Aku berjalan keluar kelas setelah menyelesaikan tangisanku. Rasanya malas mengikuti kelas terakhir di detik menuju pertamatan kuliah
"Dari mana kamu?" aku menoleh saat mendapati Jasson berdiri tak jauh dari tempatku. Aku menghela napas saat merasa deburan jantungku kian kencang.
"Aku tanya Silva, kamu dari mana?"
Aku menatap sinis Jasson "Kamu peduli aku dari mana?"
"Maksud kamu? Iya aku peduli lah, ini kan mata kuliah terakhir kenapa kamu bolos sih? Gak berubah banget kamu! Tetep Liar!"
"Gak berubah?" aku tertawa pelan "Buat apa aku berubah tapi ga menghasilkan dampak positif buat aku?"
"Kamu.." Jasson menarik tanganku memasuki satu ruangan kelas yang kosong.
"Lepas!" seruku menepis tangannya kencang
"Kamu ini kenapa sih? Marah - marah gak jelas! Di kasih tau malah ngeyel!"
"Kenapa juga kamu repot ngasih tau aku? Ngapain juga kamu harus peduli sama aku?"
"Buat kebaikan kamu lah!"
"Aku ga perlu menjadi baik, untuk apa? Cari simpati kamu? Cari perhatianmu? Sebaik apapun aku, berubah gimanapun aku sampai jadi power ranger sekalipun gak akan merubah kenyataan bahwa di hatimu masih tersimpan nama wanita lain!"
"Maksud kamu??"
Aku tertawa sekilas "Ngapain juga sih muter - muter? Ngabisin durasi aja, intinya aku tau alasan besar kamu buat ngechat Weinda"
Jasson menatapku kaget, wajahnya perlahan memerah menatapku yang juga menatapnya dengan tatapan nyalang penuh keberanian. Sudah cukup! Batinku
"Kenapa? Kaget? Aku bahkan tau setiap detail percakapan yang kamu tulis buat Weinda! Kamu dari dulu memang terobsesi dengan Weinda!"
"Kamu mencintai dia sampai saat ini, kenapa gak ajak dia aja jadian? Kenapa pacaran sama aku tapi hatinya buat orang lain?" tanyaku dengan nada bergetar
Jasson tersenyum tipis "Emang kenapa kalau aku chat Weinda?"
"Hah? Kenapa?" tanyaku ulang kaget dengan respon Jasson, beginikah pria yang tertangkap basah mencintai wanita yang bukan pasangannya?
"Masalah banget ya buat kamu aku ngechat Weinda? Ga boleh?"
Aku menggeram kesal, rasanya pengen sekali melemparinya dengan bom molotov saat ini juga.
"Terserah kamu aja!!" jawabku dengan nada kesal dan melangkah meninggalkan Jasson pergi ke kelasku yang sudah mulai sepi karena perkuliahan sudah selesai. Meraih tas di meja dan berjalan keluar kelas
"Ayo pulang!" ajakku pada Jasson dengan nada ketus. Terdengar helaan napas Jasson yang berat mengikuti langkahku untuk segera pulang.
.
.
.
."Kak?"
"Kenapa ma?"
"Mama mau bicara boleh?"
Aku mengangguk dan menggeser dudukku untuk mama duduk di sebelahku
"Kaka kenapa sih?"
"Gak apa - apa ma" jawabku singkat
"Mama liat sering ngelamun di sini, bukan kaka biasanya"
"Iya ma, lagi mikir aja"
"Mikir apa kak?"
"Habis wisuda ini kakak mau kerja dimana ya ma?"
"Di tempat temen papa dulu aja, mau?"
Aku menoleh menatap mamaku dengan penuh tanda tanya "Dimana ma?"
"Sekolah swasta sih kak, di coba aja dulu buat pengalaman aja mau gak?"
"Bole ma, ngilangin suntuk juga sih ini dirumah nganggur"
"Ya sudah beso bawa lamaran ke sana ya sayang" aku mengangguk dan melihat kepergiaan mamaku dari tempat dudukku. Pikiranku kembali melayang
Sudah seminggu lebih aku tidak lagi bertemu Jasson. Jasson juga tidak berusaha mencariku atau menghubungiku. Bahkan berucap maafpun tidak. Dan kembali rasa egoku memintaku untuk menutup rapat - rapat segala hal yang membuatku harus mengalah lagi dan lagi.
Bukan aku tidak ingin tahu kabarnya, aku bukan tidak rindu dia, tapi menyadari bahwa bukan akulah yang ada di hatinya membuatku enggan menemui, menghubungi bahkan merindukannya lagi.
Kelak semua akan berubah, tentu!
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
PLAYGIRL TOBAT
HumorGimana jadinya, bila seorang wanita cantik, muda dan pandai memikat hati para pria kini jatuh cinta? Bahkan jatuh cinta dengan pria yang jauh dari kata tipe idamannya. Apa yang akan di perbuatnya, saat mengetahui sang pria tidak meresponnya sama sek...