PART 21

12.2K 470 17
                                    

Langit mulai terang, sinar matahari yang berusaha masuk melalui celah-celah tirai berhasil membangunkanku. Kulirik Corrine yang masih tertidur begitu tenang rasanya. Apa yang akan terjadi jika ia tau kalau dia enggak bakal bisa berjalan kembali?! Akhhs... Bagaimana ini?! Batinku sambil memijat-mijat pelipisku.

Pintu kamar terbuka dengan spontan aku menoleh kearahnya yang ternyata seorang perawat untuk pemeriksaan rutin. Sang perawat yang melihatku hampir terkejut berteriak. Aku langsung mengisyaratkan untuk diam.

"Sshhss... Diamlah jangan berteriak, kalau tidak kau akan membangunkannya" ucapku sambil mendekatinya.

"Maafkan saya tuan, saya kira anda sudah pergi" ucapnya sambil membungkukkan badan nya.

"Ya, uda sana periksa dia dengan baik, aku akan kembali" jawabku berjalan keluar meninggalkan perawat dengan Corrine.

Aku berencana untuk pulang sebentar untuk mengganti pakaian ku dan bersiap tuk kekantor. Saatku ke parkiran sekuel ingatan ku terlintas diotakku. Menginggatkanku bahwa semalam aku menghancurkan mobilku sendiri. Akhss... Kenapa aku bisa lupa!! Grutuku sambil menghentak-hentakkan kakiku. Membuat beberapa orang yang berlalu lalang memandangku dengan tatapan aneh.

Cih.. emang kenapa?! Aku langsung mengeluarkan ponselku dan menelpon supir untuk menjemputku. Apa aku harus memberitahu keluarga Corrine? Kalau dia mengalami kecelakan hebat.. akibat aku. Akhss..!! Tidak, jangan.. jangan membuat orangtuanya cemas dulu.

Sesaat aku terdiam memikirkan keadaan Corrine sekarang yang sudah sadar, tapi dia tidak bakal bisa berjalan lagi!! Akhhss... Tiba-tiba ponselku bergetar dalam saku, membuatku terkejut bukan main! Aakhhs!! Telpon sialan! Desisku dalam nada kesal. Segera kulirik layar yang tertulis dari pihak rumah sakit, aku langsung menggeser tombol hijau bersamaan dengan mobilku yang baru datang.

"Hallo? Ada apa dok?" Tanyaku sambil menghentikan mobil ku.

"..."

Baru saja aku mau membuka pintu belakang langsung terhenti dan langsung memutuskan sambungan teleponnya. Berlari dengan sekuat tenagaku tak lupa mengisyaratkan supir tuk kembali saja. Tuan nona Corrine sedang tak terkendali ucapan dokter itu terus tergiang-giang dalam otakku. Akhss... Pasti Corrine sudah mengetahui kondisinya. Dengan tergesah-gesah aku langsung mendorong pintu nya. Sekujur tubuhku bergetar hebat, saatku lihat Corrine dalam keadaan frustasi, matanya memerah, air matanya menggalir terus. Bahkan para perawat tidak berani mendekatinya.

"A-apaa yang terjadi??!! Kenapaaa dengan kakiku!!??" Teriaknya dalam nada frustasi nya

"Kenapa kalian diam saja?! Katakan padaku!!_" teriaknya sekali lagi dan berhenti saat melihatku yang berdiri didepan pintu. Aku tau ia menatapku penuh kesedihan. Aku langsung menghampirinya, memelukkan dalam dekapanku, kuelus rambutnya berusaha tuk meredakan isakkan tangisnya.

"R-ray.. kenapa dengan ka-kakiku??" Tanyanya dalam isakkannya.

"Shhss...tenang lah Corrine, tenangkan dulu dirimu" jawabku masih mengelusnya sambil memberi isyarat pada para perawat tuk keluar.

"Ray.... Kenapa?? Kenapa dengan kakiku?? Aku... Aku gak bisa merasakannya" ucapnya disela-sela deru tangisnya. Aku hanya bisa menatapnya penuh penyesalan. Dia terus menangis dalam dekapanku.

"Tenang Corrine, tenanglah aku akan_"

"Bagaimana aku bisa tenang?? Sekarang.. sekarang aku sudah enggak bisa berjalan lagi, aku sudah gak bisa berjalan lagiii Ray..." Potongnya yang langsung melepaskan pelukannya. Ia langsung mengusap air matanya dengan kasar, menatapku dengan tatapan tak ku mengerti..

MY BOYFRIEND IS MY CEO || COMPLETE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang