#15

17.2K 677 2
                                    

***

Decitan rem dadakan berbunyi tepat didepan pub malam. Beberapa meter dari pandangan Gigi sekarang, terlihat seorang laki-laki yang tengah mabuk dan dibopong beberapa laki-laki lain.

Gaga keluar dari mobilnya. Turut serta membopong laki-laki itu.

Dan, membawanya masuk ke dalam mobil.

Pandangan Gigi hampa. Hanya memandang lurus ke depan. Meski sudah tidak ada apapun dihadapannya saat ini.

Garis matanya berlinang. Menyiratkan rasa ketidakpercayaan yang mendalam.

Selesai, Gaga membawa masuk teman lamanya ke dalam bangku belakang mobil. Ia kembali duduk di bangku kemudi.

Ia menyentuh pundak Gigi yang sejak tadi hanya diam.

Gigi menoleh. Pandangannya sudah tidak dapat dijelaskan.

Beberapa kali ia menoleh ke arah belakang. Ke arah dimana laki-laki itu tertidur pulas dalam pengaruh alkohol.

-

Gaga menenggak beberapa gelas air putih sesampainya di rumah Gigi. Sang empunya rumah hanya duduk bersandar. Menyaksikan laki-laki itu yang berusaha untuk menahan hausnya untuk tidak meminum beer.

Gaga menyiram bagian kepalanya dengan air.

Berharap, ia temukan rasa lega atau apapun yang membuat hasratnya untuk meminum alkohol menjadi hilang.

Gigi hanya menatapnya tanpa bicara.

"Kamu kenapa sih? Dari tadi diem aja? I do something wrong?" tanya Gaga, yang berangsut duduk disamping Gigi.

Gigi menggeleng.

"Terus kenapa? Kepala kamu sakit? Coba sini liat." Gaga menarik dagu perempuan itu dengan tangannya. Mendekatkannya ke wajah, lalu mencium sudut kepala Gigi yang terluka.

"Dah, masih sakit gak?"

Perlahan, senyum perempuan itu mengembang. Diikuti dengan senyuman Gaga yang juga mengembang.

"Kamu mau tau sesuatu?"

"Apa?"

"Aku punya seribu keinginan. Membahagiakanmu adalah salah satunya."

Spontan, degub jantung Gigi melonjak. Terlebih saat kedua bola matanya terkunci di pandangan Gaga yang begitu mendalam.

"Gigi, i'm so lucky to met you." Gaga mencium punggung tangan perempuan disampingnya.

Senyuman Gigi lagi-lagi harus terganggu dengan beberapa hal yang perlu ia tanyakan.

"Kenapa?" tanya Gaga lirih.

"Tadi itu –"

"Dion." Gaga membenahi posisi duduknya, menyandarkan kepalanya di sofa. "Temen aku."

Belum sempat Gigi bertanya lagi, Gaga sudah bersiap untuk berbicara banyak.

"Waktu malam itu, tepat saat aku keluar dari rumah kamu. Dia dateng."

"Hah?"

Gaga menoleh ke arah Gigi yang menatapnya penuh tanda tanya.

"Dia mabuk. Kehilangan kesadaran."

"..."

"Aku anter dia pulang. Tapi, disela-sela dia gak sadarkan diri, dia bilang kalo dia bakal ngerebut kamu. Dia bilang dia bakal lakuin apapun untuk dapetin kamu."

Gigi terperangah, semakin tak percaya dengan apa yang terjadi dengan teman laki-lakinya itu.

"He didnt tell you anything?"

Gigi menggeleng.

"Tentang perasaannya, gitu?"

Gigi tetap menggeleng. Tidak membiarkan siapapun tau soal apa yang pernah Dion ucapkan padanya.

UnforgivenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang