Mengapa? Bagaimana ini bisa terjadi? Aku telah menyusun rencana yang cukup brilian dengan membuat anak bodoh itu untuk menggantikanku melakukan pertandingan tidak berguna ini. Alih-alih menggunakannya untuk menunjukkan hasil didikkan dariku, seharusnya itu cukup untuk menunjukkan dedikasiku dalam meningkatkan kualitas murid, ya kan? Tapi mengapa aku harus ikut berpartisipasi juga?
Kevin menggerutu seraya menendang-nendang debu di tanah dengan depresi.
Tapi, ngomong-ngomong aku merasa heran dengan anak bodoh itu. Rencana awalnya, aku membuatnya mau untuk bertanding, lalu dia hanya cukup menunjukkan tekad yang kuat agar pantang menyerah meskipun lawannya lebih kuat darinya, dan setelah itu, ia hanya perlu menyerah, mengakui kekalahan. Nadine memberiku syarat hanya sebuah perkembangan, bukan kemenangan, maka dari itu kupikir itu semua sudah cukup. Tapi aku tidak bisa mengatakan rencana itu dengan terang-terangan, maka dari itu aku mengatakan sebuah clue yaitu, dia lebih kuat darimu. Kupikir anak itu mengerti apa maksudku, tapi... Ah, sudahlah, yang penting dia menang, dan caranya mengalahkan lawannya itu membuatku terkejut. Dia meniru teknikku saat itu. Di samping itu juga, aku merasa sangat bersyukur. Jika terjadi apa-apa dengan anak itu, pasti orang itu akan mengejarku. Aku tidak ingin menimbulkan konflik internal dalam pekerjaanku. Itu akan sangat merepotkan, ya kan?
Kevin terus bergelut dengan pikirannya. Sebenarnya, Kevin telah menolak mengikuti pertandingan, tapi Nadine tetap memaksa. Karena itu, sekarang Kevin telah berdiri di tengah area pertandingan.
"Bagaimana Kevin, kau sudah siap?"
"Anu, nah, apa tidak bisa kau pertimbangkan sekali lagi, Nadine? Aku tidak merasa ini perlu dilakukan. Lagi pula, aku ini guru, ya kan? Aku hanya perlu menunjukkan perkembangan muridku, dan kau telah melihat hasilnya. Jadi, apa yang kurang dari itu?"
"Yah, bisa dikatakan hasilnya sangat memuaskan, tapi ini berbeda. Kau harus bisa membedakan ini dengan itu. Apa kau tidak bisa melihat para murid di sana? Mereka tampak antusias dengan pertandingan ini, kau tahu?"
Nadine melempar wajahnya ke arah penonton, dan Kevin mengikutinya. Memang benar, wajah mereka berbinar memancarkan aura terang yang seakan tidak sabar untuk menunggu lebih lama lagi.
Bagi mereka, ini adalah suatu tontonan yang sangat langka, di mana guru saling mengadu kekuatannya. Pasti akan ada kejadian luar biasa yang sangat disayangkan untuk dilewatkan begitu saja.
Namun Kevin merasakan tatapan yang aneh dari muridnya. Sekilas, mereka memang tampak antusias, sama dengan penonton lain, tapi itu seperti memiliki maksud tersendiri di dalamnya. Akan tetapi, Kevin mengabaikan hal itu karena mungkin itu hanya perasaannya saja.
"Oh, apa jangan-jangan kau takut, Kevin?"
"Aku? Aku takut dengan wanita jalang ini?" Kevin menunjuk wanita yang ada di depannya. "Jangan bercanda, ya? Lihat saja, akan kubuat dia menangis memohon ampunanku."
Mendengar itu, Valkyrie membantah:
"Siapa yang kau penggil wanita jalang, brengsek! Jangan sombong, akulah yang akan membuatmu menangis nanti... Sejak pertama kita bertemu, kau sangat menjengkelkan. Katakan saja jika kau tidak suka padaku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Senjata Pembunuh Tuhan
FantasyDi suatu dunia dimana wilayah yang dihuni oleh 7 ras yang terus saling berperang dengan tujuan memperluas wilayah mereka. Disaat perang terus berlangsung tanpa pernah menemui sebuah perdamaian, disaat itu juga Tuhan menurunkan sebuah senjata disetia...