Pemaksaan

38 2 0
                                    

Aku menutup pintu ruang UKS dengan perasaan lega,setidaknya satu masalah ku selesai. Aku bisa berteman lagi dengan Ruby. Itu yg dia perlukan, dia membutuhkan teman dan dukungan. Mungkin memang yg dia lakukan salah , aborsi adalah tindakan yg sangat di larang,tapi aku mengerti posisi dia saat itu. Dia pasti ketakutan dan bingung dengan apa yg harus dia perbuat. Sekarang yg harus kulakukan adalah membantunya untuk bangkit dan bahagia. Iyaaa..dia sahabatku sekarang,tentu aku harus membantunya.

"Jingga..." Aku menoleh ke arah suara yg memanggilku. Dan disana Langit berdiri. Tepat di hadapanku.

"Km ngapain di UKS?? Km sakit!? Apanya yg sakit??." Dia terlihat sangat khawatir.

Ah khawatir?? Tidak mungkin!!! Orang seperti dia tidak mungkin mengerti arti mengkhawatirkan seseorang.

Tanpa membalas pertanyaannya. Aku berjalan melewatinya tanpa memandang dia sedikit pun.

"Tunggu Jingga!"

Aku berhenti melangkah,diam tanpa menoleh ke belakang ataupun menjawabnya.

"Ikut aku!!!" Langit menarik tanganku paksa. Aku berusaha memberontak dan berusaha melepaskan tanganku.

"Apa apaan sih,," teriakku saat tanganku berhasil aku lepaskan. Terasa sakit di pergelanganku. Untungnya koridor dekat UKS sepi.

"Aku mau jelasin semuanya sama km,aku ga bisa km diemin kayak gini" ucapnya lembut.

Aku merasa menghangat mendengar kata kata yg dia ucapkan. Ah tidak tidak!!! Aku menggelengkan kepalaku berusaha untuk tersadar dari kegilaanku.

"Aku ga mau dengar apapun ataupun mengerti apapun!! Aku sudah tau semua!!"

"Km ga tau semuanya Jingga,ini tuh ga seperti yg km dan Ruby pikirkan... Ini tuh..."

"Cukup Langit,aku sudah bilang kalau aku ga mau dengerin apapun!!" Aku menutup kedua telingaku sambil menutup mataku.

Saat masih menutup mata,aku merasakan tubuhku melayang dan badanku rasanya berputar. Setelah aku membuka mata,aku baru sadar bahwa Langit menggendongku di pundaknya. Seperti mengangkat beras. Aku memberontak, berteriak dan memukul pundaknya. Tapi dia tetap tidak memperdulikanku dan tetap membawaku ke arah parkiran.

Dia membawaku ke arah mobilnya dan memasukanku ke kursi penumpang. Lalu dia berputar dan masuk kembali untuk menjalankan mobilnya.

"Km apa apaan??!! Aku ga mau bolos Langit,,berhentiin mobilnya!!!" Teriakku.

Dia tidak mempedulikan teriakanku,dia tetap melajukan mobilnya keluar dari parkiran.

Sesampainya di gerbang,satpam sekolah menghampiri kami.

"Mau kemana ini?? Bukannya sekolah belum bubar??" Tanya pak satpam.

"Ini pak,teman saya kakinya di terkena paku,sekarang saya mau membawanya ke rumah sakit,takut dia terkena tetanus" jawab Langit.

"Apa??tetanus?? Apa apaan orang ini" pikirku.

"Booong pak bomphhnpphh!!" Langit membekap mulutku dengan tangannya. Membuatku susah berbicara.

"Pak ini harus buru buru,kalau virus tetanusnya menyebar dia bisa berteriak teriak histeris dan seperti orang gila,ini aja saya tutup mulutnya biar ga berisik" Langit mengatakan itu dengan tampang pura pura paniknya. Sementara aku masih berusaha melepaskan tangannya di mulutku.

"Waduh...bapak tidak mengerti tentang penyakit tetanus itu,ya sudah cepat di bawa ke rumah sakit"

"Iya pak,,ini akan saya bawa sekarang, makasie ya pak ya!!"  Langit segera menutup kaca jendelanya dan setelah itu baru dia melepaskan tangannya dari mulutku.

Dengan kekuatan penuh aku segera mengambil nafas sebanyak banyaknya. Sungguh jika sedetik saja dia tidak juga melepaskan tangannya sudah di pastikan aku akan mati.

Setelah merasa cukup mendapatkan oksigen,aku segera memandang Langit dengan tatapan horor.

"Km gilaaa!!!!" Teriakku keras, saking kerasnya sampai dia menutup telinga sebelah kirinya.

"Jangan teriak teriak deh,kalau km ga mau aku apa apain sekarang juga disini!!!" Ancamnya yg membuat nyaliku langsung menciut.

Yang benar saja,aku tidak mau mengalami nasib yg sama seperti Ruby.

Akhirnya aku memutuskan untuk duduk manis menunggu kemana dia akan membawaku.

Jingga Di Langit BiruHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin