#1: Blank

139 9 7
                                    

Satoshi's POV

Aku berada di sebuah ruang hampa yang gelap dan dingin. Terlihat sebuah tangan besar menarikku keluar dari ruang hampa itu.

Mendadak aku terasa sesak. Aku tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas.

"Kenapa kau tidak mati saja?"

Sosok itu kembali mendorongku ke ruang gelap yang beku itu. Aku berusaha keluar dari ruang itu.

"Aku muak denganmu!"

Suatu daya mendorongku masuk ke dalam ruang gelap itu lagi. Hingga aku hanya tenggelam dan tak berdaya.

--------------

Aku terbangun dengan napas sesak. Mimpi itu kembali menghantuiku lagi. Aku lalu bangkit dari tempat tidur dan menatap diriku di cermin.

Luka lebam.

Aku memegangi luka itu dan meringis kesakitan.

Aku bahkan sama sekali tidak ingat jika aku punya luka itu sebelumnya. Aku bahkan tidak tahu dari mana luka itu berasal.

"Masih bisa ditutupi make up tidak ya?" Ucapku cemas.

Aku lalu menoleh ke arah jam dinding.

"Sial!" Ucapku lalu berlari dengan panik menuju kamar mandi.

------------------

Aku datang ke gedung teater untuk memulai latihan terakhirku sebelum tampil malam ini.

Aku bergegas meletakkan tasku di atas meja rias. Seorang temanku melihatku dengan tatapan aneh.

"Ada apa dengan wajahmu?"

Aku lalu menyentuh letak luka memar itu. "Ah! Bukan masalah."

Ia berdecak. "Hari ini tampil dan kau malah memiliki luka itu?"

"Tutupi saja dengan make up. Tidak ada yang tahu." Jawabku. Ia menghela napas.

"Baiklah. Ayo! Kita tidak punya banyak waktu hari ini."

Aku lalu menuju panggung dan mengikatkan selembar handuk di kepalaku.

---------------------

Sho's POV

Aku terbangun dengan bias mentari pagi menyinari wajahku. Aku menggeliat sejenak untuk melemaskan tubuhku.

Aku menoleh ke samping. Kosong. Hanya secarik kertas yang kutemukan. Aku lalu menariknya ke arahku dan membacanya.

Sho-nyan, maaf meninggalkanmu begitu pagi. Aku harus pergi ke lokasi syuting lebih awal pagi ini. Kuharap kau tidak keberatan jika aku meninggalkanmu selama seminggu kali ini.

Aku sudah siapkan sarapan. Tinggal dipanaskan saja. Jangan lupa dimakan!

Sampai jumpa hari Senin!

Jun 💖

Aku menghela napas dan bangkit dari tidurku. Aku lalu menuju meja makan dan melihat sepiring waffle dan telur mata sapi di atas meja.

Aku membawa piring itu ke dapur dan membuangnya ke tong sampah. Aku berdecak.

Selalu saja seperti ini....

Aku lalu menyalakan mesin espressoku dan menatap ke arah jendela dapur.

Entah sudah berapa tahun rasanya aku selalu melewati sesuatu yang melelahkan seperti ini.

Tahun ini adalah tahun ketigaku bersamanya. Namun entah kenapa aku masih merasa ada sesuatu yang aneh dalam hubungan kami.

Keterasingan...

Love Me, Heal Me [SLOW UPDATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang