#10

19.6K 787 14
                                    

***

Gigi berlari menyusuri lorong rumah sakit. Mengedarkan pandangannya, mencari kamar dimana Gaga berada.

Dion berjalan di belakangnya. Mengikuti tiap langkah kemana perempuan itu berjalan.

Memperhatikan bagaimana perempuan itu begitu khawatir akan seseorang disana.

Gigi membuka pintu kamar rawat. Melihat Desi, juga Gaga yang sudah terkapar tak berdaya.

Berjalan mendekati tubuh laki-laki itu. Airmatanya tak dapat lagi ia sembunyikan. Ia menggelengkan kepalanya kala laki-laki itu mengembangkan senyumnya.

"Hey, are you crying?" Gaga menghapus airmata yang bergulir di pipi perempuan itu. "I'm okay."

Gigi menjulurkan tangannya, menyentuh bagian dahi dari laki-laki itu. Tatapannya begitu sendu.

Gaga meraih tangan yang menyentuh dahinya. Mengenggamnya erat, meletakkannya diatas bagian dadanya.

"Aku gak suka kamu nangis. Apalagi kalo kamu nangis karena aku. Jangan nangis."

Kalimat demi kalimat yang laki-laki itu ucapkan bak seperti mantra yang mampu menyihir Gigi.

Perlahan, senyuman di bibir perempuan itu kian merekah. Bahkan, kini wajahnya mulai menunjukkan kemeronaan pipinya yang bersemu.

"Kamu kenapa? Kok bisa gini?"

Entah sejak kapan, kalimat lo-gue diantara mereka berubah menjadi kalimat manis aku-kamu. Namun, tak peduli sejak kapan. Nyatanya, mereka tetap menikmati perbincangan diantara mereka.

"Biasa, jagoan."

"Beer lagi, huh?"

Gaga hanya menyunggingkan senyum. Sambil terus mengusap pipi perempuan yang begitu mengkhawatirkannya saat ini.

Desi hanya dapat tersenyum menyaksikan kedua anak manusia itu saling menunjukkan rasa malunya satu sama lain.

Menatap anak perempuan yang rambutnya diikat itu. Dari balik sinar matahari, ia dapat melihat cinta diantara keduanya.

Dan, dari tempat yang berbeda. Dari balik pintu, Dion menyaksikan dengan miris kejadian demi kejadian antara Gaga dan Gigi.

Entah, mengapa. Perasaannya semakin tak menentu. Cemburu? Ya, memang Dion merasakan cemburu.

Cemburu yang tidak pernah diketahui pemiliknya. Ia hanya menyimpan perasaannya rapat-rapat. Sampai tidak seorang pun tau. Bahkan, dirinya sendiri.

Rintik hujan menemai tiga insan yang merasakan tiga hal yang berbeda; Cinta, cemburu, dan kepedihan.

UnforgivenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang