Senyum Febri mengembang selepas mendengar ucapan lirih Kanina. Bagaimana tidak? Kini ia merasakan ada banyak kupu-kupu memenuhi perutnya dan menggelitiki tanpa ampun.
"Ka-kanina?" ucap Febri memastikan bahwa ucapannya tadi benar; yang sialnya malah gagap.
Kanina memejamkan mata rapat dan menekuk bibirnya ke dalam. Astaga, barusan gue ngomong apa?! batinnya malu. Oke, santai Kanina, tarik napas ... buang, relax! batinnya bermonolog, namun sedetik kemudian ia melesat secepatnya dari Febri. "Ah, sial!" gerutu Kanina pelan.
Febri senyam-senyum melihat perilaku Kanina yang dengan segala kekakuannya malah membuatnya gemas. Asik memikirkan Kanina sampai tidak sadar bahwa Bu Sri mengawasinya dan menggelengkan kepala dengan tangan bertolak pinggang.
"HEI! KAMU YANG CENGAR-CENGIR GAK JELAS!" teriak Bu Sri yang membuat Febri langsung tersentak dari lamunannya.
"Mampus! Ada Bu Sri!" rutuknya pelan.
"INI SUDAH BEL MASUK! KAMU GAK MASUK KELAS?! MASUK KELAS SEKARANG ATAU KAMU YANG SAYA MASUKKAN KE LACI MEJA?!"
Febri serta-merta bangkit dan mengangkat tangannya hormat pada Bu Sri.
"Saya masuk kelas, siap laksanakan!" ucapnya mantap lalu ngacir menjauhi keberadaan guru killer itu.
Sembari berlari, ia menoleh ke kanan dan kiri yang memang sudah sepi. "Pantesan tadi di lapangan basket sepi."
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Panda Boy (✓)
Short StoryCerita ini kutulis saat aku menyukaimu, tapi aku lebih memilih mengungkapkannya dalam bentuk tulisan. Apakah kalian pernah jatuh cinta pada teman sendiri? Itu yang aku alami. Aku hanya cewek biasa-biasa saja. Namun, aku berharap bisa membuatmu meras...