Bagian 22 (18+)

13.5K 236 12
                                    

Cinta dari mata
Turunnya ke hati
Apa mau di kata
Bila ku jatuh hati

***

Aku mendongak tak percaya saat menyadari seseorang yang menyapaku, Jasson. Sudah lebih dari seminggu ini dia mendiamkanku, bahkan setiap kali aku mencoba mendekat dia akan pergi menjauh. Menatapku pun rasanya tidak mau. Aku bbm, sms, whatsup, line satupun tidak ada yang ditanggapi, syukur kalau cuma di baca saja. Dan itu rasanya gak enak banget. Dulu aku sering perlakukan mantan - mantanku seperti itu. Mengabaikan lalu kemudian mencampakkan begitu saja. Ini seolah aku sedang mendapatkan Karma. Rasanya tuh nyesek - nyesek gimana gitu. Tobat deh gue mainin orang.

"Sayang?" sapanya lembut dan duduk di depanku. Aku menghela napas, mengatur debaran jantung yang kian cepat.

"Tumben?" jawabku dengan nada sinis, mengingat bagaimana dia mengacuhkanku meningkatkan rasa ego sebagai wanita muncul.

Dia tersenyum, dan berhasil membuatku luluh. Senyumnya yang manis dan matanya yang menyipit, sejujurnya aku merindukannya. "Maafin aku ya?" ujarnya mengelus rambutku. Rasa nyaman mendominasi hatiku saat ini, aku rindu!!

"Gak apa kok, pria baik tentu ingin pendamping yang baik" aku tersenym menatapnya

"Dan pria yang baik, punya hak menjatuhkan pilihannya pada siapapun wanitanya bukan? Tidak peduli bagaimana masa lalunya, yang penting masa depannya bersamaku" ujarnya yang asli membuat pantatku menghasilkan ribuan ton bunga, gile!

Aku tersenyum "Kamu bisa aja"

"Mau jalan - jalan gak?" ajaknya. Aku melirik arlojiku, sialnya aku sudah punya janji dengan Ima. Aku menatapnya memelas

"Aku sudah janjian sama Ima, mau makan siang sama - sama. Gimana?" aku meminta pertimbangannya, senyumnya menghilang berganti tatapan tak suka

"Sepenting itukah temanmu? Sampai mengabaikan ajakanku? Apa kamu tidak rindu padaku?" cercanya, aku mendesah pelan. Aku baru saja berbaikan dengannya bukan?

"Iya iya, aku batalin sama Ima. Kita jalan - jalan ya?" aku menyentuh lengannya agar dia tidak marah padaku lagi.

"Bener? Mau jalan - jalan sama aku?" tanyanya sekali lagi yang aku jawab anggukan mantap.

"Bagus deh, perlu kamu tau. Aku kan pacar kamu, masa depan kamu sama aku. Kalau kamu terus - terusan mentingin temen kamu daripada aku itu gak baik" ujarnya membuatku bingung

"Gak baik?"

"Sekarang coba deh, kamu akan melewati masa - masa penuh cinta dengan aku kan? Bukan dengan Ima, nanti kalau Ima udah punya pacar dia pasti akan sibuk dengan pacarnya. Bener kan?" aku terdiam mendengar opini dari Jasson. Jasson bangkit dan menarik tanganku untuk ikut dengannya

"Aku nebeng mobil kamu ya sayang? Yuk" aku tersenyum dan membalas genggaman tangannya.

Pondok Olala, mataku  menatap tak percaya kemana arah tujuan Jasson membawaku. Sebuah bungalow short time kecil di pinggiran Kota Jakarta. Aku melirik Jasson yang tersenyum kearahku

"Kenapa kita ke sini? Dan mau apa?" tanyaku sedikit ada rasa aneh

Jasson meraih tanganku,"Jujur saja, aku belum pernah melakukan 'itu' maukah kamu menjadi wanita pertama untukku? Menjadi yang pertama dan terakhir untukku" aku mengerjapkan mataku menatapnya dengan segudang pertanyaan di kepalaku, apa maksud dan tujuannya yang sebenarnya?

"Jangan berpikiran macam - macam, aku mencintaimu begitu kamu sebaliknya, dan sex antar pasangan itu hal yang wajar bukan? Kamu saja dulu pernah melakukannya dengan mantan - mantanmu, tidakkah kamu mau melakukannya denganku?" aku terdiam membisu mendengar perkataannya, ini seolah menamparku dengan tamparan halus, tidak berbekas namun terasa sakit sedikit.

Aku mengikuti langkah Jasson membawaku masuk ke salah satu kamar yang di sediakan. Kamar berukuran sedang di lengkapi televisi dan Ac, juga sebuah ranjang dan kamar mandi dalam. Aku duduk di tepi ranjang, sembari menanti Jasson yang sedang melakukan pembayaran di lobby depan.

"Sayang?" sapa Jasson, aku tersenyum melihatnya duduk di sebelahku, melingkarkan tangannya di pinggangku

"Aku mau kamu jadi yang pertama untukku, Silva" ujarnya yang kemudian mendaratkan ciuman di leherku, cukup menggelitik karena kumis tipis yang ada di wajahnya menyentuh kulitku.

(Adegan 18+ mohon menyikapi dengan baik)

Tangan Jasson membelai tengkukku dengan lembut, sementara di sibuk menciumi lekukan leherku, meniupnya perlahan membangkitkan sesuatu yang lama hilang dalam diriku, gairah bercinta. Kepalaku otomatis mendongak saat Jasson menciumi leherku di setiap incinya, menghisapnya pelan.

"Ahh.." aku hanya bisa mendesah. Sedetik kemudian aku merasakan tubuhku sedikit terangkat dan pindah terbaring di tengah ranjang, dengan Jasson yang sudah menindihku. Ciuman Jasson masih di area leherku, menciumi setiap incinya. Lalu perlahan kemeja yang aku kenakan terasa di lepas oleh Jasson. Aku hanya pasrah menerima perlakuannya. Aku akui, Jasson cukup lembut dan pelan dalam melakukan pekerjaannya. Wajah Jasson mendekat pada Wajahku sedetik kemudian dia menciumi bibirku. Lembut seperti biasanya, bahkan terkesan tidak menuntut balasan.

Ciuman Jasson merangkak turun kebawah, tubuhkupun sudah tak mengenakan sehelai benangpun. Membiarkan kekasihku ini menikmati dengan kagum tubuh sintal milikku. Setiap bagian tubuhku berhasil di eksplore olehnya. Bahkan di bagian - bagian sensitifku. Aku hanya bisa meremas ujung seprai, saat permainan ciuman lembutnya selalu berhasil mengenai sasaran.

Jasson sudah siap dalam posisinya, perlahan membuka lebar kedua kakiku, tersenyum sekilas kearahku lalu perlahan melakukan tugasnya sebagai seorang pria, menyatukan tubuh kita berdua. Menjadikan aku dan kamu menjadi kita dalam balutan nafsu yang tidak lagi dapat di tahankan. Aku hanya memejamkan mata, menikmati setiap sentuhan darinya dan semakin dalam memasukiku. Aku membiarkannya, membiarkan Jasson mengekplorasi seluruh tubuhku sekalian bagian intimku pun. Aku merelakannya, aku menikmatinya dan aku mendapatkan apa yang aku inginkan selama ini

"Ahh.." aku tersenyum puas mendapatkan apa yang aku inginkan selama ini, kenikmatan bercinta yang tidak pernah aku dapatkan. Sungguh, aku merasa melayang ke langit ketujuh, inilah surga dunia yang di bicarakan orang - orang yang pernah bercinta, aku bahkan sempat tak percaya rasanya sebegitu indahnya.

"Silva aku mencintaimu" desah Jasson membuyarkan lamunanku menyadarkanku dari rasa nikmat dunia yang baru aku dapatkan. Aku menatapnya, rahangnya mengeras, gerakannya semakin dipercepat, matanya terpejam dan bibirnya meracau namaku terus, sesaat kemudian perutku terasa hangat dan basah. Aku melirik kebawah, dan dia menumpahkan benih cintanya diatas perut rataku. Lalu berbaring di sebelahku dengan napas tersengal

Cup!

Satu kecupan di keningku, menghangatkan hati. "terima kasih Silva" ujarnya

Aku mengelus pipinya "Sama - sama sayang" aku membalas mengecup pipinya dengan sayang, sungguh aku menyayanginya. Dan kini aku yakin seyakin - yakinnya, aku mencintai Jasson.

Tbc

PLAYGIRL TOBATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang