XVI - Escape From Reality

733 26 9
                                    

Sudah lama menanti?

Maafkan daku yah, hehehe. Kemaren gue harus fokus untuk persiapan UN, dan sehari setelah UN gue harus segera berangkat ke Jogja buat nengokin walikelas gue yang kerjanya ngabur mulu (?)

Halah, yaudahlah yah daripada gue makin ngalor ngidul mending kalian Check this out aja yo mamen à Chapter 16 kembali hadir mewarnai hidup kalian. Tadaaaa!!!

Yang kangen Asha, Fatah, Delia, Nara, Gatra, Divo, Shilla, Gilbert atau kangen sama Pak Barata? Monggo silahkan dibaca ya. Jangan lupa, vote sama comment-nya itu lhoo. Ku nanti selalu.

Oh iya, di chapter ini, ada Cast baru lagi. Enjoying this chapter, guys!!

With love,

Juffrouw Magda

XVI – Escape From Reality

Seharian ini, Delia menghabiskan waktunya berdiam diri di kamar. Ditemani ponsel pintar kesayangannya, earphone berbentuk tokoh kartun Pororo-penguin biru- dan chiki-chiki yang kemarin di belinya dalam jumlah banyak. Maklumi saja, Delia tengah patah hati. Dua minggu berlalu sejak kejadian ‘di-PHP-in Gatra’, ia berusaha keras untuk menghindari lelaki penyuka cokelat tersebut. Meskipun, ia telah berjanji untuk merestui secara tak rela, namun terlanjur ia ucapkan di hadapan Gatra.

Delia sedang dalam mode dilema berat. Ia tahu dengan pasti, hatinya menaruh harapan lebih pada Gatra. Memang, belum pasti itu cinta atau bukan. Tapi mengapa terasa sangat miris ketika Gatra mengatakan akan melamar sahabatnya sendiri, Asha? Rasanya tak rela melihat Gatra bersanding dengan siapapun selain dirinya, biar Asha sekalipun. Terdengar egois, namun itulah yang terjadi pada hatinya.

Di lain pihak, merelakan Gatra untuk Asha mungkin suatu ide cemerlang untuk menjalankan misinya menjauhkan Asha dari Fatah yang jelas-jelas bukan lelaki yang pantas mendapatkan cinta Asha, setelah apa yang ia saksikan dengan mata kepalanya sendiri. Ia yakin, Gatra lelaki yang baik dan bertanggung jawab. Ia sendiri mengagumi Gatra karena wataknya tersebut. Gatra pasti bisa membahagiakan sahabatnya, sesuai dengan harapannya selama ini. Melihat Asha bahagia.

Delia mengacak rambutnya, frustasi. Di saat ia kembali bisa merasakan hal-hal manis berkembang di hatinya dan merasa bahwa ia adalah orang yang tepat, justru ia malah mencintai gadis lain yang tak lain dirinya sendiri. Seperti cerita di opera sabun a.k.a. sinetron. Sekarang ia tahu, ini nyata dan benar-benar ada. Sampai-sampai, ia berjanji pada diri sendiri tak akan lagi merendahkan sinetron.

“Flap, lo bisa denger nggak sih suara hati gue? Gue dilema berat nih. Maksain perasaan gue ke Gatra yang jelas-jelas cintanya sama sahabat gue, atau pura-pura bahagia dan bantuin Gatra deketin Asha biar si Fatah kupret nggak bisa dapetin Asha lagi?” Delia berbicara pada boneka beruang Super Big-nya yang berwarna hijau muda sambil memeluknya.

“Kalo gue pilih yang pertama, kayaknya gue egois banget. Nah kalo pilih yang kedua, bunuh diri dong namanya?” ia menatap lurus ke arah dua bola mata cokelat yang terbuat dari plastik.

Delia mengambil salah satu bungkusan chiki yang berserakan di atas ranjangnya. Ia sobek dengan kasar bungkusan yang berwarna tosca. Melampiaskan kegalauan hatinya kepada kemasan chiki yang tak bersalah. Ia meraup isinya tanpa memandangnya seolah ia adalah manusia kelaparan yang tak menemukan selama berhari-hari.

Ia memasukkan keripik dalam jumlah banyak, bulat-bulat ke dalam mulutnya. Bayangkan, betapa penuhnya mulut Delia. “Huaa, boddhhoo deh kkaloo ggue gendwuutt gwarraa gwwearaa chiikii.. guwwee ssseettrwwess..” Delia bergumam sambil mengunyah seisi makanan yang memenuhi rongga mulutnya.

Come and Back!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang