Ilustrasi Kevin Azazael
"Jadi... mari kita lupakan kecelakaan tadi. Itu bukan sepenuhnya kesalahanku. Maka berhentilah menatapku seperti itu. Itu sangat menyakitkan!"
Murid perempuan masih saja menatap Kevin penuh rasa hina.
"Hey guru cabul, dimananya yang kecelakaan? Jelas-jelas kau melumat bibir Eliana dengan ganasnya. Bahkan kau melakukannya sampai merem melek begitu!"
"Itu benar! Aku juga melihat guru cabul itu sangat menikmatinya."
Disaat ada salah satu murid yang membenarkan tuduhan Charlotte, Kevin mulai tertekan. Akan tetapi Kevin masih tidak ingin menyerah dengan memberontak dan berteriak:
"Bukan! Itu sepenuhnya salah...! Apa kalian lupa? Kalian yang memaksaku melakukan itu! Bukankah kalian tidak percaya aku ini lelaki sejati... Maka dari itu aku terpaksa melakukannya agar kalian dapat melihat secara langsung!"
"Halah, alasan! Itu cuma akal-akalanmu saja. Jangan mengkambing hitamkan kami atas tindakan bejatmu... ih, dasar menjijikan!"
Ketika Charlotte memandang jijik, Kevin menggerutu:
'Aku harus memberikan tamparan yang kuat.'
Charlotte kembali mengeluh:
"...uh, sangat disayangkan. Aku benar-benar menyesal telah menolong seorang cabul... Guru bejat macam apa yang melecehkan muridnya sendiri."
"Ayo, akui saja kalau kau memang cabul... Aku jadi merinding."
"Aku juga, lihat bulu kudukku berdiri... lagi pula, apa-apaan tadi itu. Setelah melumat bibir korbannya, si korban jadi kejang-kejang begitu? Sebenarnya dia ular atau apa!"
Seakan tidak ada puasnya, Charlotte dan teman-temannya terus melontarkan penghinaan kepada Kevin.
Bahu Kevin jatuh mulai menyerah seraya berkata:
"Oke, oke, aku memang terlalu terbawa suasana. Tapi bukan berarti aku ini cabul. Aku melakukan itu secara alami."
"Alami? Menggunakan murid sebagai media penyalur hasrat cabulmu, begitu?"
"Hasrat cabul...? Bukan, itu... ah, terserahlah aku tidak peduli lagi kalian mau bilang apa. Yang jelas akulah wali kelas kalian. Mau tidak mau kalian harus patuh terhadapku. Jika kalian membangkang, kalian tahukan apa akibatnya...?"
Kevin mengatakan itu seraya menjilat bibirnya yang terasa kering. Namun para murid perempuan mengartikan itu dengan hal lain.
"Jangan...! Aku tidak mau ternodai disini!"
"Siapa saja, seseorang tolong aku. Ada guru yang ingin menjilat seluruh tubuhku!"
"Tidak...! Ini mimpi buruk! Aku akan dilecehkan!"
"Oh Tuhan... Apa yang harus aku katakan kepada orang tuaku ketika hamil nanti!"
Murid perempuan mengatakan itu, mengapresiasikan ketakutan mereka dengan memeluk erat tubuh mereka sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senjata Pembunuh Tuhan
FantasyDi suatu dunia dimana wilayah yang dihuni oleh 7 ras yang terus saling berperang dengan tujuan memperluas wilayah mereka. Disaat perang terus berlangsung tanpa pernah menemui sebuah perdamaian, disaat itu juga Tuhan menurunkan sebuah senjata disetia...