PART 20

12.4K 491 9
                                    

Dengan kecepatan tinggi aku menuju rumah sakit, saat ku tatap Juna yang juga ikutan memucat, yah jujur saja Juna bukan tipe orang yang suka membawa mobil dengan kecepatan tinggi dan bahkan ia sangat takut.

Tapi aku sudah tidak memperdulikannya lagi. Didalam pikiranku hanya tertuju pada Corrine, yang kini sedang kritis. Kenapa bisa seperti ini?? Bukanya tadi ia baik-baik saja??

Saat sampai di rumah sakit aku langsung memarkirkan mobilku secara asal di parkiran dan langsung turun.

"Juna maaf, kamu boleh pulang duluan" ucapku sembari melemparkan kunci mobil padanya.

Aku tau dia sangat shock dan belum kembali sadar akibat aku yang terlalu mengebut. Akhss.. apa yang kupikirkan sekarang?! Ini bukan saatnya tuk memikirkan Juna! Aku langsung berbalik berjalan meninggalkan nya yang masih terbengong mematung. Dengan langkah cepat aku menuju ruangan ICU, sesampainya Dokter langsung menghampiriku dengan wajah cemasnya.

"Dok?! Apa yang terjadi?" Tanya ku dengan nada cemas

"Pak Ray, kumohon tenangkan diri anda dulu"

"Baiklah, sekarang tolong katakan apa yang terjadi?? Apa Corrine baik-baik saja??"tanyaku sambil menatap dokter dan suster secara bergantian. Tapi mereka malah saling menatap sebelum menjawabku.

"Gini Pak, tadi pasien kejang-kejang sendiri pada saat saya masuk tuk memeriksanya dia sudah seperti itu. Saya sangat panik dan memeriksa seluruh nya baik-baik saja_" ucap perawat itu dengan raut muka kecewa, menatapku dengan mata yang memohon maaf. Dan aku??! Bagaimana mungkin aku bisa memaafkannya!!

"APA?!!!" Pekik ku dengan nada meninggi yang membuat dokter dan perawat itu tersentak, menatapku dengan mata penuh penyesalan.

"Apa yang kalian lakukan??! Kenapa kalian membiarkannya sendirian??! Kenapa kalian tidak menjaganya?!! Kenapa?!" Ucapku marah dan perlahan ku turunkan nadaku

"Sekarang dia sudah baikan, aku sudah menangganinya. Maafkan kami pak Ray akibat kelalaian ini" jawab dokter tersebut sambil membungkukkan badan nya, dengan satu tarikan nafas berat kuhembuskan, menatap mereka kesal.

"Wah.. wah.. hah! Bagaiman kalau dia kenapa-kenapa?! Kenapa kalian begitu ceroboh!!" Ucapku sambil berusaha menahan amarah. Kedua nya masih menundukkan kepala dengan perasaan bersalahnya.

"Huff.. baiklah, sekarang jelaskan padaku kenapa dia bisa seperti ini? Apa yang salah?"

"Hm... Begini, tadi saya masuk dan memeriksa kalau selang oksigennya terlepas_"

"Apa?! Kenapa bisa seperti itu?! Kemana aja kalian?" Potongku sambil menyerobot masuk kedalam ruangan.

Melihat Corrine yang kini terbaring begitu damai, membuat perasaan gelisah sedikit berkurang. "Tapi bagaimana bisa selang nya terlepas sendiri?? Apa ada yang sengaja melakukan ini? Akhs.." grutuku dalam hati.

"Corrine maafkan aku, cepatlah sembuh Corrine" ucapku dengan perasaan bersalah, bahkan sangat bersalah.. "Apa yang harus kukatakan pada orangtuanya?? Akhss... Seharusnya_ seharusnya aku_ aku.. Akkhss"ucapku dengan nada pelan terisak dalam kata-kataku. Tanpa sadar air mata ku turun tanpa seizinku. Dulu yang Corrine cerewet padaku memintaku tuk menemeninya kemana-kemana, sekarang terbaring lemah akibat perbuatanku..

Seharusnya aku tidak membiarkannya pergi, seharusnya... Sekarang aku hanya bisa memegang tangan nya dan berharap ia cepat pulih. Aku pun tertidur disampingnya.

***
Matahari yang menyeruak masuk kedalam ruangan dari balik celah-celah gorden berhasil membuatku terbangun dari tidurku. Kulihat jam tangan ku yang kini sudah menunjukkan tepat jam 09.00 seharusnya aku kini dalam perjalanan menuju kantor. Tapi hari ini, aku hanya ingin berada disisi Corrine sampai ia bangun dari komanya.

MY BOYFRIEND IS MY CEO || COMPLETE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang