Pendatang Baru

38 6 6
                                    

-WARNING !!!
This chapter had an adult content

........................................

"Bolehkah aku tinggal dirumahmu?"
"Boleh saja, Jika ingin menginap"
"Bukan menginap! Tetapi, Tinggal!"
"Hah? Apakah kau pergi dari rumah?"
"Benar."
"Mommy, Melarangku ini dan itu..."
"Jangan salah paham! Mungkin saja tante ingin yang terbaik untukmu."
"Mommy memang seperti itu sifatnya. Buruk. Bahkan kau yang menjatuhkan satu piring saja langsung diusir!"
Aku terdiam dan mengingat masa laluku kembali...
Dimana saat itu aku baru lima tahun.

Aku sedang membereskan pekerjaan rumah tangga dengan giat. Dan saat itu aku sedang mencuci piring-piring yang cukup mahal.
Karena tanganku penuh sabun dan sangat licin, Maka piring itupun terlepas dari tanganku dan...

Praang!!!

Aku ketakutan melihat piring yang telah pecah berserakan dibawah.
Segera kuangkat seluruh pecahan-pecahan itu.
Namun, Tanpa sengaja tanganku terkena pecahan yang sangat kecil. Lalu darah mulai menetes dari jemariku.
Aku semakin panik saat itu.
Dan aku pun segera berlari kesana dan kemari.
Yang saat itu dalam pikiranku, Hanya untuk mengeringkan darah ini.
Namun, Ternyata darahku semakin menetes banyak dilantai.
Micah yang baru menginjak 9 tahun pun melihat dan, Langsung memberi tahu ibunya.
Bahwa aku memecahkan piring dan berdarah.
Setelahnya pukulan dan tamparan yang kudapat.
"Dasar bodoh! Bahkan mencuci saja tidak becus!"
Aku hanya bisa menangis tanpa melawan.
Lalu bibi menarikku kedapur.
Dan dipecahkannya lagi satu piring. Ia menyuruhku merapikannya dalam tiga detik.
Aku pun tak bisa melakukannya.
Dan ia kembali menamparku, Lalu, menekan tanganku kearah piring yang pecah.
Sehingga tanganku terluka parah.
Bahkan sampai sekarang tanganku menjadi cacat. Dan jika aku memegang sesuatu terlalu kencang, syaraf ditanganku yang rusak mulai bereaksi. Aku akan merasakan sakit yang luar biasa.
Kejadian itu terus menari-nari dibenakku.

"Xin! Hey Xin!!"
"Iya?"
"Bagaimana? Boleh tidak?
"Tentu... Tapi, Kau ini kan pria dan aku wanita... Mana bisa?"
"Aku tak peduli. Asal aku punya tempat tinggal, apapun akan kulakukan."
Aku mengangguk kecil dan tersenyum.
"Kalau begitu... Kau tidur dikamarku saja! Biarkan aku tidur disofa."
"Tak perlu... Biarkan aku yang tidur dibawah ranjang mu itu sudah cukup!"
Setelah perdebatan... Aku pun memberinya kasur.
"Tapi hati-hati... Bila hujan segeralah pindah kesofa, Ya?"
"Aku mengerti... Sudah jangan bawel!"
Aku menutup mulutku dengan kedua tanganku.
"Maaf!"

Paginya...
Aku mengucek mataku setelah bersiap.
"Aku harus kesekolah...Goodbye Micah!"
"See you, Darling! "
Aku berlari kencang kehalte menunggu bus.
Pagi ini sangat sejuk, daun-daun sudah mulai menguning dan layu juga semakin rapuh.
Sepertinya musim panas telah berlalu... Dan sekarang bertukar dengan musim gugur.
Selama aku menunggu bus. Aku memainkan daun-daun rapuh itu.
Datanglah bus yang kutunggu, Walaupun penuh dan berdesakan... Akan terlambat bila harus menunggu bus selanjutnya. Secara, Hari ini aku tidak biasanya bangun lebih siang.
Aku memasuki bus padat itu.
Satu tanganku memegang buku. Dan tangan lainnya mencengkram pegangan bus.
Dipertengahan perjalanan, Aku merasa ada yang menyentuh rok seragamku dari belakang.
Aku memeluk buku-bukuku lebih erat.
Semakin lama semakin aku merasa ada yang memegang bagian belakangku.
Aku memejamkan mata erat-erat.
Dan tangannya mulai menyusup masuk kedalam rokku.
Aku pun meminta berhenti. Dan segera keluar dari bus itu.
Aku berlari sekencang mungkin, Akhirnya aku pun lelah, dan bersandar kedinding.
Dengan nafas terengah-engah.
Saat aku menoleh kekiri, Aku melihat sekolahku sudah dekat. Dan saat aku menoleh kekanan segerombolan pria bertubuh besar menghampiriku.
Aku semakin mundur.
Namun, Semakin aku mundur mereka pun semakin mempercepat gerakan mereka.
Keringat mulai bercucuran dikeningku.
Aku berlari, Dan merekapun menangkapku dengan cepat.
Mereka menahanku dan memojokanku kedinding.
"Tidak! Apa yang akan kalian lakukan?!"
"Bersenang-senanglah dengan kami!"
Merekapun bertindak semakin kurang ajar.
"Bersenang-senanglah dengan Taekwondoku!!"
Kulihat Nicky datang menyelamatiku dan berkelahi dengan mereka.
Tak kusangka ia satu, melawan enam orang yang berbadan kekar. Namun, Pemenangnya adalah dia.
Aku tersenyum kagum.
Setelah ke-enam pria kurang ajar itu terkapar pingsan, Nicky pun menarik lenganku dan pergi.

Sampai disekolah...
"Tadi itu..."
"Lain kali hati-hati...!"
Aku mengangguk perlahan.
"Terima kasih... Nicky!"
"Sama-sama... Bukankah kita sahabat? Kenapa harus berucap thank you? "
Aku memeluknya tanpa sengaja.
Aku bahkan bisa mendengar suara detak jantungnya. Tubuhnya hangat sekali dalam cuaca yang dingin ini.
Aku segera melepaskan pelukanku.
"Maaf! Diluar dugaan..."
"Ah... Tidak apa-apa!"
Ia mengacak rambutku secara lembut.
Aku sungguh terkesima dengan grup Tigers ini.
"Tadi itu... Gayamu keren!"
"Oh... Ah biasa saja"
"Sungguh! Taekwondo... Keren!"
"Akan kuajarkan kepadamu jika kau berminat."
"Ya! Aku berminat!!"
Aku sangat bersemangat. Semangatku bahkan sampai meluap.
"Baiklah... Temui aku setiap pulang sekolah!"
Aku mengangguk dengan tertawa kecil.
Ia pun berlari meninggalkanku digerbang sekolah.
Aku pun baru ingat, Hari ini ada ekskul kelas musik.
Tak ada persiapan apapun yang kusiapkan...
Aku hanya berjalan dengan gugup saja.
Kulihat ada yang memanggilku didepan.
Tetapi, Terlalu jauh...
Tak dapat kulihat.
"Xin!" Teriak orang itu.
Kami semakin mendekat, Dan ternyata itu...

To be continue...

If Love Is BlindTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang