VI - The Past Did It

1.5K 29 3
                                    

Halo haiii para peselancar Wattpad?! Balik lagi semuanya sama gue dan Come and Back! Di chapter selanjutnya ada culik-culikkan kan? Nah, adanya chapter ini adalah untuk menjawab banyak pertanyaan dari peristiwa penculikan Asha itu. Siapa yang nyulik, siapa yang nolongin, apa latar belakangnya, pokoknya semuanya dijawab tuntas di chapter ini.

Selamat membaca dan selamat menikmati cerita ini ya! Maaf kalo masih banyak kekurangan. Ayo, Ayo! I always receive comments and votes from you with my pleasure. Of Course! Please be a good readers by giving me comments and votes. Love yaa all!!

6. Chapter 6 : The Past Did It

Sudah dua hari Asha menghilang. Delia, Nasya dan Nara semakin panic dan bingung akan keberadaan sahabatnya. Mereka telah mengelilingi kota Malang. Namun sampai saat ini keberadaan Asha masih belum bisa ditemukan. Delia terus-terusan menangisi kehilangan Asha yang tiba-tiba. Nara dan Nasya berusaha untuk menenangkannya. Mereka telah melaporkan kasus ini ke polisi setempat, namun belum ada kabar baik apapun yang mereka terima.

Siang ini, mereka tengah berkumpul di rumah Nasya utuk membicarakan langkah selanjutnya yang akan mereka tempuh untuk menemukan Asha.

“Ra, gimana ini? Sampe sekarang Asha belum juga ditemuin? Gue takut dia kenapa-napa.” ujar Delia sambil terisak.

Nara mengelus pelan punggung sahabatnya. Sebisa mungkin ia tersenyum untuk menenangkan Delia. Walau saat ini, hatinya tak kalah khawatir memikirkan Asha yang kini entah ada dimana. “Sabar, Del. Kita sekarang cuma bisa berdoa dan percaya sama kinerja polisi. Kemarin kan kita semua udah usaha sekuat tenaga untuk keliling cari Asha, walaupun hasilnya nihil.” ujar Nara.

Di kamarnya, Nasya baru saja keluar dari kamar mandi. Ia segera menuju lemari pakaian, mengambil sebuah blouse selutut berwarna krem. Selesai berpakaian, ia berdandan ala kadarnya sambil mematut diri di kamarnya. Tiba-tiba saja, ponselnya bergetar di atas nakas. Ia meraihnya, kemudian melihat layar ponselnya. Penelepon dengan nomor yang disembunyikan. Agak ragu, ia mengangkat telepon tersebut.

“Halo, ini si—“

Halo sayang apa kabar? Ini aku. Kamu apa kabar?” suara di ujung sana menyela perkataan Nasya. Suara itu. Suara dari masa lalu yang begitu dikenalnya.

Nasya membeku. Keadaan ini sungguh di luar dugaannya. Setelah sekian lama.

Kok kamu diem aja? Kamu gak kangen ya sama aku? Oh iya, aku mau ngucapin selamat atas perkawinan kamu sama lelaki busuk yang udah ngerebut kamu dari aku. Kemarin aku dateng lho ke sana. Tapi saking bahagianya kamu, sampe gak merhatiin aku gitu. Jahatnya kamu, sayang.” Suara di ujung telepon terus bercerita panjang lebar.

“Ra, Ra Raakkaaa?” ucap Nasya terbata.

Terdengar suara helaan nafas dari seberang. “Lama banget ingetnya. Iya, ini aku Rakka. Lama gak ketemu ya? Oh, iya sayang. Aku punya kabar bagus buat kamu nih.”

Jantung Nasya berdegub kencang. Kabar apa yang akan disampaikan Rakka? Ia merasakan sesuatu yang buruk. “Apa?”

Sahabat baik kamu, ada sama aku sekarang. Kalo kamu mau dia selamat, suruh suami kamu Bayu dateng ke taman kota sore ini jam 5 bersama uang 20 juta. Harus sendiri ya sayang. Dan gak main polisi-polisian ya. Asha aman kok sama aku, selama kalian ikuti permainan aku.”

‘Tuut.. Tuut’ jaringan telepon langsung terputus. Betapa gusarnya Nasya menerima kabar barusan. Ingin sekali rasanya ia membunuh laki-laki dari masa lalunya itu, kalau saja kini ia di hadapannya. Emosi Nasya tersulut, menguasai seluruh pikirannya.

“RAKKA KURANG AJAAARR!!!” teriak Nasya penuh emosi.

Mendengar teriakan dari arah kamar Nasya, Delia bersama Nara, Gatra, Bayu dan Divo segera berlari menghampiri Nasya. Tiba di kamar, mereka mendapati pemandangan Nasya yang terduduk lemas dengan wajah kusut berlinang air mata. Bayu yang melihat itu, segera menghampiri istrinya dan memeluknya. Mencoba meredam emosi Nasya yang tengah meledak.

Come and Back!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang