Kami Bebas !

23 6 4
                                    

Aku membuka mataku dengan perlahan sekali.
Rasanya mataku berat, entah itu karena airmataku yang sudah mengering dan membekas dimataku atau begitu mengantuknya aku.
Aku menarik nafasku sedalam-dalamnya. Dan menghela nafasku seringan mungkin.
Aku baru sadar bahwa aku masih dalam pelukannya yang sangat hangat. Terutama dicuaca dingin yang  menusuk tubuhku ini.
Aku melihat kearahnya, ternyata ia sudah terjaga.
Kulihat dari matanya... Sepertinya ia sudah terjaga sejak beberapa jam yang lalu.
"Nicky... Sejak kapan kau terjaga?"
"Sejak...Beberapa jam yang lalu"
Aku segera menyingkir dari dekapannya.
"Maaf, merepotkanmu, Nicky!"
Aku menggosok tanganku sendiri dengan gugup.
"Tidak perlu sungkan begitu..."
Aku tersenyum padanya, dan aku pun dapat balasan senyuman darinya.
Terasa seperti aku menjadi lupa diri.
"Nicky..."
"Hmm?"
"Tanganmu hangat..."
Ia tak dapat menahan tawanya.
"Benarkah?"
Apa yang kukatakan?
Aku membetulkan kacamataku.
"Kalau kuperhatikan lebih seksama..."
Ia memicingkan matanya dan seperti menelusuri sudut mataku.
Aku menjadi lebih gugup dan mencengkram kacamataku erat.
"Jika kau sedang gugup... Pasti kau akan membetulkan posisi kacamatamu"
Hah? Bagaimana ia bisa melihatku sedetil itu?
Apa ia sering mengamatiku? Kok aku tidak tahu?
"Kok... Kau tahu... Aku?"
"Hmm... Bagaimana agar lebih dekat panggil "kamu dan aku" saja?"
Bahkan ia ingin kami lebih dekat.
Apa dia ada menaruh perasaan padaku? Tetapi, bukankah satu hari terlalu cepat?
Atau hanya persaanku saja?
Aku tersenyum kecil.
"Nicky... Kamu memangnya sering mengamati aku ya?"
"Bukan! Tapi beberapa kali saja aku bertemu aku sudah dapat melihatnya"
Ia tertawa.
Aku tersipu malu bahkan... Hingga membuat merah diwajahku.
Ia mengulurkan tangannya dan meraih tanganku untuk berjabat tangan dengannya.
"Selamat kamu telah jadi sahabatku!"
Sahabat? Ia bilang sahabat?
Apakah kami belum menjadi sahabat selama ini?
Aku hanya tersenyum tanpa mengerti kata-katanya.
Kami berbincang selama 30 menit kurang lebih.
Tak lama kemudian, Pintu terbuka.
Kami tersenyum.
Dan sang petugas terkejut dengan keberadaan kami.
"Kalian?! Kalian berbuat apa disini?"
Kami saling melirik satu sama lain dan tersenyum.
Aku dan Nicky mengeluyur keluar.
"Nicky!, aku dapat melihat matahari terbit!"
Ia menoleh ke arahku.
"Sudah lama aku tak melihat matahari terbit."
"Aku juga" jawab Nicky.
"Nicky... Aku baru ingat! Kenapa kamu tidak menghubungi Julian atau Alec?"
"Haha... Kita takkan terjebak semalaman..."
Kata-katanya terputus. Kemudian ia melanjutkan kata-katanya lagi.
"Kalau aku bisa"
Ia memperlihatkan raut wajah suntuk yang teramat sangat.
"Memangnya ponselmu?"
"Sewaktu jam istirahat, disekolah, Alec meminjam ponselku dan menghabiskan baterainya hingga mati total."
Aku menggaruk kepalaku dan tertawa meledek.
Ia mengetuk keningku dengan telunjuknya.
"Awh..."
"Apa yang kau lakukan?"
"Yang kulakukan... Untuk menyadarkanmu"
Aku cemberut.
Kami berjalan dengan masih lemas seperti orang baru bangun dari tidur yang sangat pulas.
Aku menggosok mataku.
Ia pun berseru yang mengagetkanku...
"Aku lelah setengah mati!!!"
"Nicky!!"
Ia pun terkekeh.
Kami langsung menuju kesekolah tanpa pulang kerumah.
Baiklah, penampilan Nicky masih saja rapi dan wangi. Aku?
Aku memang masih segar, tetapi, sangat kusut.

Sampai disekolah.
Rintik-rintik gerimis mengguyur diri aku dan Nicky.
Tapi titik positifnya, kami seperti habis mandi.
Dengan tampilan rambut yang setengah basah.
"Goodbye, Nicky!"
"Bye-bye!"
Aku segera berlari kearah kelas dengan tergesa-gesa.
Saat sampai, Ternyata sang guru sedang mengajar.
Kulihat Alec dari jendela yang sedang memperingatiku dengan gerak-geriknya.
Aku perlahan-lahan duduk dikursiku.
Alec memberiku bukunya untuk belajar. Karena aku tidak membawa buku yang sekarang sedang diajarkan.
Aku memberinya jempol.
Ia memberiku tinju melayang.
Aku segera belajar.
Namun... Saat aku sedang belajar.
Bapak guru yang sedang mengajar, Melemparkan aku penghapus papan tulis.
Untung saja bukan aku yang terkena. Namun siswa disebelahku.
Aku dan Alec menggigit bibir.

To be continue...

If Love Is BlindTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang