Enam tahun yang lalu, di sebuah desa dekat perbatasan sebelah utara wilayah ras human, terjadi tragedi yang mengerikan. Seluruh warga desa ditemukan tewas dibantai oleh seorang iblis. Tidak ada yang tahu bagaimana dan dari mana datangnya iblis itu. Akan tetapi, ada seorang anak yang selamat dari tragedi itu, anak itu tidak lain adalah Dias.
Saat itu, Darwin, salah satu guru akademi ras human, ditugaskan ke lokasi kejadian untuk memberikan pertolongan. Namun, ia terlambat, dan hanya menemukan Dias yang sedang pingsan terbaring di atas puing-puing bangunan yang hancur.
Dias menjadi yatim-piatu semenjak kejadiaan itu. Ia sebelumnya tinggal hanya dengan ibunya. Ayahnya meninggalkannya sejak ia masih balita tanpa alasan yang jelas. Hal itu membuat ibunya depresi berat. Tidak tahu harus meluapkan amarah itu kepada siapa, akhirnya sang ibu meluapkan amarahnya kepada Dias, menjadikannya sebagai penyebab suaminya meninggalkannya.
Dias pun tumbuh menjadi anak yang selalu menderita tanpa kasih sayang orang tua, tapi ia tidak pernah berniat untuk membalas, bahkan ia cukup bersyukur, berharap ibunya akan menyayanginya seperti ketika ia melihat teman-teman bermainnya yang sering dimanjakan oleh orang tua mereka.
Dias yang mulai saat itu hidup sebatang kara membuat Darwin merasa iba, dan Darwin pun dengan senang hati mengasuh Dias setelah mendengar cerita hidupnya.
Ketika Darwin bertanya kepada Dias, mengungkit kejadian naas yang menimpa desanya, Dias mengatakan bahwa saat ia kembali ke rumah, ia melihat ibunya gantung diri. Ia menjadi syok dan merasa sangat sakit yang tak tertahankan beserta kemarahan yang mendalam. Pandangan matanya mulai kabur, dan ia merasakan sesuatu yang terus meluap-luap di seluruh aliran pembuluh darahnya. Ia juga mengatakan punggungnya mulai terasa berat, dan ia baru sadar jika ada sesuatu yang muncul dari punggunya, sebelum akhirnya pingsan. Itu tidak lain adalah sepasang sayap merah berbentuk seperti kelelawar.
Darwin sangat terkejut, ia baru sadar bahwa iblis itu tidak lain adalah Dias. Darwin berupaya menjelaskan itu kepadanya, dan Dias pun tidak kalah terkejut.
Berasumsi bahwa ini akan menjadi masalah yang sangat besar bagi publik, Darwin merahasiakan hal ini ke semua orang, termasuk Nadine--Kepala Sekolah Akademi Ras Human. Darwin terpaksa membuat laporan palsu ketika ia dimintai keterangan dari pengakuan Dias. Itu bukan tanpa alasan, Darwin melakukan itu atas mempertimbangkan keadaan Dias. Ia merasa kasihan padanya, dan ia juga beranggapan bahwa itu bukan sepenuhnya kesalahan Dias, ia menganggap kejadian itu hanyalah sebuah kecelakaan belaka.
"--Jadi begitulah ceritanya."
Setelah Kevin menunjukan beberapa trik membunuhnya, Dias ketakutan setengah mati. Kematian adalah satu-satunya hal yang ada di benak pikirannya.
Namun, Kevin yang semula memang tidak ada niat membunuh Dias, berupaya menenangkan dirinya dengan berjanji tidak akan membunuhnya asalkan ia mau menceritakan tentang jati dirinya yang sesungguhnya.
Dias yang saat ini sedang duduk di atas pohon tumbang telah selesai bercerita. Ia yang sebelumnya bercerita sendu seraya menundukkan wajahnya, kini menatap Kevin dengan ekspresi wajah terkejut.
Itu tidak dapat dipungkiri karena saat ini Kevin menunjukkan tingkah bodohnya. Ia yang sedang duduk bersandar di pohon, tertidur pulas dengan wajah menengadah, meneteskan iler dari bibirnya.
Tiba-tiba Kevin terbangun dengan tergagap seraya mengusap ilernya.
Lalu ia berdiri dan berkata seolah-olah tidak ada yang terjadi, "...Baiklah, aku telah mengerti garis besarnya."
"Apa?!" Dias bertanya sinis.
"Y-ya, itu, pokoknya aku sudah mengerti semuanya... akhirnya, semua orang hidup dengan bahagia, 'kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Senjata Pembunuh Tuhan
FantasyDi suatu dunia dimana wilayah yang dihuni oleh 7 ras yang terus saling berperang dengan tujuan memperluas wilayah mereka. Disaat perang terus berlangsung tanpa pernah menemui sebuah perdamaian, disaat itu juga Tuhan menurunkan sebuah senjata disetia...