Aku sama berjuangnya, andai saja kamu tahu. Hanya saja semesta memaksaku meninggalkanmu, untuk judul sebuah pengorbanan.
—Rizki
***
Hari ini indah, Kanina berjalan menuju kelasnya dengan bersenandung pelan. Lagu berjudul Rindu dari Banda Neira menemaninya lewat earphone yang dikenakannya.
Ia menyanyi pelan, "Siapa saja atau apa, siapa saja atau apa. Jendela, kursi, atau bunga di mejaaaa.... "
"Kanina!" Seseorang memanggilnya tepat di telinga ... oh bukan, lebih tepatnya berteriak.
"Setan dugong!" latah Kanina kaget.
"Hahahaaa!!!" Yang memanggilnya pun terbahak. Reaksi yang ditampakkan Kanina sungguh di luar dugaannya, terlebih saat melihat Kanina melihat dirinya.
"Kenapa? Kok kayak liat hantu aja?" tanya Rizki, seseorang yang memanggilnya.
Kanina tersadar dari ekspresi kagetnya, sebenarnya bukan karena teriakan di telinganya, tapi karena Rizki. "Gapapa, cuma kaget lo teriak di kuping gue," jawab Kanina tanpa ekspresi dan berjalan meninggalkan Rizki.
Kanina menghela napas panjang. Dia ngapain sih? Apa dia nggak sadar? Kita udah terlanjur asing untuk sekadar saling bergurau.
Di baliknya, Rizki memandang punggung Kanina yang semakin menjauh kemudian menunduk dan tersenyum sendu.
Ia mengepalkan tangannya.
Lo bener-bener goblok, Rizki. Lo goblok. Maafin gue, Kanina.***
Rizki mencuci mukanya kemudian melamun memandang pantulan wajahnya di cermin kamar mandi sekolahnya. Tangannya ia tumpukan ke wastafel. Ada perasaan menyesal membuncah dari hatinya.
Suara pintu kamar mandi terbuka menyadarkan Rizki. Ia melihat Febri berjalan ke arahnya, kemudian mencuci tangan di wastafel sebelahnya.
"Bukannya setelah ngasih harapan palsu ke cewek itu gak banget ya? Telpon-telponan tiap pagi, bertingkah seakan punya perasaan lebih ke si cewek, baper-baperin, eh tiba-tiba jadian sama temennya. Egois banget kan ya?" tanya Febri pada Rizki di sela kegiatannya mencuci tangan.
"Lo nyindir gue?" Rizki menghadap ke arah Febri. Sedangkan Febri melihat Rizki dari cermin.
"Lo kesindir? Padahal gue nggak sebut nama."
"Maksud lo apa? Lo emang nyindir gue kan?"
Febri tersenyum miring. "Bagus kalau lo nyadar."
Rizki menarik kerah Febri penuh emosi. "Apa urusan lo ngomongin gue? Ini urusan gue bukan urusan lo. Urus aja hidup lo sendiri!"
"Lo itu bego ya? Atau emang pura-pura gak tau? Lo sadar gak udah nyakitin Kanina?!" Suara Febri naik satu oktaf, geram.
"Apa yang lo tau? Lo hanya nilai apa yang gue tampakkan, lo gak tau gimana isi hati gue kan? Lo gak tau gimana rasanya di posisi gue saat ini, Bangsat!" maki Rizki kesal kemudian ....
Brak!
Rizki meninju pipi kiri Febri membuatnya terhuyung ke belakang. "Jangan ikut campur urusan gue sama Kanina."
"Haha," Rizki tertawa payau. "Gue bakalan terus ikut campur selama itu nglibatin orang yang gue suka, Rizki Raden," ucap Febri santai.
Rizki tertegun. "Lo suka sama—"
"Gue suka sama Kanina. Kenapa? Nggak terima? Lo kan udah punya Wulan, gak usah deketin Kanina lagi!"
"Justru setelah pengakuan lo ini, gue gak bakal biarin Kanina deket sama playboy macam lo gini."
Brak!
Febri meninju pipi Rizki. "Tau apa lo soal itu? Lo tau, sejak pertama MOS, gue udah suka sama Kanina, tapi liat dia di kelas 11 deket sama lo, yaudah gue mundur, gue coba lupain dia. Gue mungkin terlihat brengsek karena gonta-ganti gebetan, tapi bukan itu yang gue lakuin, gue cuma cari sosok pengganti Kanina, sayangnya belum ada yang bisa gantiin dia di hati gue. Tapi, apa yang lo lakuin? Lo malah nyakitin dia dan jadian sama sahabat dia sendiri?!" pekik Febri kesal.
"Lo pikir, setelah hampir 1 setengah tahun mendem perasaan dan bersikap seakan gak punya perasaan apa-apa, gue tahan liat lo yang gue pikir bisa bahagiain Kanina malah nyakitin dia sebegitunya?" tanya Febri lalu beranjak pergi meninggalkan Rizki.
Kini, Rizki sendirian di dalam kamar mandi. Pipinya berdenyut nyeri, tapi lebih berdenyut lagi hatinya.
"Tapi, gue juga suka sama Kanina. Gue juga gak mau nyakitin dia," lirihnya sendirian.
***
Viollaaa, aku dateng lagi bawa Pamda Boy season 2!!!
Gimana bagian awal ini?
Jangan lupa komen dan berikan vote yaa!
SEE YOU.❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Panda Boy (✓)
Short StoryCerita ini kutulis saat aku menyukaimu, tapi aku lebih memilih mengungkapkannya dalam bentuk tulisan. Apakah kalian pernah jatuh cinta pada teman sendiri? Itu yang aku alami. Aku hanya cewek biasa-biasa saja. Namun, aku berharap bisa membuatmu meras...