#3: Sanctuary

108 6 10
                                    

Sho's POV

Ia datang lagi hari itu dengan keadaan yang lebih stabil dari kemarin. Hanya saja sedikit resah kali ini.

"Apa kau tidak keberatan kalau harus diobservasi di sini selama beberapa waktu?" Tanyaku.

Ia diam. Tampak keraguan di wajahnya.

"Ya. Kalau tidak keberatan. Aku tidak akan memaksamu. Kau bisa menemuiku dua kali dalam sebulan seperti biasanya." Timpalku.

"Tidak masalah. Aku bersedia." Jawabnya. Aku menatap matanya.

"Kau...yakin?"

Dia mengangguk. "Aku percaya padamu."

Aku menghela napas. "Baiklah. Kalau begitu kita akan mulai perawatannya besok. Yoshikawa akan mengantarkanmu ke bangsal."

"Ya."

-----------------------------

Satoshi's POV

"Ini kamarmu selama disini." Ucap seseorang bernama Yoshikawa itu.

"Terima kasih."

"Ada lagi yang bisa kubantu?"

"Tidak. Terima kasih."

"Kalau begitu aku permisi."

Aku memandang ruangan sekelilingku dan menghempaskan tubuhku di ranjang.

Aku...benci ruangan ini

Aku benci ada disini!

Kosong. Sepi. Usang.

Aku benci melihat ruangan ini lagi

Aku menghela napas dan melihat tangan kananku.

Di satu sisi, ada satu hal yang membuatku mempercayainya. Entah apa.

Aku lalu bangkit dan menyalakan mp3 playerku.

Rumah kosong Sudah lama ingin dihuni Adalah teman bicara
Siapa saja atau apa
Siapa saja atau apa

Aku kembali menatap langit-langit.

Entah kapan terakhir kali aku mempercayai orang lain seperti itu. Aku lupa.

Jendela, kursi Atau bunga di meja Jendela, kursi Atau bunga di meja Sunyi Menyayat seperti belati

Aku mengusap tangan kananku.

Aku bahkan masih ingat bagaimana dia menyentuh tanganku waktu itu.

Rasanya aneh tapi ada sesuatu yang membuatku nyaman. Bahkan aku masih ingat betapa hangatnya tangan itu.

Sesuatu yang tak pernah kurasakan dan selalu ingin kurasakan...

Meminta darah yang mengalir dari mimpi
Meminta darah yang mengalir dari mimpi

Aku bangkit dan menyusun barang-barangku. Terdengar suara pintu terbuka. Aku menoleh.

Terlihat seorang pemuda seumuranku mengintip di balik pintu dan tersenyum lebar.

Ia lalu mengulurkan tangannya ke arahku. Aku menyambutnya dengan bingung.

"Aku Kazunari Ninomiya. Senang bertemu denganmu!"

"Ohno." Jawabku singkat.

"Penghuni baru?"

"Huh?"

"Ngomong-ngomong, aku tetangga sebelahmu. Kau harus hati-hati dengan si Yoshikawa itu. Dia menyebalkan. Tidak heran wajahnya banyak keriput."

Aku masih terdiam. Pemuda itu tertawa.

Love Me, Heal Me [SLOW UPDATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang