***
Gaga berjalan memasuki pub malam yang tak lama ia datangi. Beberapa orang wanita sudah berdiri menunggu kedatangan laki-laki itu.
Gaga duduk dan memesan beer.
"Baby, where have you been? Kamu kemana aja gak pernah kesini? Telfon aku juga gak kamu angkat," goda seorang wanita malam yang pernah jadi one night stand Gaga.
"I have a bussiness."
Gaga menenggak segelas beer yang baru ia tuangkan.
Beberapa kali, ia terlihat menghindari sentuhan wanita itu. "Did you miss me, Baby?" goda wanita itu lagi. Kini, ia mulai berbicara dengan nada nakal disamping telinga Gaga.
Gaga menghindar.
"No. I didnt," jawabnya cuek.
Ia mengacuhkan setiap wanita yang menyentuhnya malam ini. Ia juga hanya menenggak beberapa gelas beer. Lalu, pergi.
Gaga terdiam sejenak sebelum akhirnya ia melangkahkan kaki masuk ke dalam rumah Gigi. Berusaha sekuat tenaga untuk tidak kehilangan konsentrasinya. Terlebih, ia sudah meminum beberapa gelas beer.
"Gaga," Gigi menyambut dengan pelukkan hangat saat ia mengetahui Gaga datang.
"I miss you, Gi."
Gigi memeluk laki-laki itu erat. Membenamkan kepalanya dalam pelukkan hangat yang ia rasakan. Sebelum akhirnya, ia menyadari bau alkohol dari dalam tubuh laki-laki itu.
"You are drunk." Gigi melepaskan pelukkannya.
"No, i didnt," elak Gaga.
"Yes, you did."
Gigi menyandarkan tubuhnya ke sofa. Entah mengapa ia merasakan ada hal aneh yang terus ia rasakan jika bersama Gaga. Yang berdatangan dengan perasaan nyaman itu sendiri.
Gaga memposisikan dirinya untuk duduk disamping Gigi. Sedikit menyandarkan tubuhnya. Menarik tangan perempuan itu dan menggenggamnya.
Sesaat kemudian, ia melihat bekas tanda cengkraman yang memerah pada tangan perempuan yang kini ada di pikirannya.
"Ini kenapa?" tanya Gaga.
Gigi menarik tangannya dengan panik. "Huh? Hm, ini..ini gak apa-apa. Ini Cuma –"
"Kamu dijahatin orang?"
Gigi menelan ludah kering. Ia benar-benar panik sekarang.
"Nggak, ini tadi –"
"Bilang sama aku, siapa yang jahatin kamu?"
"Nggak ada, ini tadi –"
"Gigi."
"Gaga."
"Gigi."
"Gaga."
"Gigi Anastasha."
"Gaga Ananda, i just want to say, i'm in love with you."
Gaga terdiam. Ia meredam rasa amarahnya, sesaat setelah perempuan itu menyunggingkan senyum indahnya. "I love you."
"I love you, more."
-
Baru Gaga akan membuka mobil, sebuah bogem mentah datang menyerangnya. Untung, Gaga berhasil menghindar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unforgiven
Teen Fiction"Aku punya seribu keinginan, salah satunya adalah membahagiakanmu."