Halo para pembaca! Kita kembali lagi. Ini adalah lanjutan dari cerita sebelumnya. Come and Back baru saja dimulai! Ayo pembaca, terus baca cerita ini dan jangan lupa untuk mem-vote dan tinggalkan kritik juga saran konstruktif agar penulis bisa menyajikan karya yang lebih berkualitas. Hyaaa..
2. Chapter Two: The Beginning of Us
Enam tahun lalu..
“Yah, elo sih Sha pake segala minta pindah ke IPS.. Padahal kalo gak pindah kita kan ada kemungkinan sekelas bareng lagi.” ucap Nara dengan pipi yang menggembung.
Asha menarik nafas panjang. “Nara, mau gimana lagi ya? Ini kan memang jadi keputusan gue sejak awal dan lo tau itu kan? Gue gak minat di IPA, sayangnya gue masuk IPA. Gue kan minat ke IPS, dan gue ngerasa potensi gue ya di sini. Lagian, persahabatan kan mampu menembus perbedaan apapun. Termasuk perbedaan jurusan.” ujar Asha menjelaskan.
Kali ini giliran Delia menghirup nafas panjang dan menoba mengeluarkannya dengan paksa. Ia jengah dengan perdebatan Asha dan Nara yang belum selesai sejak sejam yang lalu. Apalagi, ini memperdebatkan hal yang sepele. Akhirnya, ia memutuskan untuk mencoba menengahi percekcokan di antara kedua sahabatnya itu.
“Udah dong Sha, Ra. Kenapa harus berdebat seputar hal yang sepele sih? Toh, kita kan masih satu sekolah. Jadi, apa yang perlu kita takutkan?” ucap Delia.
“Daritadi juga gue ngomong begitu, Del. Tapi si Nara masih juga ngajakin debat.” ucap Asha membela diri.
“Ah, yaudah oke. Maafin gue yang terlalu lebay dan posesif. Gue Cuma pengen kita bisa trus bareng-bareng.” ujar Nara dengan nada melunak.
Tiba-tiba, terdengar deringan bel khas SMA Kartawijaya menyeruak ke seluruh penjuru sekolah. Para siswa bergegas menuju kelas barunya masing-masing karena ini tahun ajaran baru. Kelas baru, teman baru, wali kelas baru dan suasana belajar yang baru pula. Bahkan sampai alat tulis pun, semua diperbaharui.
Asha, Nara dan Delia beranjak dari kursinya. Setelah merapikan diri dan saling berpamitan, mereka pun berpisah. Nara dan Delia menuju kelas XI IPA 1 karena kebetulan mereka kembali sekelas. Sedangkan Asha melangkah menuju arah yang berbeda. Asha mencari ruang kelas XI IPS 1. Ia berjalan santai sambil melihat ke kanan dan ke kiri. Sesekali ia membalas sapaan teman-teman yang ia lewati.
***
Saat ini, Asha tengah mencatat struktur organisasi kelasnya. Seperti biasa, ia selalu ditunjuk untuk menjadi sekretaris kelas. Asha tidak bisa bilang tidak. Hal itu sudah menjadi hal yang lumrah baginya. Karena terlalu asyik dengan pekerjaannya, Asha tidak mengetahui bahwa sedari tadi ada seseorang yang terus memperhatikannya dari sudut kiri kelas.
“Hai..” terdengar sapaan seorang siswa laki=laki yang datang menghampiri Asha. Suara baritone yang terdengar begitu renyah di telinga. Saat Asha menengadahkan kepalanya, matanya takjub menatap sepasang mata kecoklatan milik teman sekelasnya yang kini tengah berdiri di hadapannya. Seorang siswa berpostur tinggi berisi. Tingginya mungkin sekitar 178 cm. Wajahnya oval dengan jenis oriental yang dianugerahi mata agak menyipit namun berisi pandangan mata yang tajam. Kulitnya putih langsat dengan hidung bangir juga bibir merona sehat.
Asha takjub sesaat. Ia pandangi wajah lelaki ini dengan seksama. Cukup menarik, pikirnya. Tak mau diketahui sedang terpesona oleh si empunya, Asha segera mampu menguasai dirinya. Ia sunggingkan seulas senyuman manis sebagai ucapan terima kasih atas kehangatan sapaan dan tatapan lelaki di hadapannya ini. Ia mencoba bersikap tenang untuk memunculkan kesan pertama yang baik.
Lelaki itu kemudian menarik sebuah kursi dan meletakannya di hadapan meja Asha agar ia mampu duduk dengan posisi berhadapan. Setelah duduk di atasnya, ia mencoba mengambil nafas untuk mengawali perbincangannya dengan Asha.
KAMU SEDANG MEMBACA
Come and Back!
RomanceDi saat cinta pergi menghilang. Dengan segala upaya mencoba untuk mempertahankan segalanya tanpa berniat meninggalkannya. Dan ketika cinta itu datang untuk pulang dan kembali, akankah semua berujung pada kebahagiaan? *** Asha, seorang jurnalis muda...