Bagian 4 : Tentang Febri dan Penuh Kejutannya

611 61 6
                                    

Diamku menyimpan rindu padamu.

—Kanina—

***

"Kanina!" panggil Indah sebal. Bagaimana tidak? Kanina tiba-tiba saja beranjak dari ranjang UKS dan berlari, entah kenapa.

"Apa sih, Ndah?" gerutu Kanina sebal. "Aku tu lagi nahan malu tau nggak?"

Indah menarik tangan Kanina membuatnya terhuyung ke belakang. "Jelasin dulu, wahai Kanina."

Kanina mendekatkan bibirnya ke telinga Indah, berbisik, "Tadi ada Febri. Gue ketahuan ngomong ... nyama— argh!" Kanina berjongkok frustrasi menahan malu.

Indah melipat bibirnya ke dalam menahan tawa. "Oh, jadi gitu?"

Drrttt

Kenapa lari? Berlari pun aku akan mengejarmu. —Febri

"Anjir!" Kanina melebarkan matanya saat membaca pesan dari Febri. "Coba liat deh!" Kanina menunjukkan ponselnya ke arah Indah.

"Kok semakin terang-terangan gitu ya?" gurau Indah lalu terkikik geli, "Ututuuu, yang mulai nyaman," lanjutnya yang dihadiahi pelototan Kanina.

***

Febri mengerucutkan bibirnya menahan untuk tersenyum-senyum sendiri. Seperti ketiban bulan waktu tiba ke UKS. Hatinya memancarkan kebahagiaan yang menyeruak. Melupakan perihal Rizki, dan fokus pada hatinya.

Lalu, sekelebat terlintas adegan dimana Kanina memergoki dirinya setelah mengucapkan kalimat penuh keindahan bagi Febri, lalu salah tingkah dan berlari keluar UKS.

"Duh, gemes pengen cubit ginjalnya!" serunya pelan lalu mencubit pipinya sendiri.

"Ngapain lo cubitin pipi kayak gitu?" tanya seseorang dari depannya membuat Febri tersadar.

"Oh, Indah," ucapnya kemudian berdehem, menetralisir rasa malunya.  "Ini tadi gue gemes sama diri sendiri, kok bisa ada cowok seimut gue?"

Indah mengernyitkan dahi dan memandang Febri dengan tatapan 'what?!'.

"Apaan tatapan lo itu? Kanina mana?"

Indah membuang napas kesal. "Gatau tuh, kesel gue ngikutin dia lari-larian."

Febri terkikik geli. "Yaudah, gue ke kantin dulu beliin minum buat Kanina."

"Bucin teroooss," gerutu Indah pelan saat berlalu meninggalkan Febri.

"Jomblo terooss," ucap Febri membalas ucapan Indah yang dihadiahi tatapan membunuh Indah.

***

S

edangkan di pojok lapangan basket, Kanina duduk mengipas-ngipas wajahnya yang terasa panas setelah berlarian. Peluh menetes mengalir dari dahinya.

"Eh ayam!" latah Kanina kaget setelah sesuatu yang dingin menyentuh pipinya.

"Nih minum, pasti kesel habis lari-larian."

Mata Kanina membulat. "Kok tau gue di sini?"

"Ikatan batin kali," jawab Febri ngawur kemudian duduk di samping Kanina.

Setelah membukakan botol minuman dan memberikannya untuk Kanina, Febri berkata, "Kan gue tadi udah bilang, berlari pun gue bakalan ngejar lo. Gue gak tau, tapi entah kenapa gue ngrasa pintu hati lo udah terbuka lebar buat gue."

Hening.

Febri melanjutkan bicaranya. "Jangan lari-larian gitu, jangan salah tingkah gitu, jangan liatin botol ini gitu, minum nih."

Kanina hanya diam menerima minuman itu dan meminumnya.

"Mungkin jauh dari perkiraan lo, Feb, tapi gue hanyalah seorang cewek kaku yang gatau harus ngapain ngehadapin hal-hal kayak gini. Gue bingung harus gimana."

Febri menoleh. "Gue gak masalah entah lo cewek kaku, atau cewek lentur sekalipun gue gak peduli. Yang gue peduliin adalah hati lo, entah udah terbuka lebar buat gue, atau sebenernya gue ngelakuin hal yang sia-sia karena masih ada Rizki di sana."

Febri mengembuskan napas kasar. "Gue juga gak tau kenapa, gue keliatan goblok ya?" tanyanya yang langsung digelengi Kanina.

Febri terkikik geli. "Ekspresi lo jangan kayak gitu, bikin makin cinta aja, gemes pengen halalin. Tuh-tuh liat, pipinya bersemi kemerahan."

Refleks Kanina memalingkan wajah malu.

Semilir angin kemudian menyapu sekitar, membawa hawa menyejukkan yang menemani mereka di pojok lapangan basket yang entah kenapa sepi.

Febri menarik napas dalam-dalam dan mengembuskannya perlahan. "Huamm, gue nyaman di sini sama lo, Kanina."

Hening sejenak, sebelum Kanina akhirnya menjawab dengan pelan. "Gue juga."

***



Panda Boy (✓) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang