Part 2 : Kangen?

1.7K 143 7
                                    

Aku terlalu nyaman pada sikap menyebalkanmu itu.

-Kanina-

===

Terlambat!

Hari ini aku terlambat!

Aku melihat jam yang melingkar di pergelangan tangan dan melotot, sekarang sudah jam 07.00, padahal jam masuk jam 06.45.

"Aduhhh!" ucapku panik.

Ini gara-gara perut tidak bisa diajak kompromi pagi tadi. Alhasil, waktuku banyak terbuang di kamar mandi.

Aku terus menambah kecepatan kaki untuk menaiki tangga, mataku memanas dan napasku ngos-ngosan. Kenapa kelasku harus berada di lantai empat, sih? Mau copot rasanya ini dengkul.

"Kamu itu, sudah tau tahu badan Ibu pendek, kenapa nulis jawaban di pojok atas sana! Kan Ibu nggak nyampe mau koreksinya!"

Badanku serasa kaku di depan pintu kelas yang tertutup. Sudah ada guru dan gurunya sedang marah-marah. Ini pasti ulah Rizki. Siapa lagi yang badannya tinggi dan iseng kalau bukan dia?

"Cepat hapus, pindah di sebelah sini! Kamu itu kalau pakek baju dimasukin celana biar rapi! Mau jadi preman kamu?"

Suara guru itu kembali terdengar. Kali ini aku menggeleng.

Kayaknya yang dibentak guru tadi bukan Rizki deh. Rizki memang tinggi dan usil, tapi dia selalu rapi.

Pintu kelas terbuka tiba-tiba membuatku kaget.

Bu Sri langsung berkacak pinggang saat melihatku tertangkap basah. "Kanina! Kenapa kamu disini?!"

Aduh, dijawab nggak ya? Nanti kalau dijawab malah tambah dimarahin gimana?

"Sekarang sudah jam 7 lewat! Kamu-"

"BU SRI!" Suara panggilan memotong ucapan Bu Sri. Yang merasa namanya dipanggil pun menoleh.

"Kamu masuk kelas sama. Ibu ada urusan."

YEY!!!!

NGGAK JADI DIMARAHIN SAMA BU SRI!

"Baik, Bu!" Aku bergegas memasuki kelas sebelum Bu Sri berubah pikiran.

Kulihat, bangku Rizki kosong. Kemana dia?

"Rizki kemana, Lan?" tanyaku pada Wulan yang sedang sibuk menyalin materi di papan tulis.

"Nggak tau, bolos kali?"

Rizki bolos?

Aku mengeluarkan ponsel dan mengetikkan pesan pada Rizki.

'LO DIMANA WOY?!'

===

"Buset, lo mau makan sambel segitu banyaknya? Itu mah bukan bakso dikasih sambel, tapi sambel dikasih bakso!" seru Wulan reflek saat melihat aku menuang sambal.

"Anjirr! Jangan heboh napa? Ini di kantin bukan di hutan! Lo nggak malu diliatin anak-anak yang lain?"

Wulan nyengir kuda. "Ya maap, lo kan tahu sendiri, mulut gue kayak gimana."

"Kanina," panggil Wulan.

"Hmmm?"

"Lo kenal Sandi nggak?"

Aku menggeleng. "Sandi siapa?"

"Itu, Sandi kelas 11 IPA 2," jawab Wulan.

Aku melihat ke arah atas, mencoba mengingat-ingat. "Oh, iya gue tahu. Kenapa? Lo naksir?"

"Enggaklah."

"Ciyee, Wulan. Sekarang sama Sandi ya?"

"Ih, enggak!"

Aku terbahak. "Iya-iya, enggak. Santai aja dong Bosque, nggak usah ngegas. Emang kenapa lo tiba-tiba nanyain dia?" tanyaku lalu memakan bakso yang bulat menggoda.

"Dia minta nomer lo."

"What? Terus lo kasih?"

Wulan menggeleng. "Enggak."

"Gadis pintar." Aku melanjutkan makanku sampai Wulan kembali bicara

"Na, lo tahu nggak-"

"Nggak."

"Ih, gue belum selesai ngomong. Tuh liat di samping kanan, Sandi lagi liatin ke arah sini."

Aku mengangkat kedua bahu tidak peduli. "Liatin lo kali."

"Yakali, Na. Dia itu liatin lo."

Aku mengabaikan ucapan Wulan dan fokus memakan bakso.

"Kok gue diabaikan sih?"

Aku berdecak sebal. "Biarin kali, Lan. Mau dia ngliatin gue, mau dia salto, gue nggak peduli," ucapku lalu memakan baksoku lagi, kali ini tidak berselera.

Tiba-tiba ponselku di atas meja bergetar.

Seakan menemukan mood booster, bibirku langsung melengkung ke atas saat melihat sebuah pesan masuk di ponsel. Pesan itu adalah sebuah pesan balasan yang sedari tadi aku tunggu. Pesan dari cowok super menyebalkan.

'Kangen ya lo?'

===

Jangan lupa klik vote dan ketikkan komentar.
💞

1. Rizki Raden

 Rizki Raden

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Panda Boy (✓) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang