Segerombolan siswi-siswi berlarian dengan histeris menabrakku tanpa permintaan maaf.
Mereka berlari keujung sekolah, yang membuatku penasaran.
Apa yang terjadi diujung sana. Adakah siswa atau siswi yang pingsan?
Aku berlari sekencang angin.
Rasa penasaranku melebihi ketakutanku dikeramaian orang.
Sampailah aku keujung jalan.
Namun, Sayangnya aku tak dapat melihat apa yang mereka saksikan.
Setelah aku mulai menyisihkan orang-orang barulah aku dapat melihatnya.
Ternyata bukan suatu hal yang menegangkan.
Melainkan hanya sekelompok siswa yang sedang bermain basket.
Kudengar mereka (para siswi) bersorak.
"Ih itu yang cool... Ganteng banget!"
"Yang itu tuh lebih manis!"
"Yang itu cakep banget, kalem lagi... Gemas!"
"Tidak ah... yang itu dong lucu!"
"Apasih? Yang itu lebih dewasa... lebih mantap!"
Tapi aku tak bisa melihat yang mana yang Cool, Manis ataupun kalem.
Mereka pun berkelahi dan saling menjambak rambut.
Aku tak ingin ikut campur.
Aku pun beberapa kali hampir menjadi sasaran mereka.
Karena saat itu aku ada ditengah perkelahian itu.
Dan saat mereka mulai bertengkar dan bergerak kebelakang.
Mereka, Yang ada didalam sana. menoleh melihat apa yang terjadi diluar ruangan.
Barulah bisa kulihat mereka.
Mereka sangat tampan...
Dan aku dapat melihat sendiri yang mana yang cool, yang manis dan yang kalem.
Tanpa kusadari ada yang meninjuku dari samping kerahangku.
Aku pun jatuh dan penglihatanku mulai mengabur.
Tiba-tiba aku tak bisa melihat apapun dalam sekejap.
Semuanya tampak gelap, dan terasa dunia ini dirotasi.
Namun, perlahan penglihatanku mulai kembali membaik.
Samar-samar aku dapat melihat tiga orang dihadapanku.
"Ah?"
Ternyata mereka... Ketiga siswa tampan yang sedang bermain basket didalam.
"Perlu bantuan?" Tanya salah satu dari mereka yang berambut lurus menurun.
"Tidak... Aku baik-baik...saja"
Aku berdiri dengan bantuan mereka.
Dan aku tersadar bahwa rok seragamku tersingkap.
Tergesa-gesa aku menurunkan rok ku semula.
Wajahku memerah.
Sungguh panik dan memalukan sekali!.
Mereka memapahku kedalam ruangan olahraga.
Aku duduk di bangku panjang, dimana orang-orang dapat menyaksikan pertandingan basket yang disebut sebagai, panggung.
"Aku ambil "First Aid Kit" dulu ya?" Kata salah satu dari ketiganya yang berambut keriting.
"Tak perlu...aku-"
Ia berlari ke luar ruangan dengan cepat.
Aku memandangi mereka yang tampak seperti pangeran-pangeran dalam dongeng.
Aku terdiam...Seandainya...
Aku berjalan didepan ballroom.
Dengan taman yang dipenuhi bunga-bunga berwarna-warni, Tumbuh dengan indahnya.
Kulihat remang-remang cahaya dari dalam ballroom.
Haruskah aku masuk kedalam?
Aku berjalan semakin dekat.
Dan memasuki pintu ballroom dengan penuh percaya diri.
Disana terdapat para siswa dan siswi, saling berpasangan dan menari.
Namun, Entah mengapa mereka berhenti berdansa dan menatapku dengan terkesima. Ketika aku memasuki ballroom tersebut.
Aku terus berjalan dengan anggun.
Aku berhadapan dengan cermin sekarang. Dan kulihat, sesuatu yang tak bisa kupercayai.
Wajahku tampak begitu cantik.
Bagaimana bisa? Apakah ini aku yang sebenarnya?
Aku mengusap pipiku tanda tak percaya.
Saat aku terus-menerus dihadapan cermin, karena sampai sekarang aku masih tak percaya, kalau yang didepanku ini adalah parasku.
Aku memejamkan mataku dalam beberapa detik.
Dan saat aku membuka mataku secara perlahan...
Apa yang kulihat?
Aku melihat ketiga pangeran tampan berada tepat dibelakangku.
Mereka? Ketiga pria yang menolongku dalam keadaan malu dan kesakitan.
Mereka benar-benar memakai kostum pangeran dari Eropa.
Ditambah mereka pun tersenyum denganku.
Apakah aku bermimpi?
Mereka menyentuh bahuku, dan mengajakku berdansa diruang dansa ballroom.
Kusambut satu per satu. Siapa yang akan melepas kesempatan emas ini?.
Aku benar-benar seperti bermimpi.
Benar-benar tak bisa kupercaya... Yang pertama, aku menjadi cantik dalam sekejap, Yang kedua, Aku berdansa dengan ketiga pangeran.
Dan...CTIIK!
AH?
Ternyata aku memang berkhayal.
Pria yang membawa "First Aid Kit" itupun telah kembali.
Selama itukah aku berkhayal?
"Sudah sadar belum dengan jentikan jariku?" Kata salah satu dari mereka yang berambut lurus menurun dengan tawa.
"Ah? Iya... sudah!"
Mereka mengobatiku, padahal hanya lebam samar dirahangku saja.
"Siapa kalian?"
"Kami?"
"Oh... Aku Alec!" Jawab salah satu dari mereka yang berambut lurus menurun, yang terkenal manis dan lucu itu.
"Dia itu Tom-" Yang membawakan First Aid Kit untukku menyambar.
"ALEC!!" Alec atau Tom apalah namanya, itu membetulkan namanya.
"Baiklah, terserah kau saja. Namaku Julian!"
Aku tersenyum kecil.
"Dan ini teman kami juga, Ah... Namanya Nicky!"
"Hai..." Orang yang bernama Nicky itu menyapaku.
Mereka sangat sopan dan manis.
"Hai...Aku...Aku..."
"Tunggu... Tunggu! Apakah kalian yang disebut..."
"Kami The Little Tigers!"
"THE LITTLE TIGERS?!"
Aku sontak terkejut.
"Terima kasih... Senang mengenal kalian..." aku tertunduk dan pergi.
Mereka melihatku pergi dengan tatapan aneh.To be continue...
KAMU SEDANG MEMBACA
If Love Is Blind
FanfictionKetika cinta menjadi buta, Bahkan tak bisa melihat yang mana yang tulus dan yang palsu. Xin Doroteia, Seorang gadis culun yang diam-diam mengidolai ketiga pria dari sebuah grup sekolah bernama The Little Tigers. Yang awalnya Xin tak dilihat dengan...