Epilogue

112 4 18
                                    

Satoshi's POV

Aku tak menyangka jika pertunjukanku mendapat respon yang sangat positif malam itu. Padahal pertunjukan yang kami bawakan ini bukanlah sesuatu yang baru. Kami mengambilnya dari kisah Nyonya Bovary karangan Gustav Flaubert.

Aku melihat ke semua penonton yang memberikan apresiasi pada kami.

Pandangan mataku lalu tertuju pada salah seorang diantara ratusan penonton itu.

Dia di sini!

Entah bagaimana bisa.

Aku melihat sosoknya yang tersenyum bangga dengan mata yang mengilat karena air mata.

Aku tersenyum padanya dan mengucapkan terima kasih tanpa bersuara.

Dan saat itu aku tersadar...

Bahwa aku merindukannya.

------------------------------------------------------

Aku lalu menuju ruang ganti seperti biasanya dan melahap kue mangkuk dan tehku sembari berbincang dengan pemain dan kru setelah berganti kostum dan menghapus make up.

"Sam!" Panggil seseorang dari balik pintu.

Mungkin kalian akan heran kenapa orang-orang memanggilku Sam di sini.

Aku sebetulnya juga heran kenapa panggilan itu begitu melekat di diriku. Awalnya panggilan itu diciptakan oleh Joey dan seorang sutradara pementasan yang tiba-tiba saja memanggilku begitu dengan alasan namaku terlalu merepotkan untuk diucapkan.

Aku menghampiri pria itu. Dia Mr. Wildwood, salah satu staf kami yang mengurusi tata panggung.

"What?"

"Someone send this to you." Ucapnya sembari meletakkan sebuket bunga mawar putih untukku.

"Who?"

Ia mengangkat bahunya. "It's all in chinese. I can't fuckin' read!" Ucap pria kulit hitam itu dengan aksen Harlem yang kental.

Aku tersenyum padanya dan mengamati bunga itu lalu membaca catatan singkat yang ditinggalkan.

Hai, ini aku!

Pertunjukan tadi benar-benar luar biasa. Kau memang seorang bintang!

Kuucapkan selamat karena akhirnya kau berhasil meraih mimpimu untuk tampil di Broadway.

Sho.

Aku langsung membawa bunga itu bersamaku dan berlari keluar gedung pertunjukan.

Aku melihat sekelilingku dan mencari sosoknya.

"Sho-kun!" Panggilku. Aku masih mencarinya lagi di setiap sudut jalan.

Terasa sebuah tangan hangat menyentuh pundakku. Aku terkesiap kaget dan menoleh ke belakang.

Itu dia!

Dia tersenyum kepadaku dengan lembut. Senyuman yang kurindukan.

"Aku tahu kau akan mencariku."

Aku lalu melingkarkan tanganku di bahunya dengan erat. Ia memelukku hingga aku sedikit terangkat dari tempatku berpijak.

"Aku merindukanmu!" Gumamnya di dekat leherku.

Aku memejamkan mataku dan membenamkan wajahku di lehernya.

Aku juga!

Sangat sangat merindukanmu!

------------------------------------------------------

Aku mengajaknya ke kedai kopi milik Ben. Sebenarnya kedainya tak lagi buka di malam selarut ini. Tapi dia memberikan semacam toleransi untukku jika aku ingin mampir.

Love Me, Heal Me [SLOW UPDATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang