#18

15.7K 599 2
                                    


***

"Ma.." Gigi terus berusaha untuk menahan langkah Ratna.

"Listen to me," teriaknya.

Ratna terus berjalan, tanpa memperdulikan teriakkan anak perempuannya.

"Ma..."

Gigi sudah tak tau lagi bagaimana caranya menahan airmata yang tak dapat lagi dibendung.

"Ma, i love him," suara isak tangis Gigi meledak. Menyeruak. Membuat hatinya kian teriris.

Ratna menghentikan langkah kakinya. Membalikkan badannya. Melihat anak perempuannya berlutut beberapa meter dari posisinya.

"You know what? Mama meninggalkan Papamu karena apa? Karena dia pemabuk dan bertattoo, Gigi. Dan, sekarang...Kamu ngenalin sosok yang sama seperti Papa?," ucap Ratna sambil menahan rasa sakit yang mulai merasuki rongga dadanya.

"Tapi, gak semua pemabuk itu kriminal, Ma. Dia anak baik."

"Baik? Baik kata kamu? Laki-laki baik mana yang mau keluar masuk pub Cuma buat mabuk? Atau, jangan-jangan dia juga sering tidur sama perempuan?"

Gigi terisak.

"Dion udah cerita semuanya. Soal Gaga terutama. Mama gak setuju," bentak Ratna. "Kamu tetap akan Mama jodohkan dengan pilihan Mama."

"Tapi, Ma..."

Ratna kembali melangkahkan kakinya pergi. Tak perduli, seberapa keras usaha Gigi untuk menahannya. Atau, bahkan isakkan tangis Gigi yang semakin menyeruak.

Kenyataannya, ia tak dapat menentang kemauan sang Mama.

Dari balik jendela, Gaga memandang kekasihnya harus bersanding dengan laki-laki lain. Dibawah rintikkan hujan, ia menyaksikan bagaimana perempuan cantik yang anggun, yang datang bersamanya, yang ia genggam tangannya beberapa waktu lalu, kini sudah digenggam oleh laki-laki lain.

Bahkan, yang lebih menyakitkan lagi, laki-laki lain itu adalah temannya sendiri.

Dion.

Gigi menangkap bayangan Gaga yang tengah mengamati dirinya. Airmatanya kembali bergulir.

Namun, dari kejauhan, dibawah penyinaran lampu jalanan, Gaga mengembangkan senyumnya. Menyeka airmatanya, mengacungkan jempolnya.

Ingin rasanya Gigi berlari. Menghamburkan tubuhnya ke dalam pelukkan laki-laki itu.

Diantara tawa yang menyeruak dari sekelilingnya, Gigi hanya dapat menahan tangis.

Menyaksikan bayangan Gaga perlahan menghilang.

-

Gaga menenggak sebotol beer yang ia simpan dalam dashboard mobilnya. Melewati dinginnya malam. Melajukan kecepatan mobilnya diatas rata-rata, membawanya menembus rintikkan hujan yang seolah juga mewakili perasaannya malam ini.

Ia bahkan masih inget beberapa jam yang lalu, perempuan itu masih menjadi milinya.

Ia memukul stir mobil. Menyesali akan apa yang barusan terjadi.

Terutama saat kedua mata Ratna menangkan sebuah garis tattoo di lehernya. Pandangan wanita paruh baya itu berubah tajam. Ia masih tidak dapat melupakannya.

Pandangan itu terlalu sakit baginya.

Gaga berjalan menyusuri lorong pub malam. Duduk diantara deretan bangku kosong. Menenggak berkali-kali beer yang ia pesan.

Sampai ia, kembali kehilangan kesadarannya. Dan, terjatuh tak berdaya, lagi.

UnforgivenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang