Balas dendam

22 0 0
                                    

Author POV

"Mak-maksud km??"

"Jingga...aku tau km bingung sama apa yg aku omongin,tapi aku sungguh sungguh. Aku mau deket sama km"

"Biru ini ga lucu"

"Aku ga lagi ngelucu Jingga,aku serius. Ruby juga bilang klo km menyukaiku,kenapa kita tidak memulai semuanya dari awal?"

"Memulai??dari awal?? Ya Tuhan..seandainya dia mengatakan hal ini beberapa minggu lalu,tentu aku akan dengan senang hati menerimanya. Tapi hati ini sekarang mulai menemukan kepingan nya." Pikir Jingga.

"Biru...ehmm..aku-"

Belum selesai Jingga menyelesaikan ucapannya. Seseorang menepuk pundaknya.

Jingga menengok ke belakang dan melihat senyum yg selama ini mengalihkan perhatiannya dari Biru.

"Langit..."

Biru menatap Langit dengan pandangan yg sangat sulit di artikan. Langit pun membalas pandangan itu tak kalah tajamnya.

"Km ngapain disini??" Tanya Jingga.

"Aku lapar," jawab Langit singkat,dia kemudian duduk di samping Jingga dan mengambil alih sepiring siomay pesanan Jingga.

"Itu kan punya aku Langit! " protes Jingga saat melihat makanan yang baru dia makan 2 sendok kini sudah raib.

"Ntr aku pesenin lagi,aku laper banget ini..sumpah"

"Ihhh km mah,aku juga laper." Jingga akhirnya bangkit dari duduknya,ia berniat memesan kembali siomay.

"Biar aku aja yg pesenin." Biru ikut bangkit dan menahan Jingga.

"Engga usah,aku pesen sendiri aja,kan tadi udah km yang pesen" tolak Jingga.

Sepeninggalan Jingga , Biru dan Langit saling memandang. Aura di antara mereka benar benar dingin dan menyeramkan.

"Tujuan lo apa???" Tanya Langit to the point.

"Hmm..." Gumam Biru sambil tersenyum sinis.

"Urusan lo sama gue kan,ga ada hubungannya sama Jingga!"

"Tapi kelemahan km dia!!" Skak Biru.

Langit menyingkirkan piring siomay dari hadapannya,dia berdiri dan menundukan badannya ke arah Biru.

"Jangan kaitin semua ini!! Lo ga tau apa apa,lo ga tau apa yg sebenarnya terjadi.!!"

Biru ikut bangkit dan mendekatkan wajahnya ke arah Langit.

"Aku ga peduli apa yg sebenarnya terjadi,yang aku tau km udah ngerebut Ruby orang yang aku sayang,dan sekarang aku yang akan ngerebut Orang yg km sayang!!"

Tubuh Langit menegang,Biru yang merasakan perbedaan aura dari diri Langit mulai tersenyum sinis. Iyaa tindakan dia sepertinya memang sangat tepat. Jikapun dia tidak bisa mengembalikan sesuatu yg hilang dari Ruby,dia bisa kan mengambil sesuatu yg sama dari orang yang di sayangi Langit. Bukankah itu adil.

Biru melenggang meninggalkan kantin,sementara Langit mengepalkan kedua tangannya geram.

"Kalo lo pikir bisa balas dendam dengan cara kayak gini,lo salah besar!"

Jingga terlihat membawa sepiring siomay sambil tergesa gesa,waktu istirahat sebentar lagi akan berakhir,maka dari itu dia harus segera menyantap makanannya.

"Loh...Biru mana??" Tanya Jingga setibanya di meja.

"Udah balik."

"Ohh..." Jingga melupakan sebentar percakapan dengan Biru barusan,dia akan fokus terlebih dahulu dengan siomaynya.

"Makan nya pelan pelan.." Tegur Langit saat melihat Jingga melahap tanpa menguyah siomaynya.

"Ehm..dabhmauhmbel!!"

"Hahahhaa...ngomong apa sih?? Telen dulu baru ngomong!"

"Udah mau bel!!" Ulang Jingga setelah menelan sesendok siomay di mulutnya.

Langit terlihat sangat gemas dengan tingkah Jingga. Dia menyingkirkan helaian rambut yg terjuntai ke depan.

Jingga yg hendak menyuapkan siomaynya malah membeku di buatnya. Mulutnya sedikit terbuka dan matanya menatap Langit sesekali mengedipkan matanya.

Langit tersenyum dan memegang dagu Jingga.

"Mulutnya jgn di buka gitu." Ucap Langit sambil mengatupkan mulut Jingga.

Jingga segera sadar dan langsung menundukan wajahnya ke arah siomay dan berpura pura mengaduk ngaduk siomaynya.

"Hehee.." Langit terkekeh pelan.

"Jangan deket deket sama Biru ya," pinta Langit.

"Kenapa??" Jingga menoleh ke Langit.

"Gpp..aku ga suka aja. Oh ya..aku mau Jakarta ya."

Jingga terkejut mendengar nya," Buat apa??"

"Aku mau ngelurusan semua yang udah terjadi. Aku ga bisa terus terusan ngebiarin Ruby kokoh dengan kesalahpahaman ini."

"Aku ikut ya.."

"Jangan..bahaya. Km disini aja"

"Ihh ga mau,aku ikut pokoknya. Kan bentar lagi mau liburan. Kita bareng bareng aja ke Jakartanya."

"Jangan, kakak kamu pasti ga akan ngijinin. Apa lagi dia sekarang lagi marah banget sama aku"

"Yaa jangan bilang bilang lah,aku ikut pokoknya titik! Ga pake koma tanpa spasi dan tanpa tanda kutip!! Titik pokoknya."

Melihat sifat keras kepala Jingga,Langit hanya menghembuskan nafasnya.

Jingga Di Langit BiruHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin