Hari ke Empat

14.5K 334 4
                                    

Hari ini penutupan ospek, namun kita akan melakukan camping ke kaki gunung. Aku sedikit ragu, karena sepanjang hidupku aku tidak menyukai camping. Dulu sewaktu aku SD, aku pernah ikut persami (tau gak?) dan saat tengah malam aku menangis meraung - raung meminta diantar pulang, karena aku merindukan kedua orang tuaku. Aku tidak suka menginap di tempat lain. Tante - tante ku mencibirku katanya "Kalau ga bisa nginep nanti pas nikah, suaminya ditinggal donk Sil?" belum apa - apa udah obrolannya nikah.

Sebelum aku berangkat, mamaku juga berangkat ke Lombok perjalanan bisnis, sementara papaku menunggu kedua adikku di rumah. Dengan langkah berat aku menggendong ranselku menuju barisan kelompokku

"Hai Silva?" sapa Vany dengan tersenyum aku membalasanya dengan senyuman juga. Aku melihat Vina dan Hany berjalan mendekat kearahku dan melambaikan tangannya aku tersenyum tipis.

Pandanganku beralih pada kakak senior tinggi di depan memberikan aba - aba. Wajahnya tampan, kulitnya bersih dan dia tinggi. Aku merasakan seseorang menyenggol lenganku dan itu Hany "Kamu naksir? Dia kakak kelas paling populer loh"

"Ohya? Masa?" aku terus memperhatikannya memberikan jadwal camping kita

"Namanya Agus Silva, dia kakak kelas dua tingkat diatas kita" tambah Vany. Wah mereka walau nampak cupu tapi ternyata up to date juga ya. Aku malah gak ngeuh ada kakak kelas ganteng gt. Jatuh cinta? Enggaklah! Bukan tipe ku. Aku hanya kagum dan ingin mendapatkannya seperti biasa.

Aku mendekat kearahnya dan dengan sengaja menyenggolnya dengan tas ranselku lalu pura - pura limbung di dekatnya "Duuhh.." aku pura - pura kesakitan bertabrakan dengannya

"Maaf - maaf ya" ujarnya dengan tersenyum. Aku hanya tersenyum tipis merapikan tas ranselku yang sempat bertabrakan dengan dia

"Gak apa - apa kak, salah aku juga" jawabku sopan dan tersipu malu. Keluarkan jurua andalan

"Kamu mahasiswa baru?" tuh kan, dia mulai tertarik. Aku mengangguk sekilas

"Aku Agus, kamu siapa?" dia mengajakku kenalan. Gotcha! Ikan sudah tertangkap.

"Silva" aku menjabat tangan yang diulurkan Agus kepadaku. Perfect banget ya? Si kakak kelas ganteng langsung kenak perangkap. Aku tertawa bangga dalam hati. Ketiga temanku yang melihat aksi nekatku hanya bisa menganga

"Kenapa kalian?" tanyaku saat kami tiba di depan truk. What the..? Truk?? Kita semua akan naik Truk?? Yang benar saja ini kampus. Gak modal apa gimana sih? Kenapa gak pakai bus atau Mobil yang lebih cocok gitu.

"Ayo naikk..." ujar seorang pria satu kelompok denganku. Memaksaku naik keatas truk. Aku hanya melirik malas pria itu. Dia tegap tinggi berkulit hitam namun dia cukup manis. Tapi aku enggan memperhatikan dia lebih dalam, aku sibuk senyam senyum sama Agus yang mencuri pandang kearahku

Truk yang aku naiki kemudian berjalan, orang - orang yang berada dalam satu truk denganku heboh sendiri tertawa - tawa menari - nari. Aku sudah pegal berdiri sepanjang jalan, emang aku dikira sapi apa sih? Naik truk segala. Kalau mamaku tau, dia pasti sudah menertawakanku. Aku hanya bisa pasrahm rambut panjangku terbang ke sana kemari terkena angin jalanan membuat kepalaku sedikit sakit. Angin di pegunungan dingin menerpa kepalaku yang tak tertutup apapun. Aku melirik satu per satu teman - temanku yang enak saja duduk diatas lantai truk yang terlihat kotor dan becek. Benar - benar jorok sekali mereka. Aku hanya bisa menghela napas. Aku melirik pria hitam manis yang dikelilingi banyak wanita. Namun aku mengacuhkannya.

"Duh aku pusing banget" keluh Hany. Aku memeluk tubuh kecilnya karena wajahnya sangat pucat. Aku kasihan padanya. Walau aku sendiri juga susah membawa diriku ini.

Setelah menempuh perjalanan sekitar sejam setengah kami tiba di lokasi. Semua orang berhambur dengan tawa riang berlari ke sana kemari. Seperti anak kecil yang tidak pernah bermain. Aku memapah teman baruku Hany yang sepertinya tak enak badan

PLAYGIRL TOBATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang