XIX - Talk to You, Talk to Me

846 52 20
                                    

Suggestion:

When you read this chapter, you’d better listen:

1.       Love is an Open Door – Kristen Bell ft. Santino Fontana (Frozen)

2.       Best Thing – Anthem Lights

Yuhuu, satu chapter menuju ending nih. Chapter ini gue dedikasikan buat dua sahabat gue yang selalu setia baca cerita ini, support gue dan berbagi inspirasi sama gue. Heyya @NadhiraRamadhani @inestsabitah ini buat kalian juga buat temen-temen watty lainnya yang setia baca cerita abal ini. Happy reading, guys! Vote and comment, please..

N: Chapter ini akan banyak memuat kisah Nara dan Delia. Ada Asha sedikit, tapi next chapter dia akan kebagian lebih banyak kok!

XIX – Talk to You, Talk to Me

Bahagia.

Semua orang pasti menginginkannya, bukan? Hampir semua yang manusia lakukan adalah untuk mewujudkan dan menemukan kebahagiannya. Meski, dengan cara dan persepsi kebahagiaan yang berbeda. Bahagia adalah sebuah anugerah luar biasa yang Tuhan berikan kepada manusia. Dan kita, patut bersyukur atas kebahagiaan yang kita terima.

Menghabiskan waktu bersama orang yang dicintai adalah satu kebahagiaan bagi banyak orang. Tak terkecuali Divo. Tak henti ia bersyukur atas kebahagiaan yang diterimanya setelah melewati masa pengujian yang cukup berat. Mungkin, inilah buah kesabaran yang ia pelihara. Nara kembali bersamanya dan kini ia diberi kesempatan untuk sama-sama mewujudkan impian mereka. Membangun masa depan keluarga yang hangat, damai dan harmonis.

Divo masih setia bersama senyuman pagi harinya. Sambil menyesap secangkir latte, ia menikmati kecantikan alami istrinya yang tengah tertidur damai di sebelahnya. Membayangkan malam indah yang dilaluinya bersama Nara membuat hatinya dilapisi kebahagiaan berkali-kali lipat. Mungkin dalam bagian ini, kata ‘bahagia’ akan seringkali muncul mewarnai kisah mereka.

Divo mengusap lembut pipi Nara yang tampak begitu menggemaskan. Menikmati sensasi yang tercipta tiap kali kulitnya bertemu dengan milik Nara. Kebahagiaan yang masih terus mengalir bersama hatinya. Lihat kan? Betapa ia harus senantiasa bersyukur karena kebaikan hati Tuhan?

“Selamat pagi, sayang.” sapanya kala Nara membuka mata dan menampilkan manik mata hitam berkilau yang selalu memikat Divo dan juga lelaki lainnya.

Nara tersenyum. Ini adalah impiannya yang terwujud. Dulu, saat ia masih berseragam putih abu, ia sangat memimpikan adegan romantis di pagi hari bersama suaminya kelak. Melihat seseorang yang dicintainya, menyambut di saat ia bangun tidur dengan begitu lembutnya. Dan kini, hal itu menjadi kenyataan.

“Pagi juga sayang.” balas Nara sesudah ia memposisikan duduk bersandar di kepala ranjang.

Divo mengecup sekilas bibir Nara. Nara yang belum sepenuhnya sadar hanya mematung tanpa bisa membalas.

“Vo, ini masih pagi. Matahari aja masih nongol malu-malu. Kamu kok udah nyosor nggak tau malu gitu?” celetuk Nara.

“Tapi suka kan?” goda Divo sambil mendekatkan wajahnya.

“Iya sih, tapi kan.. Eh, maksudnya.. ehh—“ ucapannya terhenti saat tiba-tiba Divo mengurungnya dalam dekapan tubuh kekar Divo.

“Jadi hari ini, jadwal kita main-main di kamar aja kan?” goda Divo melalui bisikan yang ia ucapkan di telinga Nara.

Tangan Nara yang bebas berhasil mencubit pinggang Divo. Tapi anehnya, Divo sama sekali tak bergerak. “Lepasin dong. Masih pagi udah mesum aja. Lagian, aku kan pengen jalan-jalan di New Zealand juga. Masa nggak boleh sih?” rengek Nara.

Come and Back!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang