ruby.

"Kita berteman kan?" Tanyanya dengan senyuman.

Aku tersenyum kembali menatapnya.

"Tentu..!" Sahutku.

Jingga Di Langit BiruHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin