Pagi menjemput bias cahaya yang masuk dari balik tirai membuat mata si mungil terganggu. Dekapan hangat dari seseorang membuatnya enggan membuka mata. Ia merasakan tangan yang kokoh dengan aroma maskulin tengah mendekapnya - posesif. Bagai seorang pria memeluk wanita.
'Tunggu-tunggu, pelukan, dekatan tangan yang kokoh, dan bau maskulin, posesif. Bagai pria memeluk wanita? Aku kan pria, bukan wanita.' Batinnya. Merasa tidak beres, ia pun membuka matanya.
Alangkah shocknya ia jika pertama kali yang ia lihat adalah sosok pria asing tengah tidur disampingnya. Ia bangun, menyingkap selimut, dan ia semakin shock jika ternyata ia telanjang bulat. Tak hanya itu saja. Ia melihat ada cairan putih yang telah mengering dan darah mengenai seprai serta selimut.
"AAAAAA....."
Ia menjerit kesetanan dengan apa yang ia alami. Orang asing ini telah memperkosanya. Ia ingat jika ia diculik oleh orang asing.
Ia pukul orang ini dengan brutal. Sosok itu pun terbangun karena mendengar jeritan dari teman tidurnya.
"DASAR BAJINGAN! BRENGSEK! GAY MENJIJIKAN! MENGAPA KAU MEMPERKOSAKU, HAH! Kesal pria mungil itu dengan terus memukul-mukul tubuh orang yang telah memperkosanya.
GREB!
Sosok itu membekap tangan si mungil untuk menghentikan aksi memukuli tubuhnya. Pria itu pun menjatuhkan kembali dirinya ke ranjang dan ia kembali berada dibawah si jantan. Pria itu menindihnya.
Si mungil melihat sorot mata tajam dari sosok yang tengah mengurungnya - takut. Sorot mata itu, sorot mata yang bisa menguliti mangsanya sampai si mangsa terkapar tak berdaya lalu mati.
"Jika terjadi apa-apa denganmu, aku siap bertanggungjawab." Terang sosok itu tegas.
Si mungil mengejek. "Cih! Aku pria sama sepertimu, jadi aku tidak mungkin bisa hamil layaknya wanita. Jangan pernah menganggapku wanita. Dan satu lagi, aku bukan GAY SEPERTIMU, MENJIJIKAN!" Umpatnya.
Sosok itu tertawa. Si mungil melihat jika sosok pria ini begitu manis, namun semua itu hanya sementara. Setelah itu sosoknya kembali memperlihatkan wajah serius, dengan mata tajam seperti mengulitinya.
"Baiklah, tapi jika kau kenapa-napa aku siap bertanggungjawab." Ucapnya.
"Dalam mimpimu, tuan menjijikan! Dan satu lagi, anggap saja kejadian ini tidak akan pernah terjadi." Tegas si mungil. Setelah mengatakan hal itu ia beranjak bangun, tapi sialnya bagian bawah tubuhnya, lebih tepatnya lubangnya terasa sangat nyeri.
Merasa kasihan pada si mungil. Si pelaku pun dengan gaya cool menggendong si mungil dengan gaya bridal.
Si mungil memberontak tak suka tapi si pelaku tak menggubris rontaan-nya. Si pelaku membaringkan tubuh si mungil kedalam bak mandi.
"KELUAR KAU DASAR BRENGSEK!" Bentak si mungil marah.
Dan sosok si pelaku pergi dari sana setelah si pelaku keluar, si mungil membersihkan dirinya.
Sosok si mungil yang diketahui bernama LuHan merasa ditampar. Ia sungguh hina, diperkosa oleh sosok pria asing yang ia akui jika sosoknya sangat tampan.
Mungkin jika ia adalah wanita, ia tidak masalah jika sosok itu menjamahnya, tapi ini. Ia adalah pria, sama-sama memiliki penis dan semua ini seakan menamparnya.
Si mungil Luhan, dirinya sangat menyayangkan orientasi seksual pria itu. Jika saja pria itu bukan gay, mungkin banyak wanita yang mau membuka pahanya untuk dijamah olehnya.
Luhan keluar dengan bathroob membungkus tubuh polosnya. Si pelaku pemerkosaan tengah asik menonton Tv diranjang.
"Ini." Sosok itu mengulurkan sebuah kertas kecil yang ia tahu jika itu adalah kartu nama.
KAMU SEDANG MEMBACA
A WIND FLOWER.
FanfictionBagai bunga dandelion yang ditiup angin, terbang tinggi membumbung ke angkasa.