XV - Heart Sweater

898 43 16
                                    

Hai, chapter baru lagi nih. Alhamdulillah, waktu gue mulai longgaran. Semoga bisa menyenangkan hati kalian ya. maaf kalo masih banyak kekurangan. Dan terimakasih buat yang udah votes dan komentar di previous chapter. Masukannya berguna banget.

Dedicated for every body who loves and waits this chapter! Special dedicated for @maylia yang komentar di chapter sebelumnya bikin hati gue adem..

I Love You, All!!

***

XV. Heart Sweater

Pandangan Fatah begitu nyalang. Matanya menatap jalanan dengan murka. Ia mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi yang liar. Emosinya berada di puncak. Ia membelah kepadatan jalan dengan hati yang mengamuk. Mobilnya berjalan sadis dan meliuk-liuk dengan manuver-manuver tajam yang berbahaya.

Shilla yang berada di sebelahnya tak sanggup berkata-kata. Rasa marah, cemburu, puas dan juga bersalah bercampur aduk. Di satu sisi, ia merasa senang dengan rencana nekadnya yang sukses membuat keretakan besar di antara Fatah dan Asha. Namun di sisi lain, ia tak sanggup menerima kemarahan Fatah akibat perlakuan lancangnya.

Waktu yang berlalu terasa begitu lama baginya. Sesekali Shilla mencuri pandangannya ke arah bangku pengemudi. Wajah Fatah tampak begitu menyeramkan dengan rahang yang mengetat dan sorot mata merah antara putus asa dan murka. Ini adalah kali pertama Shilla berhadapan dengan sisi menakutkan Fatah. Selama ia mengenalnya, Fatah tak pernah sekalipun marah padanya. Ia sadar ia telah mengobrak-abrik kesabarannya.

“Turun!” perintah Fatah dingin.

Shilla tak bergeming. Ia memberanikan diri untuk menolehkan wajahnya dan menyentuh tangan kiri Fatah di atas persneling. “Kak, maafin aku.. A, aa akk kuu nggak bermaks—“ kata-katanya terhenti oleh gerakan menepis Fatah.

Fatah keluar melalui pintu kemudi, memutari mobilnya, kemudian ia membukakan pintu untuk Shilla. “Turun. Dan tolong jangan paksa aku untuk kasar sama kamu.” Lagi-lagi, Fatah bersikap dingin terhadapnya.

Shilla dengan berat hati keluar dari mobil Mercedes Benz hitam tersebut. Fatah langsung menutup pintu tersebut, dan tanpa berkata apapun kembali mengitari mobilnya dan masuk lewat pintu pengemudi. Meninggalkan Shilla yang menatap kepergiannya dengan nanar. Air matanya mengalir bersamaan dengan kepergian Fatah yang begitu menyakitkan.

Apa kakak tahu? Aku begini karena aku mencintai Kakak. Aku sangat mencintai Kakak. Lebih dari yang kakak tahu.

***

Semenjak kejadian di Mall tempo hari lalu, Nara belum lagi berkomunikasi dengan dua sahabatnya. Tidak Asha, tidak pula Delia. Tak ada personal chat dengan keduanya, apalagi chat group yang biasanya mereka lakukan setiap hari. Nara pun tak ingin mengusik. Ia percaya kedua sahabatnya kini telah dewasa, dan mereka hanya perlu waktu untuk saling mengerti niat satu sama lain.

Namun, niatnya untuk bercerita tentang surat diagnosis milik Divo yang ia temukan saat ia melakukan pengepakan barang-barangnya belum terlaksana. Setelah kejadian itu, ia memutuskan untuk mengungsi ke rumah orang tuanya dengan alasan merasa kesepian menunggu kepulangan Divo. Ia berusaha bersikap seolah tak ada apapun yang terjadi. Sementara barang-barang yang telah ia persiapkan tetap ia kirim ke rumah baru.

Jam dinding menunjukkan pukul sebelas. Nara telah bersiap. Ia memutuskan untuk menyegarkan pikirannya dengan berbelanja di supermarket. Ia berencana untuk membeli beberapa bungkus kentang beku untuk menemani masa-masa galaunya sambil berpikir. Nara adalah seorang potato addict. Ketika ia sedang dalam masa-masa sulitnya, maka kentang adalah teman terbaik baginya. Selain itu, ia akan membeli beberapa bahan untuk membuat Black forest cake pesanan mamanya.

Come and Back!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang