Intermission

158 10 3
                                    

-Wilayah ras orc, kediaman Raja Orc.

"Ah~, nikmat sekali!... Aku keluar! Aku keluaaar! Ah~."

Merasakan sensasi yang luar biasa, sosok yang memiliki postur tubuh seperti manusia berkulit hijau kekar dengan perut buncit itu, menggerakan pinggangnya dengan lebih cepat. Wajah yang mirip babi dengan gigi taring yang mecuat keluar, keatas dan kebawah dari bibirnya, merona, serta nafas yang memburu. Tubuhnya tampak licin, mengkilap, akibat dari keringat yang mengucur deras. Tangannya yang berotot, mencengkeram dengan kuat pinggang seorang wanita berkulit putih pucat yang terlentang di bawahnya.

Wanita itu memiliki pupil berwarna biru dengan rambut pirang berkuncir kuda. Matanya sipit, hidungnya mancung, serta telinga yang panjang--elf.

Tubuhnya yang tanpa busana, tampak langsing dengan bagian dada yang menonjol. Banyak luka memar yang terlihat baru di sekujur tubuhnya, bahkan ada beberapa benjolan di wajahnya yang menghapus kecantikannya. Jika tidak ada luka semacam itu di tubuhnya, pasti akan mampu membuat semua mata pria yang melihat, menyemprotkan darah dari hidung mereka. Ini sudah menjadi hal wajar, karena elf terkenal sebagai ras dengan wajah paling rupawan.

Elf itu menggelinjang hebat dengan kepala mendongak ke atas. Matanya terbelalak serta berkaca-kaca. Wajahnya semu merah padam dengan mulut menganga seakan ingin berteriak sekencang-kencangnya. Namun yang muncul hanya erangan dari suara tenggorokan kering yang membuat telinga merasa ngeri ketika mendengarnya. Dari celah bibirnya yang tipis, air liurnya mengalir mengandung gelembung-gelembung kecil yang tampak menjijikan.

Tubuh orc itu mengejang, wajahnya menegang disertai erangan panjang yang merasakan tekanan dari sesuatu yang mendesak keluar dari batang kemaluannya. Setelah beberapa saat, orc itu menariknya keluar, lalu muncullah suatu cairan kental berwarna putih yang memiliki bau yang khas, yang memberikan kesan jijik saat meleleh keluar dari lubang kemaluan elf. Samar-samar, terlihat bercak merah darah di sekitarnya yang telah mengering.

Dengan terengah-engah, orc itu membalik tubuhnya, pergi merangkak layaknya babi. Tangannya mencoba meraih kasur dengan bersusah-payah untuk membawa tubuhnya naik di atasnya. Walaupun itu disebut kasur, tapi itu hanyalah batu yang dibentuk menyerupai kasur. Orc tidak membutuhkan sesuatu yang empuk untuk tempat tidur.

Wilayah orc didominasi oleh bebatuan. Minimnya tanah membuat pohon sulit untuk tumbuh sehingga jarang terlihat. Namun anehnya, suhu udara begitu lembab. Banyaknya sungai kecil yang membentang membuat lumut tumbuh subur di sana.

Karena jumlah batu yang melimpah, semua bangunan dan barang perabotan di buat dari batu. Seperti halnya kamar dari Raja Orc ini. Sejauh mata melihat, semua yang ada di ruangan terbuat dari batu. Mulai dari lantai, dinding, meja, kursi, almari, hingga tempat tidur.

Orc yang telanjang bulat itu, yang sekarang telah duduk di kasurnya, adalah seorang raja. Tangannya dihiasi gelang-gelang yang terbuat dari gigi-gigi dan tulang monster yang pernah ia bunuh. Di lehernya juga dihiasi kalung yang  berisi sesuatu yang sama dengan gelangnya. Itu sudah menjadi kebiasaan bagi para orc untuk mengambil bagian dari monster yang pernah mereka bunuh sebagai kenang-kenangan. Hanya saja, ada satu bagian di tengah dari rantaian kalungnya yang lebih menonjol seperti sebuah liontin.

Bagian itu lebih besar dan memiliki warna yang berbedari dari lainnya. Kebanyakan tulang dan gigi itu berwarna putih kusam, namun bagian yang menonjol itu memiliki warna hitam yang mengkilap. Itu adalah kuku wyvern.

Wyvern adalah monster sejenis naga yang memiliki dua kaki dan sayap. Walaupun dikatakan sejenis naga, tapi wyvern sendiri bukanlah naga. Hanya karena bentuknya mirip naga, membuat semua berpikir demikian. Ukuran tubuhnya lebih kecil dari naga, dan naga sendiri memiliki empat kaki. Karena itu, banyak yang menganggap wyvern adalah anak naga.

Senjata Pembunuh TuhanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang