Wuihh, gue lagi bahagia luar biasa. Gimana engga? Dalam waktu sekitar 7 jam, gue bisa bikin chapter 10 ini. Alhamdulillah, bener-bener lagi rajin nih, hahaha. Ini suatu bentuk kelangkaan lho *mulaingaco* #efekekonomi
Selamat menikmati hidangan yang susah payah gue sajikan ya. Maaf kalo masih banyak kekurangan, terutama typo, maklumin aja gue kan cuma amatiran a.k.a. awam. Tapi tolong ya, kerja keras ini sedikit di-appreciate dengan cara votes dan comments. Itu berarti banget sumpah deh!
Selamat menikmati.. Happy reading guys and THIS IS IT!!
Chapter 10: DIRA’s Day
Malam ini adalah malam pernikahan Nara dan Divo. Dan malam ini Asha dan Delia menginap di rumah Nara. Sekedar untuk membuat Nara merasa lebih tenang untuk menghadapi hari besarnya esok dan juga sebagai pesta lajang sederhana antara mereka bertiga, merayakan kebahagiaan yang sedang dirasakan sahabatnya. Asha dan Delia menyempatkan diri untuk ambil cuti dua hari dari pekerjaan mereka demi mendampingi dan membantu Nara untuk mempersiapkan segalanya.
Rumah Nara malam ini cukup ramai dengan kehadiran beberapa sanak familinya dan sebagian tetangga. Keluarga Nara sedang mengadakan semacam acara syukuran untuk pernikahan Nara, berharap agar pernikahan putri sulungnya dapat berlangsung lancar dan membawa kedua belah pihak kepada kerukunan dan kebahagiaan.
Terdengar suara seorang lelaki yang teduh dari pengeras suara. Itu adalah Ustadz Hakim yang diminta oleh keluarga Nara untuk memimpin acara pengajian malam ini. Ia tengah memimpin doa dengan khusyuk yang lantas diamini oleh semua yang hadir. Tak terkecuali Nara juga Asha dan Delia yang sedari mendengarkan dari kamar Nara di lantai dua.
“Ya Allah, gue jadi deg-degan banget gini. Gimana dong ini?” Nara yang sedari tadi terlihat tidak santai, gugup juga panik. Yang ia lakukan menggigiti ujung kuku-kukunya dengan harapan mampu meminimalisir rasa tak karuannya.
Delia merapatkan tubuhnya ke arah tubuh Nara kemudian mengelus pelan punggung Nara. “Calm down, Babe. Everything’s gonna be okay! Kita semua selalu berdoa yang terbaik untuk lo dan Divo.”
Asha yang baru saja keluar telah kembali dari balik pintu berwarna putih sambil membawa toples berisi makanan ringan. “Iya, Ra. Udah tenang aja. Nih, mending makan sama gue. Enak lho..” Asha dengan gaya ala-ala SPG di mall menawari Nara yang berwajah keruh.
Delia tampak kesal dengan perilaku Asha. Terkadang tingkah konyolnya justru membuat orang lain geram. Ia meraih boneka monyet berwarna biru, kemudian ia melemparnya ke arah Asha. “Sha, please. Ide lo itu gak ada yang lebih waras kah? Kalo dia kebanyakan makan besok pake kebaya gimana? Yang ada dia akad nikah pake daster gara-gara kebayanya kesempitan.”
Asha, dengan sigap menghindari serangan mendadak Delia kemudian ia memasang cengiran menyebalkan dengan penuh kemenangan. “I am just offering her. Kalo gak mau yaudah gue aja yang makan. Weee..” ucap Asha sambil menjulurkan lidahnya dengan tatapan mengejek.
“Sableng!” Nara yang sedari tadi diam mulai angkat bicara. Saat-saat seperti ini memang ia butuh suasana menyenangkan. Dan tingkah kekanakan Asha sedikit mampu menghiburnya.
Dan tanpa dikomando, ketiganya tertawa bersama-sama. Tiba-tiba, ponsel Asha berdering. Ia mengusap pelan layarnya kemudian menempelkannya pada telinga.
“Halo?”
“…”
“Iya, aku di rumah Nara ini. Yaudah, kamu besok sendiri gapapa ya? Maaf banget.”
“…”
“He-eh. See you later ya. Be careful..”
Klik! Sambungan telepon pun terputus. Kemudian sebuah senyuman terukir di wajah Asha yang membuat pipi tembamnya terangkat ke atas. Wajahnya merona.
KAMU SEDANG MEMBACA
Come and Back!
RomanceDi saat cinta pergi menghilang. Dengan segala upaya mencoba untuk mempertahankan segalanya tanpa berniat meninggalkannya. Dan ketika cinta itu datang untuk pulang dan kembali, akankah semua berujung pada kebahagiaan? *** Asha, seorang jurnalis muda...